Kamis, 14 November 2019

PERUMPAMAAN TENTANG PENGGARAP KEBUN ANGGUR


Perumpamaan Tentang Penggarap Kebun Anggur

(Matius 21:33-46; Markus 12:1-12; Lukas 20:9-19)

Yohanes Setiawan



A.    Pendahuluan

Tidak sedikit orang yang hidup di zaman kontemporer ini menganggap bahwa kesabaran adalah suatu kebodohan. Seperti situasi yang dialami bangsa Indonesia saat ini, seperti misalnya keadaan ekonomi yang tidak stabil, lapangan kerja yang sangat terbatas, krisis moralitas pemimpin bangsa yang bermental korup dan ketidakadilan di dalam hukum, menuntut suatu sikap yang sabar agar dapat bertahan.

Kesabaran harus ditopang dengan sikap tegas terhadap kejahatan dan ketidakadilan. Jadi sikap sabar harus disertai sikap adil yang tidak kompromi dengan kejahatan. Di tengah situasi seperti saat ini, umat Kristen dan khususnya para hamba Tuhan perlu dikuatkan dan dibekali untuk memiliki sikap selalu sabar dan taat terhadap Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari yang di jalani. Sikap sabar dan taat perlu diwujudkan dan menjadi seni di dalam gaya hidup orang-orang Kristen dewasa ini.  

B.    Tujuan

Perumpamaan ini merupakan salah satu perumpamaan yang diberikan Yesus dalam rangka kontroversi melawan orang-orang yang tidak setuju dengan sikap-Nya.[1] Snodgrass mengatakan bahwa Ini adalah salah satu dari perumpamaan yang paling signifikan, paling banyak dibahas, dan paling rumit, dan tidak mengherankan, tentang debat yang sangat besar karena tidak seperti kebanyakan perumpamaan lain, perumpamaan ini memiliki signifikansi kristologis langsung dan utama.[2] Keunikan perumpamaan ini salah satunya dituliskan di tiga Injil yaitu Matius 21:33-46; Markus 12:1-12; Lukas 20:9-19 dan kitab apokrifa Injil Tomas 65-66[3] juga menyajikan perumpamaan ini.[4] Dalam ketiga Injil, kutipan dari Mazmur 118: 22 berfungsi sebagai nimshal (referensi perumpamaan) yang menjelaskan maksud dari perumpamaan.[5] Jeremias memperlakukan perumpamaan-perumpamaannya sebagai saksi independen terhadap tradisi Yesus.[6] Dan perumpamaan ini ditujukan kepada orang-orang Farisi, imam-imam kepala, dan ahli Taurat.[7] Menurut Scott ada penafsir yang mengatakan bahwa dalam perumpamaan ini Yesus ingin memberi pertanda akan kematian-Nya sendiri.[8]

C.    Latar belakang

Diceritakan seorang pemilik tanah yang ingin menananminya dengan anggur. Ketika kebun anggur hendak ditanam, tanah harus dipersiapkan oleh pemilik tanah.[9] Di kebun anggur itu sendiri ada dua hal yang selalu ditemukan, tempat pemerasan anggur dan menara pengawas. Para pekerja membuat sebuah lubang yang dibuat untuk mengumpulkan anggur sebelum anggur-anggur itu dihancurkan dan alat pemeras anggur dan dibangun juga sebuah menara pengawas sebagai tempat pengintai/pengawas dan menjadi tempat berlindung atau tempat tinggal bagi para pekerja/penggarap kebun anggur.[10] Alat pemeras anggur dipahat dari bebatuan, dengan lempengan batu besar yang mengelilinginya dengan penahan batu yang diangkat, dan kemudian di depannya agak lebih rendah mengarah ke parit yang digali lobang dengan kedalaman sekitar satu meter.[11] Bagian atasnya berfungsi untuk menekan buah anggur, air perasannya kemudian mengalir ke parit bagian bawah.[12]

Pagar dibuat disekitar kebun anggur itu untuk melindungi dari pencuri atau binatang-binatang buas seperti rubah dan babi hutan (Kidung Agung 2:15; Mazmur 80:14).[13] Kebun anggur harus dikelilingi oleh pagar yang kuat untuk menjaganya dari rubah, serigala, dan perampok. Pagar ini biasanya terbuat dari pasak dan ada semak duri yang tumbuh, dan kata φραγμὸν (Mat 21:33) dalam perumpamaan hampir tidak dapat dipahami dalam pengertian ini.[14] Jika tanaman itu ada di tanah yang berbatu maka dinding pagar biasanya dibangun dari batu-batu lepas yang disatukan tanpa mortar, dan kemudian di sepanjang bagian atas dinding ini juga sering ditempatkan semak-semak yang tebal dari pohon yang sudah layu.[15] Oleh karena itu di sekeliling kebun harus didirikan pagar yang kuat, karena jika pagar itu roboh dan kebunnya tidak dijaga maka anggurnya dengan cepat akan dirampok atau diambil oleh orang-orang yang lewat. Selain itu babi hutan juga akan menghabiskannya dan binatang buas lain akan memakannya (Lih. Yesaya. 5:5).[16]

Kebiasaan kebun yang dijaga/dirawat oleh penyewa/penggarap dan sistem sewa-menyewa antara penyewa dan pemiliknya sudah terkenal di wilayah Israel dan Palestina. Para penyewa harus membayar “sewa” mereka dengan memberikan sebagian hasil panen kepada pemilik tanah dan pemilik tanah akan mengirim hamba-hambanya pada saat panen anggur untuk mengambil hasilnya.[17] Banyak yang beranggapan bahwa ketidakhadiran tuan tanah hanya disebutkan sebagai alasan mengapa mengirimkan para hamba/pelayannya untuk mengambil hasil panen. Tetapi kata-kata dari perumpamaan itu memberikan sedikit dasar bagi hipotesis bahwa ia mengirimkan perintah kepada hamba-hambanya dari negara asing.[18] Snodgrass mengatakan bahwa ketegangan dan konflik antara kedua pihak juga sering terjadi, bahkan hingga memperdebatkan siapa yang mendapat ranting yang tersisa setelah panen.[19] Menurut Barton, ketegangan sering muncul karena ada perselisihan antara pemilik tanah dan penyewa berkenaan dengan pembagian hasil panen, para penyewa yang marah dalam perumpamaan Yesus mencerminkan pergolakan sosial di Palestina pada saat itu.[20]

Sehingga kondisi yang ada di Palestina sehubungan dengan sewa-menyewa sebuah lahan pertanian membantu pendengar perumpamaan itu untuk memahami kata-kata Injil. Di tanah Suriah antara Lebanon dan Antilebanon, el-Biqa, jika penyewa kebun anggur menanggung biaya penanamannya maka dia berhak atas sepertiga dari hasil panen, sedangkan pemiliknya menerima sepersepuluh. Tetapi yang paling banyak pemiliknya menanami kebun anggurnya sendiri dan akan menerima hasilnya sesuai kesepakatan dengan penyewa/penggarap.

Kebiasaan menyewakan kebun anggur yang sama seperti dalam el-Biqa berlaku di tempat lain di Israel, khususnya di Galilea. Banyak tanah di Galilea dijadikan untuk kebun anggur, karena anggur menjadi salah satu ekspor utama.[21] Galilea memiliki banyak perkebunan anggur dengan kebiasaan pemilik tanah akan pergi meninggalkan kebun anggurnya dan menyerahkannya kepada penyewa untuk merawat lahan dan tanaman anggurnya.[22] Di Galilea, dekat Danau Tiberias, seperlima dari hasil panen anggur biasanya dikirimkan kepada pemilik sebagai uang sewa, sementara di daerah tetangga seperti Jaffa dan Yerusalem uang sewa yang diterima oleh pemilik tanah bervariasi dari sepertiga hingga seperempat atau seperlima dari keuntungan.[23]  Di tanah orang Filistin, dekat Gaza, pemilik menerima setengah dari hasil panen dan harus menanggung setengah dari pengeluaran yang telah digunakan pada saat penanaman kebun anggur, oleh karena itu penyewa harus membayar setengah lainnya serta melakukan pekerjaan.[24]

Ketika waktu panen buah anggur semakin dekat maka pemilik tanah akan mengirim hamba-hambanya kepada para penyewa agar mereka dapat menerima hasil panen buah anggurnya. Tetapi biasanya, jika tuan tanah menyewakan kebun anggur setelah ditanami, ia harus menunggu sampai waktu yang ditentukan sesuai kesepakatan hukum, ada juga pemilik tanah yang menunggu dan membiarkan kebun anggur sampai menghasilkan keuntungan, dan dengan demikian pemilik tanah bisa sekaligus menerima hasil sewa dari penyewanya di musim panen.[25]

Snodgrass mengatakan bahwa menurut M. Hengel menunjuk pentingnya papirus Zenon (sekitar 260 SM) untuk memahami perumpamaan ini yaitu tentang pemilik yang pergi jauh, peraturan sewa-menyewa, pemeliharaan kebun anggur dan produksi anggur, ketegangan dengan kelompok penyewa, dan permintaan berulang-ulang untuk keadilan semuanya ditulis dalam papyrus Zenon.[26] Sistem peradilan dari dunia kuno sering kali berujung pada permintaan keadilan yang berulang-ulang, seperti yang diilustrasikan oleh Lukas 18: 1-9. Jika pemiliknya menggunakan kekerasan, maka dia hanya akan menciptakan lebih banyak masalah dan harus mencari penyewa lain untuk memelihara kebun anggurnya. Seperti yang ditunjukkan baik oleh M. Hengel dan Craig Evans, dalam pertikaian seperti itu, permintaan berulang-ulang, dan masalah kekerasan semuanya dibuktikan di pengadilan.[27] Bahkan kemungkinan besar hakim-hakim setempat akan mendukung para penggarap/penyewa dan menyatakan transaksi itu sah.

D.    Pengajaran utama

Dalam perumpamaan ini digunakan istilah menyewakan ἐξέδετο yang artinya tuan tanah itu memberikan kepercayaan kepada para penggarap kebun anggur itu untuk mengelola kebunnya, mengusahakan dan berusaha bagaimana mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur itu, berulang kali dikatakan tuan tanah itu mengirim hamba-hambanya, baik hamba pertama, maupun hambanya yang lain, bahkan mengirim anaknya.[28]  Namun para penggarap kebun anggur itu memukuli hamba yang di kirim tuan tanah bahkan membunuhnya. Tidak disebutkan berapa luas tanah yang dijadikan kebun anggur. Namun dapat ditarik kesimpulan bahwa pastilah lahannya sangat luas karena mampu mempekerjakan orang begitu banyak.

Matius menempatkan perumpamaan ini langsung setelah penolakan pertama yang diberikan kepada para pemimpin Yahudi. Dia membukanya dengan kata-kataDengarkan perumpamaan lain”. Karena itu, menurut cara mengaturnya, itu pasti telah disampaikan kepada pendengar yang sama pada saat menyampaikan perumpamaan Dua orang anak”. Namun, dengan asumsi bahwa orang-orang yang hadir, ada para pemimpin Yahudi.[29] Antara perumpamaan tentang “dua orang anak” (ayat 28–32) dan perumpamaan tentang “hamba yang jahat” masih berhubungan. Perumpamaan “dua orang anak” menekankan penolakan Yohanes Pembaptis oleh para pemimpin sedangkan perumpamaan “hamba yang jahat” menggambarkan penolakan (tidak hanya oleh para pemimpin tetapi oleh seluruh orang) kepada Anak Allah (lih. Lukas 20:13), yang merupakan pendahulu Yohanes Pembaptis.[30]

Markus menunjuk pendengar secara umum dari kata αὐτοῖς (ayat 1), yang sesuai dengan konteksnya. Selain itu juga memiliki referensi khusus disampaikan kepada orang banyak (ayat 12) sebagai pendengarnya, karena perayaan Paskah yang sudah dekat di teras dan serambi Kemah Suci. Transisi kαὶ ἤρξατο αὐτοῖς ἐν παραβολαῖς λαλεῖν sama dengan Lukas. Beberapa orang menafsirkan ἐν παραβολαῖς sebagai bentuk jamak.[31]

Lukas menyatakan dalam pengantar bahwa Tuhan menujukan identitas diri-Nya kepada orang-orang ketika menyampaikan perumpamaan (ayat 9). Tetapi para pemimpin agama Yahudi juga mendengarkan kata-kata-Nya dan pada akhirnya mengakui bahwa ini berlaku langsung untuk diri mereka sendiri (ayat 19).[32] Setelah Tuhan membungkam mereka dengan pertanyaan tentang pembaptisan Yohanes dan perumpamaan “Dua orang anak”, mereka mungkin masih berbaur dengan orang banyak yang mengunjungi Bait Allah, dan berdiri di antara mereka dan mendengarkan perumpamaan ini.[33]

Di bawah ini dirangkum bidang-bidang utama dari perbandingan sebagai berikut:[34]

(i) Pemilik tanah menanam kebun anggur dan menyewakannya kepada petani (penyewa).
Markus dan Matius memasukkan perincian tentang konstruksi kebun anggur yang tidak termasuk dalam Lukas dan Thomas. Injil Sinoptik menyebutkan kepergian tuan tanah.
(ii) Pemilik tanah mengirim para hamba untuk mengumpulkan hasil panen dari para penyewa, dan para hamba itu berulang kali dianiaya.
Markus memiliki tiga pelayan + kelompok yang lebih besar; Matius memiliki satu kelompok yang terdiri dari tiga pelayan + kelompok yang lebih besar; Lukas memiliki tiga pelayan; Thomas memiliki dua pelayan. Perlakuan khusus para pelayan bervariasi di setiap Injil.
(iii) Pemilik tanah mengirim anaknya, yang dikenal sebagai pewaris, dan penyewa membunuhnya.
Markus dan Lukas menulis “Anak yang dikasihi” tetapi Matius dan Thomas tidak; Matius dan Lukas menyuruh anaknya diusir dari kebun anggur terlebih dahulu dan kemudian dibunuh, tetapi Markus dibalik, dan Thomas tetap pada urutannya.
(iv) Kesimpulan dari perumpamaan, termasuk kutipan PL.
Sinoptik mencakup pertanyaan-jawaban tentang bagaimana pemilik tanah itu akan menanggapi dalam penghakiman atas penyewa, sementara Thomas hanya memiliki aforisme (pernyataan ringkas) penutup. Keempatnya termasuk referensi untuk Mzm. 118:22, tetapi dalam Thomas, itu adalah bagian lanjutan.



Notable Variations (underlined) in the MT and LXX for Isaiah 5.1-7.[35]


MT
LXX
5.1
My beloved
My love song
His vineyard (כרם)
My beloved had a vineyard
The beloved
A song of the beloved My vineyard (ἀμπελών)
The beloved had a vineyard
5.2a
He
Dug it, cleared it of stones
Planted it with a vine (שרק)
Built a watchtower (מגדל)
Hewed out a wine vat (יקב)
I
Placed a hedge (φραγμὸν περιέθηκα) Fenced it in (ἐχαράκωσα)
Planted it with a vine (ἄμπελον σωρηχ)
Built a watchtower (πύργον)
Dug out a wine vat (προλήνιον)
5.2b
Grapes Bad grapes (באשים)
Grapes Thorns (ἀκάνθας)
5.3
Inhabitants (יושב) of Jerusalem Man/men (איש) of Judah
Man (ἄνθρωπος) of Judah
Inhabitants (ἐνοικοῦντες) of Jerusalem
5.4
What more was there to do
What more should I do (τί ποιήσω ἔτι)
5.5
Remove its hedge (משוכת) Break down its wall (גדר)
Remove its hedge (φραγμόν)
Tear down its wall (τοῖχον)
5.6
A brier and thorn (שמיר ושית) shall grow
A thorn (ἄκανθα) shall come up as in a dry land (χέρσον)
5.7a
Vineyard is the House of Israel
Man of Judah is a pleasant planting
Vineyard is the House of Israel
Man of Judah is a beloved planting
(νεόφυτον)
5.7b
Justice (משפט) Bloodshed (משפח)
Righteousness (צדקה) Outcry
(צעקה)
Justice (κρίσιν) Lawlessness (ἀνομίαν) Righteousness (δικαιοσύνην) Outcry (κραυγήν)



Yesus segera mengarahkan kepada seorang pemilik rumah yang pergi dan membiarkan kebun anggurnya dikelola oleh penyewa. Ketika sudah ada kesepakatan kontrak, pemilik meninggalkan negerinya ἀπεδήμησεν dan menetap lama di negeri asing, seperti yang ditambahkan oleh Lukas χρόνους ἱκανούς (v. 9). Mungkin, ini mengingatkan kembali kepada hukum masa empat tahun yang harus berlalu sebelum hasil dari pohon buah-buahan dapat dinikmati (Im. 19:22-25).[36] Peraturan yang melarang penyewa dari hak biasa menjadi hak pemilik tanah jika setelah tiga tahun pemilik tidak mengambil hasil panennya itu tidak perlu dipersoalkan.[37] Bahkan diragukan bahwa penyewa khawatir dengan kepemilikan yang sah; sehingga mereka tertarik untuk memiliki dan menggunakan. Kata Yunani klēronomia sering berarti "kepemilikan" dari pada "warisan". Josephus juga menggunakan bahasa pewarisan (klēronomein) untuk menggambarkan peristiwa yang sama.[38]

Matius menjadikan pemilik kebun anggur sebagai figur otoritas (seorang οἰκοδεσπότης atau "pemilik tanah," berlawanan dengan ἄνθρωπος sederhana Markus), yang dibenarkan menuntut "buahnya" (kontras Markus "buah dari kebun anggur") dari penyewa yang ia miliki menyewa kebun anggur. Longenecker mengatakan bahwa perumpamaan ini jelas sebuah alegori berdasarkan Song of the Vineyard dalam Yes 5: 1-7 di mana kebun anggur mewakili Israel.[39] Yang konsisten dipandang sebagai alegori sejarah keselamatan yang menggambarkan kesabaran Allah, pengutusan para nabi dan akhirnya anaknya (yang diusir dari Yerusalem dan kemudian dibunuh), penolakan terhadap orang-orang Yahudi, dan panggilan dari bangsa-bangsa lain. Kadang-kadang perincian yang lebih kecil dari perumpamaan itu juga diuraikan.[40] Misalnya, pagar di sekitar kebun anggur dipahami sebagai bantuan para malaikat, menara sebagai bait Allah, dan pemiliknya pergi sebagai kehendak bebas manusia.

Gregory A. Lanier dalam jurnalnya membuat suatu ringkasan alegori tentang perumpamaan ini:[41]

Vineyard
Israel • kingdom of God • people of God • covenant • privileges • Jerusalem/ temple
Landlord
God • wealthy elite
Tenants
Jews as a whole • unfaithful Israel • Jewish crowds • religious leaders • peasants
Servants
Prophets
Fruit
Tithes withheld by temple authorities • obedience to Torah
Son
Jesus (messiah? special sonship? last prophet?) • no referent • John the Baptist
• Isaac
Inheritance
Israel as God’s possession
Outside the vineyard
Crucifixion • ceremonial purity of the vineyard • desecration of the corpse
Judgment on tenants
70 ce destruction • parousia of Jesus • rejection of Israel • replacement of leaders
‘Others’/ new tenants
Gentiles/early church • spiritual people of God • new leaders (apostles, Pharisees)



Belakangan ini perumpamaan itu ditafsirkan tentang individu (masing-masing orang menerima pokok anggur pada saat pembaptisan cenderung dan yang dikirimi adalah Hukum, Mazmur, dan Para Nabi) dan perkembangan spiritual.[42] Tetapi ada beberapa orang berpendapat bahwa perumpamaan itu adalah alegori dari gereja mula-mula. Jülicher menganggap kisah itu sebagai kisah yang sama sekali tidak realistis dan jelas merupakan alegori tentang pengiriman anaknya oleh Allah kepada para pemimpin Israel.[43]

Setelah identifikasi bahwa kebun anggur diartikan secara alegori sebagai Israel, fitur-fitur lain dari cerita ini mudah diidentifikasi.[44] Jadi pemiliknya adalah Tuhan; penyewa adalah pemimpin Israel; utusan adalah para nabi yang dikirim ke Israel; anak dan pewaris adalah Yesus, Anak Allah; pembunuhan anak laki-laki mewakili penyaliban; hukuman para penyewa mewakili kehancuran Israel; "penyewa lainnya" mewakili gereja (bukan Yahudi); "pemberian buah-buahan kepada pemiliknya" (21: 34,41,43) adalah melakukan kehendak Bapa (lih. 21:31; 7:21); "penolakan terhadap batu oleh para tukang bangunan" dan "pengangkatannya ke bagian penjuru oleh Allah" menyinggung kematian dan kebangkitan Yesus; dan terakhir berkata, "Siapa yang jatuh di atas batu ini akan hancur berkeping-keping, dan siapa yang jatuh akan hancur!" (21:44), berfungsi sebagai peringatan bahwa penolakan terhadap Yesus akan menghasilkan penghukuman (lih. 10: 32-33).[45] Secara umum, Matius mengikuti dengan cermat apa yang disebut "kiasan kristologis" Markus. Namun, perubahan yang dilakukan Matius memperkuat ciri-ciri perumpamaan yang kristologis, eklesiologis, dan anti-Yahudi.[46]

Perumpamaan-perumpamaan itu tumbuh dari antagonisme para ahli Taurat dan orang-orang Farisi sehubungan dengan pembersihan-Nya terhadap bait suci.[47] Tetapi jika perumpamaan ini diambil dari lingkungan konfrontasi Yesus dengan para pemimpin Israel kelihatannya interpretasi itu aneh dan tidak meyakinkan, khususnya pada masa Palestina abad pertama.[48] Perumpamaan yang terkandung dalam ayat-ayat ini diucapkan dengan referensi khusus kepada orang-orang Yahudi.[49]

Perumpamaan ini berbicara tentang Israel sebagai kebun anggur dan tentang Allah sebagai pemilik yang pergi ke negeri yang jauh, berharap menerima hasil ketika anggur itu dipanen.[50] Allah memilih Israel untuk menjadi bangsa yang istimewa. Yesus mengajarkan bahwa Dia memisahkan mereka dari bangsa-bangsa lain di bumi, dan menganugerahkan kepada mereka berkat yang tak terhitung jumlahnya; Dia memberi mereka wahyu tentang diri-Nya sendiri, sementara seluruh bumi berada dalam kegelapan; Dia memberi mereka hukum Taurat, dan perjanjian-perjanjian, dan nubuat-nubuat Allah, sementara bangsa lain dibiarkan begitu saja.[51]

Ketika Tuhan memisahkan orang Yahudi dari orang lain, Dia memiliki hak untuk berharap bahwa mereka akan melayani Dia, dan mematuhi hukum-Nya. Ketika seorang pemilik kebun anggur bersusah payah dengan kebun anggurnya, ia memiliki hak untuk mengharapkan buah dari kebun anggur itu.[52] Tetapi Israel tidak memberikan hasil yang layak untuk semua belas kasihan Tuhan. “Mereka berbaur dengan bangsa-bangsa dan mengadopsi adat istiadat mereka” (Mazmur 106: 35). Mereka mengeraskan diri mereka dalam dosa dan ketidakpercayaan. Mereka berbalik kepada berhala. Mereka tidak mematuhi perintah Tuhan. Mereka membenci bait Tuhan. Allah tetap sabar ketika mereka menolak untuk mendengarkan para nabi-Nya; Sama seperti para penyewa memukuli dan membunuh para pelayan yang dikirim oleh pemiliknya kepada mereka, para pemimpin Israel menganiaya dan membunuh para utusan Allah, dari para nabi Perjanjian Lama hingga Yohanes Pembaptis,[53] hingga sampai pada puncak kejahatan mereka yaitu dengan membunuh Anak Allah sendiri, yaitu Yesus Kristus.[54] Dia ingin menunjukkan bahwa menolak Kristus batu penjuru memiliki konsekuensi bahwa kerajaan Allah akan diambil.[55] Kistemaker mengatakan bahwa dengan sengaja Yesus menjalin perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur dengan perumpamaan tentang batu yang dibuang (Matius 21:43, 44). Kerajaan Allah menjadi kebun anggur dimana orang-orang lain mengusahakan buahnya, pada saat yang sama batu yang dibuang itu menghancurkan dan meremukkan lawan-lawan si Anak. “kebun anggur” dan “batu bangunan” merupakan metafora yang dapat dimengerti dengan mudah oleh pemimpin-pemimpin agama.[56]

Sejak awal, para pendengar Yesus akan memahami nasib para budak sehubungan dengan apa yang disebut tradisi deuteronomistik mengenai pembunuhan nabi yang mereka kenal. Tetapi bagaimana mereka memahami transisi dari "hamba" ke "anak"? Di sini ada lebih dari sekadar pengembangan naratif; jelas merupakan lompatan kualitatif yang ditekankan melalui refleksi diri yang terperinci dari pemilik kebun anggur dan penyewa di semua versi teks, juga menuntut pemahaman metaforis. Itu hanya dapat dipahami dengan memuaskan jika berasumsi bahwa Yesus berbicara di sini secara tidak langsung tentang misinya sendiri, yang melampaui misi para nabi.[57] Karena dapat diperdebatkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari tidak ada pemilik yang hak-haknya telah diinjak-injak dengan kasar akan cukup murah hati untuk memberi para penjahat kesempatan lagi, dan tentu saja bahwa dia tidak akan menyerahkan anaknya yang tersayang kepada tingkah dan tipu muslihat orang-orang yang telah memukuli para pelayannya. Tetapi kemudian, harus diingat bahwa ini adalah sebuah perumpamaan yang menunjukkan kasih, kesabaran dan keadilan Allah kepada Israel.[58]

E.    Aplikasi

Dari perumpamaan ini penulis mendapatkan beberapa aplikasi praktis: Yesus mengajarkan bahwa Allah adalah penuh kasih, kesabaran dan keadilan sekalipun orang-orang yang dipercaya adalah orang-orang yang sangat jahat. Tetapi ketika Anak-Nya ditolak dan dibunuh, Allah meminta pertanggungjawaban atas perbuatan mereka. Segala perbuatan ada konsekuensinya.

Mungkin sama seperti Yesus yang ditolak, banyak gereja-gereja yang di tolak dan ditentang kehadirannya oleh masyarakat Indonesia. Banyak yang menentang bahkan melawan gereja. Tetapi perumpamaan ini mengajarkan bahwa Tuhan Yesus juga pernah ditolak dan Dia pasti akan selalu memberikan kita kekuatan untuk dapat menanggung setiap perlawanan yang dihadapi orang-orang percaya. Tuhan ingin setiap orang belajar taat dan setia sampai mati seperti hamba dan anak yang dikirim, sekalipun harus dianiaya dan dibunuh. Sikap yang luar biasa dari seorang pemilik tanah, yaitu kasihnya, kesabarannya, dan keadilannya bisa menjadi teladan bagi kita. Tetapi perlu diingat bahwa hak untuk menegakkan keadilan hanyalah hak Tuhan bukan hak manusia.



F.   Daftar Pustaka

Barton, Bruce B., 1994. Mark, Life application Bible commentary. Wheaton, Ill.: Tyndale

House Publishers.



Courson, Jon, 2003. Jon Courson's Application Commentary (Nashville, TN: Thomas

Nelson.



Elwell, Walter A., vol. 3, 1996. Evangelical Commentary on the Bible, Baker reference

library. Grand Rapids, Mich.: Baker Book House.



Fleming, Donald C., 1994. Concise Bible Commentary, Also Published Under Title: The

AMG Concise Bible Commentary. Chattanooga, Tenn.: AMG Publishers.



Fonck, S.J., Leopold, 1914. The Parables of The Gospel: An Exegetical and Practical

Explanation. New York: Frederick Pustet Co, Inc.



Hendriksen, William and Kistemaker, Simon J., vol. 9, 1953-2001. New Testament

Commentary : Exposition of the Gospel According to Matthew, Accompanying

Biblical Text Is Author's Translation, New Testament Commentary. Grand Rapids:

Baker Book House.



Jeremias, Joachim, 1972. The Parables of Jesus. New York: Charles Scribner’s Son.



J.S., Kloppenborg, 2006. The tenants in the vineyard: Ideology, economics, and agrarian

conflict in Jewish Palestine. Mohr Siebeck: Tübingen,



Kistemaker, Simon J., 2010. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Malang: Literatur SAAT.



Lanier, Gregory R., 2016. Mapping the Vineyard: Main Lines of Investigation Regarding the

Parable of the Tenants in the Synoptics and Thomas.

sagepub.co.uk/journalsPermissions.nav: Currents in Biblical Research 2016, Vol.

15(1) © The Author(s).



Longenecker, Richard N., 2000. The Challenge of Jesus' Parables. Grand Rapids: William B.

Eerdmans Publishing Company.



Luz, Ulrich and Koester, Helmut, 2005. Matthew 21-28: A Commentary, Translation of: Das

Evangelium Nach Matthaus.; Vol. 3 Translated by James E. Crouch ; Edited by

Helmut Koester.; Vol. 3 Published by Fortress Press. Minneapolis: Augsburg.



Ryle, J. C., 1993. Matthew, Originally Published: New York : R. Carter, 1860., The

Crossway classic commentaries. Wheaton, Ill.: Crossway Books.



Scott, Bernard Brandon, 1990. Hear then the parable: A Commentary on the Parables of

Jesus. Minneapolis: Fortress Press.



Setiawan, Kornelius A., 2014. Mencari Mutiara Berharga: Memahami Perumpamaan Yesus

Secara Kritis dan Praktis. Malang: Bayumedia.



Snodgrass, Klyne, 2008. Stories with intent: a comprehensive guide to the parables of Jesus.

Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company.



Wiersbe, Warren W., 1997. Wiersbe's Expository Outlines on the New Testament. Wheaton,

Ill.: Victor Books.







[1] Kornelius A. Setiawan, Mencari Mutiara Berharga: Memahami Perumpamaan Yesus Secara Kritis dan Praktis (Malang: Bayumedia, 2014) 23.
[2] Klyne Snodgrass, Stories with intent: a comprehensive guide to the parables of Jesus, (Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 2008), Pg. 218. Kistemaker, Perumpamaan-perumpamaan Yesus, 104.
[3] Ia berkata, “Seorang tukang riba memiliki sebuah kebun anggur dan menyewakannya kepada beberapa penggarap, supaya mereka dapat bekerja dan dia dapat memungut hasilnya dari mereka. Dia mengutus hambanya supaya para penggarap itu dapat memberi kepada hambanya hasil kebun anggur itu. Mereka menangkap, memukuli, dan hampir membunuh hambanya itu, dan hamba itu kembali dan memberitahukan tuannya. Tuannya berkata, ‘Mungkin dia tidak mengenal mereka.’ Dia mengutus seorang hamba lainnya, dan para penggarap itu memukulinya juga. Lalu tuan itu mengutus anaknya dan berkata, ‘Mungkin mereka akan menunjukkan rasa hormat mereka kepada anakku.’ Karena para penggarap itu tahu bahwa dia adalah pewaris kebun anggur itu, mereka menangkapnya lalu membunuhnya. Barangsiapa bertelinga, hendaklah dia mendengar.” Yesus berkata, “Tunjukkanlah kepadaku batu yang ditolak oleh para tukang bangunan: itulah batu penjuru.” Snodgrass, Stories with intent, 220. Apa yang mengesankan para sarjana tentang perumpamaan dalam Tomas adalah bahwa mereka tidak memiliki kiasan dan sebagian besar adalah aplikasi. Bernard Brandon Scott, Hear then the parable: A Commentary on the Parables of Jesus (Minneapolis: Fortress Press, 1990)  30. Kloppenborg juga telah mengindikasikan bahwa Markus 12:1 – 2, jika dibandingkan dengan Thomas 65 (yang paling mungkin lebih dekat dengan tradisi Yesus yang historis), telah mengubah penyewa menjadi sebuah cerita sejarah keselamatan dalam pakaian alegoris. Kloppenborg, J.S., The tenants in the vineyard: Ideology, economics, and agrarian conflict in Jewish Palestine (Mohr Siebeck: Tübingen, 2006) 111.
[4] Joachim Jeremias, The Parables of Jesus (New York: Charles Scribner’s Son, 1972) Pg. 70. Klyne Snodgrass, Stories with intent, 221-23. Kistemaker, Perumpamaan-perumpamaan Yesus, 97. Sekalipun masing-masing catatan memiliki narasi yang sedikit berbeda tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi maksa dan tujuan Yesus dalam perumpamaan tersebut.
[5] Scott, Hear then the parable, 237.
[6] Jeremias, Parables, 24.
[7] Kistemaker, Perumpamaan-perumpamaan Yesus, 97.
[8] Scott, Hear then the parable, 237.
[9] Leopold Fonck, S.J. The Parables of The Gospel: An Exegetical and Practical Explanation (New York: Frederick Pustet Co, Inc., 1914) 341.
[10]Bruce B. Barton, Mark, Life application Bible commentary (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 1994), 334.
[11] Fonck, S.J. The Parables of The Gospel, 342.
[12] Fonck, S.J. The Parables of The Gospel, 342.
[13] Barton, Mark, 334. Kistemaker, Perumpamaan-perumpamaan Yesus, 97.
[14] Di Palestina Selatan khususnya, mereka harus dapat mengawasi seluruh kebun anggur; tetapi di Palestina Utara ada gubuk kecil dengan atap teduh dan sisi-sisi terbuka sering menjadi satu-satunya tempat berlindung bagi penjaga. Menara ini biasanya dibangun dengan kokoh dari batu, dan bagian bawahnya untuk menyimpan akomodasi bagi pekerja dan keluarganya pada zaman kuno. Para penjaga, sebagai suatu peraturan harus membangun bagi diri mereka sendiri di tanah datar sebagai tempat perlindungan dengan sedikit terbuka untuk menangkal sinar matahari yang sangat terik, tetapi harus memungkinkan supaya pandangan ketika mengawasi tidak terganggu. Dari sini, penanam anggur harus berjaga-jaga dan menjaga buahnya. Fonck, S.J. The Parables of The Gospel, 342.
[15] Fonck, S.J. The Parables of The Gospel, 342.
[16] Fonck, S.J. The Parables of The Gospel, 342.
[17]Barton, Mark, 334.
[18] Fonck, S.J. The Parables of The Gospel, 344.
[19] Snodgrass, Stories with intent, 224.
[20] Barton, Mark, 334.
[21] Barton, Mark, 334.
[22] Barton, Mark, 334.
[23] Fonck, S.J. The Parables of The Gospel, 343.
[24] Fonck, S.J. The Parables of The Gospel, 343.
[25] Fonck, S.J. The Parables of The Gospel, 343-43.
[26] Snodgrass, Stories with intent, 224.
[27] Snodgrass, Stories with intent, 224.
[28] Hukum Romawi memang pada kenyataannya bahwa kerabat darah melayani sebagai agen hukum penuh. Sebaliknya, anaknya dikirim sebagai perpanjangan status oleh pemilik, karena dalam masyarakat berbasis rasa malu / kehormatan menunjukkan peningkatan status untuk membuat penyewa patuh. Kloppenborg, The tenants in the vineyard, 323-24.
[29] Fonck, S.J. The Parables of The Gospel, 340.
[30] William Hendriksen and Simon J. Kistemaker, vol. 9, New Testament Commentary : Exposition of the Gospel According to Matthew, Accompanying Biblical Text Is Author's Translation., New Testament Commentary (Grand Rapids: Baker Book House, 1953-2001), 781.
[31] Fonck, S.J. The Parables of The Gospel, 340-41.
[32] Fonck, S.J. The Parables of The Gospel, 341.
[33] Fonck, S.J. The Parables of The Gospel, 341.
[34] Gregory R. Lanier, Mapping the Vineyard: Main Lines of Investigation Regarding the Parable of the Tenants in the Synoptics and Thomas (Sagepub.co.uk/journalsPermissions.nav: Currents in Biblical Research 2016, Vol. 15(1) © The Author(s) 2016) 76.
[35] Lanier, Mapping the Vineyard, 83.
[36] Fonck, S.J. The Parables of The Gospel, 341. Pemiliknya akan menanggung para penyewa itu selama empat tahun pertama. Kistemaker, Perumpamaan-perumpamaan Yesus, 98.
[37] Snodgrass, Stories with intent, 224.
[38] Snodgrass, Stories with intent, 224.
[39] Richard N. Longenecker, The Challenge of Jesus' Parables (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 2000) 158-159
[40] Snodgrass, Stories with intent, 224-25.
[41] Lanier, Mapping the Vineyard, 105.
[42] Snodgrass, Stories with intent, 224-25.
[43] Snodgrass, Stories with intent, 225.
[44] Longenecker, The Challenge of Jesus' Parables, 158-59.
[45] Longenecker, The Challenge of Jesus' Parables, 158-59.
[46] Longenecker, The Challenge of Jesus' Parables, 158-59.
[47]Warren W. Wiersbe, Wiersbe's Expository Outlines on the New Testament (Wheaton, Ill.: Victor Books, 1997, c1992), 77.
[48] Klyne Snodgrass, Stories with intent, 218.
[49] J. C. Ryle, Matthew, Originally Published: New York : R. Carter, 1860., The Crossway classic commentaries (Wheaton, Ill.: Crossway Books, 1993), 198.
[50] Jon Courson, Jon Courson's Application Commentary (Nashville, TN: Thomas Nelson, 2003), 158. J. C. Ryle, Matthew, Originally Published: New York : R. Carter, 1860., The Crossway classic commentaries (Wheaton, Ill.: Crossway Books, 1993), 198. Walter A. Elwell, vol. 3, Evangelical Commentary on the Bible, Baker reference library (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1996, c1989), Mt 21:33.
[51] Ryle, Matthew, 198.
[52] Ryle, Matthew, 198.
[53]Donald C. Fleming, Concise Bible Commentary, Also Published Under Title: The AMG Concise Bible Commentary. (Chattanooga, Tenn.: AMG Publishers, 1994, c1988), 440.
[54] Ryle, Matthew, 198.
[55] Ulrich Luz and Helmut Koester, Matthew 21-28: A Commentary, Translation of: Das Evangelium Nach Matthaus.; Vol. 3 Translated by James E. Crouch ; Edited by Helmut Koester.; Vol. 3 Published by Fortress Press. (Minneapolis: Augsburg, 2005), 36.
[56] Kistemaker, Perumpamaan-perumpamaan Yesus, 105.
[57] Ulrich Luz and Helmut Koester, Matthew 21-28: A Commentary, 36.
[58] Hendriksen and Kistemaker, New Testament, 783.

BUKTI KEMANUSIAAN YESUS KRISTUS

BUKTI-BUKTI KEMANUSIAAN YESUS KRISTUS 1. Yesus Lahir Seperti Manusia Lainnya. Yesus lahir dari seorang wanita (Galatia 4:4). Kenyataa...