Perumpamaan Tentang Penggarap Kebun Anggur
(Matius 21:33-46; Markus 12:1-12; Lukas 20:9-19)
Yohanes Setiawan
A.
Pendahuluan
Tidak sedikit orang yang hidup di
zaman kontemporer ini
menganggap bahwa kesabaran adalah suatu kebodohan. Seperti situasi yang dialami
bangsa Indonesia saat ini,
seperti misalnya keadaan ekonomi yang tidak stabil, lapangan kerja yang sangat terbatas, krisis moralitas pemimpin bangsa yang
bermental korup dan
ketidakadilan di dalam hukum, menuntut suatu sikap yang sabar agar dapat bertahan.
Kesabaran
harus ditopang dengan sikap tegas terhadap kejahatan dan ketidakadilan. Jadi
sikap sabar harus disertai sikap adil yang tidak kompromi dengan kejahatan. Di
tengah situasi seperti saat ini,
umat Kristen dan khususnya para
hamba Tuhan perlu dikuatkan dan dibekali untuk memiliki sikap selalu sabar dan taat terhadap Firman Tuhan
dalam kehidupan sehari-hari yang di
jalani. Sikap sabar dan taat
perlu diwujudkan dan menjadi seni di dalam gaya hidup orang-orang Kristen
dewasa ini.
B.
Tujuan
Perumpamaan ini merupakan salah satu perumpamaan yang
diberikan Yesus dalam rangka kontroversi melawan orang-orang yang tidak setuju
dengan sikap-Nya.[1]
Snodgrass mengatakan bahwa Ini adalah salah satu dari
perumpamaan yang paling signifikan, paling banyak dibahas, dan paling rumit,
dan tidak mengherankan, tentang debat yang sangat besar karena tidak seperti kebanyakan
perumpamaan lain,
perumpamaan
ini memiliki signifikansi kristologis langsung dan utama.[2] Keunikan perumpamaan ini salah satunya dituliskan di
tiga Injil yaitu Matius 21:33-46; Markus 12:1-12; Lukas 20:9-19 dan kitab
apokrifa Injil Tomas 65-66[3]
juga menyajikan perumpamaan ini.[4] Dalam
ketiga Injil,
kutipan dari Mazmur
118: 22 berfungsi sebagai nimshal (referensi perumpamaan) yang menjelaskan
maksud dari perumpamaan.[5] Jeremias memperlakukan
perumpamaan-perumpamaannya sebagai saksi independen terhadap tradisi Yesus.[6] Dan perumpamaan ini ditujukan kepada
orang-orang Farisi, imam-imam kepala, dan ahli Taurat.[7] Menurut
Scott ada penafsir yang mengatakan bahwa dalam perumpamaan ini Yesus ingin memberi
pertanda akan kematian-Nya sendiri.[8]
C.
Latar
belakang
Diceritakan seorang pemilik tanah yang ingin
menananminya dengan anggur. Ketika kebun anggur hendak ditanam,
tanah harus dipersiapkan oleh pemilik tanah.[9] Di kebun anggur itu sendiri ada dua hal yang selalu
ditemukan, tempat pemerasan anggur dan menara pengawas. Para pekerja membuat sebuah
lubang yang dibuat untuk mengumpulkan
anggur sebelum
anggur-anggur itu dihancurkan dan alat pemeras anggur dan
dibangun juga sebuah
menara pengawas sebagai
tempat pengintai/pengawas
dan menjadi tempat
berlindung atau tempat
tinggal
bagi para pekerja/penggarap
kebun
anggur.[10] Alat pemeras anggur dipahat dari bebatuan, dengan
lempengan batu besar yang mengelilinginya dengan penahan batu yang diangkat,
dan kemudian di depannya agak lebih rendah mengarah ke parit yang digali lobang
dengan kedalaman sekitar satu meter.[11]
Bagian atasnya berfungsi untuk menekan buah anggur, air perasannya kemudian
mengalir ke parit bagian bawah.[12]
Pagar dibuat disekitar kebun anggur itu untuk melindungi
dari pencuri atau binatang-binatang buas seperti rubah dan babi hutan (Kidung
Agung 2:15; Mazmur 80:14).[13] Kebun anggur harus dikelilingi oleh
pagar yang kuat untuk menjaganya
dari
rubah, serigala, dan perampok.
Pagar
ini biasanya terbuat
dari pasak dan ada
semak duri yang tumbuh, dan kata
φραγμὸν (Mat 21:33)
dalam perumpamaan hampir tidak dapat dipahami dalam pengertian ini.[14] Jika tanaman itu ada di tanah yang berbatu maka dinding pagar biasanya dibangun dari
batu-batu lepas yang disatukan tanpa mortar, dan kemudian di sepanjang bagian
atas dinding ini juga sering
ditempatkan semak-semak yang
tebal
dari pohon yang sudah
layu.[15] Oleh karena itu di sekeliling kebun
harus didirikan pagar yang kuat, karena jika pagar itu roboh dan kebunnya tidak dijaga maka
anggurnya dengan cepat
akan
dirampok atau diambil
oleh orang-orang
yang lewat.
Selain itu babi
hutan juga akan
menghabiskannya
dan binatang buas lain
akan memakannya (Lih.
Yesaya.
5:5).[16]
Kebiasaan kebun yang dijaga/dirawat oleh penyewa/penggarap dan sistem sewa-menyewa antara
penyewa dan pemiliknya sudah terkenal di wilayah Israel dan Palestina. Para penyewa harus membayar “sewa” mereka dengan
memberikan sebagian hasil panen kepada pemilik tanah dan pemilik tanah akan mengirim hamba-hambanya pada saat panen anggur untuk mengambil hasilnya.[17] Banyak
yang beranggapan bahwa ketidakhadiran tuan tanah hanya disebutkan sebagai alasan mengapa mengirimkan para hamba/pelayannya untuk mengambil hasil panen.
Tetapi kata-kata dari perumpamaan itu memberikan sedikit dasar bagi hipotesis
bahwa ia mengirimkan perintah kepada hamba-hambanya dari negara asing.[18] Snodgrass mengatakan bahwa ketegangan
dan konflik antara kedua pihak juga sering terjadi, bahkan hingga memperdebatkan
siapa yang mendapat ranting yang tersisa setelah panen.[19] Menurut Barton, ketegangan
sering muncul karena
ada perselisihan antara pemilik tanah dan penyewa berkenaan dengan pembagian hasil panen, para
penyewa yang marah dalam perumpamaan Yesus mencerminkan pergolakan sosial di
Palestina pada saat itu.[20]
Sehingga kondisi yang ada di Palestina sehubungan
dengan sewa-menyewa sebuah lahan pertanian membantu pendengar perumpamaan itu untuk
memahami kata-kata Injil. Di tanah Suriah antara Lebanon dan Antilebanon,
el-Biqa, jika penyewa kebun anggur menanggung biaya penanamannya maka dia
berhak atas sepertiga dari hasil panen, sedangkan pemiliknya menerima
sepersepuluh. Tetapi yang paling banyak pemiliknya menanami kebun anggurnya
sendiri dan akan menerima hasilnya sesuai kesepakatan dengan penyewa/penggarap.
Kebiasaan menyewakan kebun anggur yang sama seperti
dalam el-Biqa berlaku di tempat lain di Israel, khususnya di Galilea. Banyak
tanah di Galilea dijadikan untuk kebun anggur, karena anggur menjadi salah satu ekspor
utama.[21] Galilea memiliki banyak perkebunan anggur dengan kebiasaan pemilik tanah akan pergi meninggalkan kebun anggurnya dan
menyerahkannya kepada penyewa untuk merawat lahan dan tanaman anggurnya.[22] Di Galilea, dekat Danau Tiberias, seperlima dari hasil
panen anggur biasanya dikirimkan kepada pemilik sebagai uang sewa, sementara di
daerah tetangga seperti Jaffa dan Yerusalem uang sewa yang diterima oleh pemilik
tanah bervariasi dari sepertiga hingga seperempat atau seperlima dari
keuntungan.[23]
Di tanah orang Filistin, dekat Gaza,
pemilik menerima setengah dari hasil panen dan harus menanggung setengah dari
pengeluaran yang telah digunakan pada saat penanaman kebun anggur, oleh karena
itu penyewa harus membayar setengah lainnya serta melakukan pekerjaan.[24]
Ketika waktu panen buah anggur semakin dekat maka pemilik
tanah akan mengirim hamba-hambanya kepada para penyewa agar mereka dapat
menerima hasil panen buah anggurnya. Tetapi biasanya, jika tuan tanah menyewakan
kebun anggur setelah ditanami, ia harus menunggu sampai waktu yang ditentukan sesuai
kesepakatan hukum, ada juga pemilik tanah yang menunggu dan membiarkan kebun
anggur sampai menghasilkan keuntungan, dan dengan demikian pemilik tanah bisa
sekaligus menerima hasil sewa dari penyewanya di musim panen.[25]
Snodgrass mengatakan bahwa menurut M.
Hengel menunjuk pentingnya papirus Zenon (sekitar 260 SM) untuk memahami
perumpamaan ini yaitu
tentang pemilik yang pergi jauh, peraturan
sewa-menyewa,
pemeliharaan
kebun anggur dan produksi anggur, ketegangan dengan kelompok penyewa, dan
permintaan berulang-ulang
untuk keadilan semuanya ditulis
dalam papyrus Zenon.[26] Sistem peradilan dari dunia kuno
sering kali berujung pada permintaan keadilan yang berulang-ulang, seperti yang diilustrasikan oleh
Lukas 18: 1-9. Jika pemiliknya menggunakan kekerasan, maka dia hanya akan menciptakan lebih
banyak masalah dan harus mencari
penyewa lain untuk memelihara
kebun anggurnya.
Seperti yang ditunjukkan baik oleh M. Hengel dan Craig Evans, dalam pertikaian
seperti itu, permintaan berulang-ulang,
dan masalah kekerasan
semuanya dibuktikan di
pengadilan.[27] Bahkan kemungkinan besar hakim-hakim setempat akan
mendukung para penggarap/penyewa dan menyatakan transaksi itu sah.
D.
Pengajaran
utama
Dalam
perumpamaan ini digunakan istilah “menyewakan” ἐξέδετο yang
artinya tuan tanah itu memberikan kepercayaan kepada para penggarap kebun
anggur itu untuk mengelola kebunnya, mengusahakan dan berusaha bagaimana
mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam perumpamaan tentang penggarap-penggarap
kebun anggur itu, berulang kali dikatakan tuan tanah itu mengirim
hamba-hambanya, baik hamba pertama,
maupun hambanya yang lain, bahkan mengirim anaknya.[28] Namun para penggarap kebun anggur itu memukuli hamba yang di kirim tuan tanah bahkan
membunuhnya. Tidak
disebutkan berapa luas tanah yang
dijadikan kebun anggur. Namun dapat ditarik kesimpulan bahwa
pastilah lahannya sangat luas karena mampu mempekerjakan orang begitu banyak.
Matius
menempatkan perumpamaan ini langsung setelah penolakan pertama yang diberikan
kepada para pemimpin Yahudi. Dia membukanya dengan kata-kata ”Dengarkan perumpamaan lain”. Karena itu, menurut cara mengaturnya, itu pasti telah disampaikan kepada pendengar yang sama pada saat menyampaikan perumpamaan “Dua orang anak”. Namun, dengan asumsi
bahwa orang-orang yang hadir,
ada para pemimpin Yahudi.[29] Antara
perumpamaan tentang “dua orang
anak”
(ayat 28–32) dan perumpamaan tentang “hamba yang jahat” masih berhubungan. Perumpamaan “dua orang anak” menekankan penolakan
Yohanes Pembaptis oleh para pemimpin sedangkan perumpamaan “hamba yang jahat” menggambarkan penolakan (tidak hanya oleh para pemimpin tetapi
oleh seluruh orang)
kepada Anak Allah
(lih. Lukas 20:13), yang merupakan pendahulu Yohanes Pembaptis.[30]
Markus menunjuk pendengar secara umum dari kata αὐτοῖς (ayat
1), yang sesuai dengan konteksnya. Selain itu juga memiliki referensi khusus disampaikan
kepada orang banyak (ayat 12) sebagai pendengarnya, karena perayaan Paskah yang
sudah dekat di teras dan serambi Kemah Suci. Transisi kαὶ ἤρξατο
αὐτοῖς ἐν παραβολαῖς λαλεῖν sama dengan Lukas. Beberapa orang menafsirkan ἐν παραβολαῖς sebagai
bentuk jamak.[31]
Lukas menyatakan dalam pengantar bahwa Tuhan menujukan
identitas diri-Nya kepada orang-orang ketika menyampaikan perumpamaan (ayat 9).
Tetapi para pemimpin agama Yahudi juga mendengarkan kata-kata-Nya dan pada
akhirnya mengakui bahwa ini berlaku langsung untuk diri mereka sendiri (ayat
19).[32]
Setelah Tuhan membungkam mereka dengan pertanyaan tentang pembaptisan Yohanes
dan perumpamaan “Dua orang anak”, mereka mungkin masih berbaur dengan orang
banyak yang mengunjungi Bait Allah, dan berdiri di antara mereka dan
mendengarkan perumpamaan ini.[33]
Di bawah ini dirangkum bidang-bidang utama dari perbandingan
sebagai berikut:[34]
(i)
Pemilik tanah menanam kebun anggur dan menyewakannya kepada petani (penyewa).
|
Markus
dan Matius memasukkan perincian tentang konstruksi
kebun anggur yang tidak termasuk dalam Lukas dan
Thomas. Injil Sinoptik menyebutkan kepergian tuan
tanah.
|
(ii) Pemilik tanah mengirim para hamba untuk
mengumpulkan hasil panen dari para penyewa, dan para hamba itu berulang kali
dianiaya.
|
Markus
memiliki tiga pelayan + kelompok yang lebih besar; Matius memiliki satu
kelompok yang terdiri dari tiga pelayan + kelompok yang lebih besar; Lukas
memiliki tiga pelayan; Thomas memiliki dua pelayan. Perlakuan khusus para
pelayan bervariasi di setiap Injil.
|
(iii)
Pemilik tanah mengirim anaknya,
yang dikenal sebagai pewaris, dan penyewa membunuhnya.
|
Markus
dan Lukas menulis “Anak yang dikasihi” tetapi Matius dan Thomas tidak; Matius dan Lukas
menyuruh anaknya diusir dari kebun anggur terlebih dahulu dan kemudian
dibunuh, tetapi Markus dibalik, dan Thomas tetap
pada urutannya.
|
(iv)
Kesimpulan dari perumpamaan, termasuk kutipan PL.
|
Sinoptik
mencakup pertanyaan-jawaban tentang bagaimana pemilik
tanah itu akan menanggapi dalam penghakiman atas penyewa, sementara Thomas hanya memiliki aforisme (pernyataan ringkas) penutup. Keempatnya termasuk
referensi untuk Mzm. 118:22, tetapi dalam
Thomas, itu adalah bagian lanjutan.
|
Notable Variations
(underlined) in the MT and LXX for Isaiah 5.1-7.[35]
MT
|
LXX
|
|
5.1
|
My beloved
My love song
His vineyard (כרם)
My beloved had
a vineyard
|
The beloved
A song of the beloved My vineyard (ἀμπελών)
The beloved had
a vineyard
|
5.2a
|
He …
Dug it, cleared it of stones
—
—
Planted it with a vine (שרק)
Built a watchtower (מגדל)
Hewed out a wine vat (יקב)
|
I …
—
Placed a hedge (φραγμὸν περιέθηκα) Fenced it
in (ἐχαράκωσα)
Planted it with a vine (ἄμπελον σωρηχ)
Built a watchtower (πύργον)
Dug out a wine vat (προλήνιον)
|
5.2b
|
Grapes → Bad
grapes (באשים)
|
Grapes → Thorns
(ἀκάνθας)
|
5.3
|
Inhabitants (יושב) of Jerusalem Man/men (איש) of Judah
|
Man (ἄνθρωπος) of Judah
Inhabitants (ἐνοικοῦντες) of
Jerusalem
|
5.4
|
What more was there to do
|
What more should I do (τί ποιήσω ἔτι)
|
5.5
|
Remove its
hedge (משוכת)
Break down its wall (גדר)
|
Remove its
hedge (φραγμόν)
Tear down its
wall (τοῖχον)
|
5.6
|
A brier and thorn (שמיר ושית) shall
grow
|
A thorn (ἄκανθα) shall come
up as in a dry land (χέρσον)
|
5.7a
|
Vineyard is the House of Israel
Man of Judah is a pleasant planting
|
Vineyard is the House of Israel
Man of Judah
is a beloved planting
(νεόφυτον)
|
5.7b
|
Justice (משפט)
→ Bloodshed
(משפח)
Righteousness (צדקה) → Outcry
(צעקה)
|
Justice (κρίσιν) → Lawlessness (ἀνομίαν) Righteousness (δικαιοσύνην) → Outcry (κραυγήν)
|
Yesus segera mengarahkan kepada seorang pemilik rumah yang
pergi dan membiarkan kebun anggurnya dikelola oleh penyewa. Ketika sudah ada
kesepakatan kontrak, pemilik meninggalkan negerinya ἀπεδήμησεν dan menetap lama di negeri asing, seperti yang ditambahkan oleh Lukas χρόνους ἱκανούς (v. 9). Mungkin, ini mengingatkan kembali kepada hukum masa
empat tahun yang harus berlalu sebelum hasil dari pohon buah-buahan dapat dinikmati
(Im. 19:22-25).[36]
Peraturan
yang melarang
penyewa dari hak biasa menjadi
hak pemilik tanah jika
setelah
tiga tahun pemilik tidak
mengambil hasil panennya itu tidak perlu dipersoalkan.[37] Bahkan diragukan bahwa penyewa
khawatir dengan kepemilikan
yang
sah; sehingga mereka
tertarik untuk memiliki
dan menggunakan. Kata Yunani klēronomia
sering berarti "kepemilikan" dari pada
"warisan". Josephus juga menggunakan bahasa pewarisan (klēronomein) untuk menggambarkan peristiwa yang
sama.[38]
Matius
menjadikan pemilik kebun anggur sebagai figur otoritas (seorang οἰκοδεσπότης
atau "pemilik tanah," berlawanan dengan ἄνθρωπος
sederhana Markus), yang dibenarkan menuntut "buahnya" (kontras Markus
"buah dari kebun anggur") dari penyewa yang ia miliki menyewa kebun
anggur. Longenecker
mengatakan bahwa perumpamaan ini jelas sebuah alegori
berdasarkan Song of the Vineyard dalam Yes 5: 1-7 di mana kebun anggur
mewakili Israel.[39] Yang konsisten dipandang sebagai
alegori sejarah keselamatan yang menggambarkan kesabaran Allah, pengutusan para
nabi dan akhirnya anaknya (yang diusir dari Yerusalem dan kemudian dibunuh),
penolakan terhadap orang-orang Yahudi, dan panggilan dari bangsa-bangsa lain.
Kadang-kadang perincian yang lebih kecil dari perumpamaan itu juga diuraikan.[40]
Misalnya, pagar di sekitar kebun anggur dipahami sebagai bantuan para malaikat,
menara sebagai bait Allah, dan pemiliknya pergi sebagai kehendak bebas manusia.
Gregory A. Lanier dalam jurnalnya membuat suatu
ringkasan alegori tentang perumpamaan ini:[41]
Vineyard
|
Israel •
kingdom of God • people of God • covenant • privileges • Jerusalem/ temple
|
Landlord
|
God • wealthy
elite
|
Tenants
|
Jews as a whole
• unfaithful Israel • Jewish crowds • religious leaders • peasants
|
Servants
|
Prophets
|
Fruit
|
Tithes
withheld by temple authorities • obedience to Torah
|
Son
|
Jesus
(messiah? special sonship? last prophet?) • no referent • John the Baptist
• Isaac
|
Inheritance
|
Israel as
God’s possession
|
Outside the
vineyard
|
Crucifixion •
ceremonial purity of the vineyard • desecration of the corpse
|
Judgment on
tenants
|
70 ce
destruction • parousia of Jesus • rejection of Israel • replacement of
leaders
|
‘Others’/ new
tenants
|
Gentiles/early
church • spiritual people of God • new leaders (apostles, Pharisees)
|
Belakangan ini perumpamaan itu ditafsirkan tentang
individu (masing-masing orang menerima pokok anggur pada saat pembaptisan
cenderung dan yang dikirimi adalah Hukum, Mazmur, dan Para Nabi) dan
perkembangan spiritual.[42]
Tetapi ada beberapa orang berpendapat bahwa perumpamaan itu adalah
alegori dari gereja mula-mula. Jülicher menganggap kisah itu sebagai kisah yang
sama sekali tidak realistis dan jelas merupakan alegori tentang pengiriman anaknya oleh Allah kepada para pemimpin
Israel.[43]
Setelah identifikasi bahwa kebun anggur diartikan secara
alegori sebagai Israel, fitur-fitur lain dari cerita ini mudah diidentifikasi.[44]
Jadi pemiliknya adalah Tuhan; penyewa adalah pemimpin Israel; utusan adalah
para nabi yang dikirim ke Israel; anak dan pewaris adalah Yesus, Anak Allah;
pembunuhan anak laki-laki mewakili penyaliban; hukuman para penyewa mewakili
kehancuran Israel; "penyewa lainnya" mewakili gereja (bukan Yahudi);
"pemberian buah-buahan kepada pemiliknya" (21: 34,41,43) adalah
melakukan kehendak Bapa (lih. 21:31; 7:21); "penolakan terhadap batu oleh
para tukang bangunan" dan "pengangkatannya ke bagian penjuru oleh
Allah" menyinggung kematian dan kebangkitan Yesus; dan terakhir berkata,
"Siapa yang jatuh di atas batu ini akan hancur berkeping-keping, dan siapa
yang jatuh akan hancur!" (21:44), berfungsi sebagai peringatan bahwa
penolakan terhadap Yesus akan menghasilkan penghukuman (lih. 10: 32-33).[45]
Secara umum, Matius mengikuti dengan cermat apa yang disebut "kiasan
kristologis" Markus. Namun, perubahan yang dilakukan Matius memperkuat
ciri-ciri perumpamaan yang kristologis, eklesiologis, dan anti-Yahudi.[46]
Perumpamaan-perumpamaan
itu tumbuh dari antagonisme para ahli Taurat dan orang-orang Farisi sehubungan
dengan pembersihan-Nya terhadap bait suci.[47] Tetapi
jika
perumpamaan ini
diambil dari lingkungan konfrontasi Yesus dengan para pemimpin Israel kelihatannya interpretasi itu aneh dan tidak meyakinkan, khususnya pada masa Palestina abad pertama.[48] Perumpamaan yang
terkandung dalam ayat-ayat ini diucapkan dengan referensi khusus kepada
orang-orang Yahudi.[49]
Perumpamaan ini berbicara tentang Israel sebagai kebun
anggur dan tentang Allah sebagai pemilik yang pergi ke negeri yang jauh,
berharap menerima hasil ketika anggur itu dipanen.[50] Allah memilih Israel untuk
menjadi bangsa yang istimewa. Yesus
mengajarkan bahwa Dia memisahkan mereka dari bangsa-bangsa
lain di bumi, dan menganugerahkan kepada mereka berkat yang tak terhitung
jumlahnya; Dia memberi mereka wahyu tentang diri-Nya sendiri, sementara seluruh bumi
berada dalam kegelapan; Dia memberi mereka hukum Taurat, dan
perjanjian-perjanjian, dan nubuat-nubuat Allah, sementara bangsa lain dibiarkan begitu saja.[51]
Ketika
Tuhan memisahkan orang Yahudi dari orang lain, Dia memiliki hak untuk berharap bahwa
mereka akan melayani Dia,
dan mematuhi hukum-Nya. Ketika seorang pemilik kebun anggur bersusah payah
dengan kebun anggurnya,
ia memiliki hak untuk mengharapkan buah dari kebun anggur itu.[52] Tetapi Israel tidak
memberikan hasil
yang layak untuk semua belas kasihan Tuhan. “Mereka berbaur dengan
bangsa-bangsa dan mengadopsi adat istiadat mereka” (Mazmur 106: 35). Mereka
mengeraskan diri mereka dalam dosa dan ketidakpercayaan. Mereka berbalik kepada berhala. Mereka tidak mematuhi
perintah Tuhan. Mereka membenci bait
Tuhan. Allah tetap sabar
ketika mereka
menolak untuk mendengarkan para nabi-Nya; Sama seperti para penyewa memukuli
dan membunuh para pelayan yang dikirim oleh pemiliknya kepada mereka, para
pemimpin Israel menganiaya dan membunuh para utusan Allah, dari para nabi
Perjanjian Lama hingga Yohanes Pembaptis,[53] hingga sampai pada puncak kejahatan mereka yaitu
dengan membunuh Anak Allah sendiri, yaitu Yesus Kristus.[54] Dia ingin menunjukkan bahwa menolak
Kristus batu penjuru memiliki konsekuensi bahwa kerajaan Allah akan diambil.[55] Kistemaker mengatakan bahwa dengan sengaja Yesus menjalin perumpamaan
tentang penggarap-penggarap kebun anggur dengan perumpamaan tentang batu yang
dibuang (Matius 21:43, 44). Kerajaan Allah menjadi kebun anggur dimana
orang-orang lain mengusahakan buahnya, pada saat yang sama batu yang dibuang
itu menghancurkan dan meremukkan lawan-lawan si Anak. “kebun anggur” dan “batu
bangunan” merupakan metafora yang dapat dimengerti dengan mudah oleh pemimpin-pemimpin
agama.[56]
Sejak
awal, para pendengar Yesus akan memahami nasib para budak sehubungan dengan apa
yang disebut tradisi deuteronomistik mengenai pembunuhan nabi yang
mereka kenal. Tetapi bagaimana mereka memahami transisi dari "hamba" ke "anak"? Di sini ada lebih dari
sekadar pengembangan naratif; jelas merupakan lompatan kualitatif yang ditekankan melalui refleksi diri yang
terperinci dari pemilik kebun anggur dan penyewa di semua versi teks, juga
menuntut pemahaman metaforis. Itu hanya dapat dipahami dengan memuaskan jika
berasumsi bahwa Yesus berbicara di sini secara tidak langsung tentang misinya
sendiri, yang melampaui misi para nabi.[57]
Karena dapat
diperdebatkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari tidak ada pemilik yang
hak-haknya telah diinjak-injak dengan kasar akan cukup murah hati untuk memberi
para penjahat kesempatan lagi, dan tentu saja bahwa dia tidak akan menyerahkan anaknya yang tersayang kepada tingkah dan
tipu muslihat orang-orang yang telah memukuli para pelayannya. Tetapi kemudian,
harus diingat bahwa ini adalah sebuah perumpamaan yang menunjukkan kasih, kesabaran dan keadilan Allah
kepada Israel.[58]
E. Aplikasi
Dari perumpamaan ini penulis mendapatkan beberapa aplikasi praktis: Yesus
mengajarkan bahwa Allah adalah penuh kasih, kesabaran dan keadilan sekalipun
orang-orang yang dipercaya adalah orang-orang yang sangat jahat. Tetapi ketika
Anak-Nya ditolak dan dibunuh, Allah meminta pertanggungjawaban atas perbuatan
mereka. Segala perbuatan ada konsekuensinya.
Mungkin sama seperti Yesus yang ditolak, banyak gereja-gereja yang di tolak
dan ditentang kehadirannya oleh masyarakat Indonesia. Banyak yang menentang
bahkan melawan gereja. Tetapi perumpamaan ini mengajarkan bahwa Tuhan Yesus
juga pernah ditolak dan Dia pasti akan selalu memberikan kita kekuatan untuk
dapat menanggung setiap perlawanan yang dihadapi orang-orang percaya. Tuhan
ingin setiap orang belajar taat dan setia sampai mati seperti hamba dan anak
yang dikirim, sekalipun harus dianiaya dan dibunuh. Sikap yang luar biasa dari
seorang pemilik tanah, yaitu kasihnya, kesabarannya, dan keadilannya bisa
menjadi teladan bagi kita. Tetapi perlu diingat bahwa hak untuk menegakkan
keadilan hanyalah hak Tuhan bukan hak manusia.
F.
Daftar
Pustaka
Barton,
Bruce B., 1994. Mark, Life
application Bible commentary. Wheaton, Ill.:
Tyndale
House
Publishers.
Courson, Jon, 2003. Jon Courson's Application Commentary (Nashville, TN: Thomas
Nelson.
Elwell, Walter A., vol. 3, 1996. Evangelical Commentary on the Bible, Baker reference
library. Grand Rapids, Mich.: Baker
Book House.
Fleming, Donald C., 1994. Concise Bible Commentary, Also Published Under Title: The
AMG Concise Bible Commentary. Chattanooga, Tenn.: AMG Publishers.
Fonck, S.J., Leopold, 1914. The Parables of The Gospel: An Exegetical and Practical
Explanation. New York:
Frederick Pustet Co, Inc.
Hendriksen, William and Kistemaker, Simon J., vol. 9, 1953-2001. New
Testament
Commentary
: Exposition of the Gospel According to Matthew, Accompanying
Biblical
Text Is Author's Translation, New Testament Commentary. Grand
Rapids:
Baker
Book House.
Jeremias, Joachim, 1972. The Parables of Jesus. New York: Charles Scribner’s Son.
J.S., Kloppenborg, 2006. The tenants in the vineyard: Ideology, economics, and agrarian
conflict in Jewish Palestine. Mohr Siebeck: Tübingen,
Kistemaker, Simon J., 2010. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Malang: Literatur SAAT.
Lanier, Gregory R., 2016. Mapping the Vineyard: Main Lines of Investigation Regarding the
Parable of the Tenants in the Synoptics and Thomas.
sagepub.co.uk/journalsPermissions.nav: Currents in Biblical Research
2016, Vol.
15(1) © The Author(s).
Longenecker, Richard N., 2000. The Challenge of Jesus' Parables. Grand Rapids: William B.
Eerdmans Publishing Company.
Luz, Ulrich and Koester, Helmut,
2005. Matthew 21-28: A Commentary, Translation of: Das
Evangelium
Nach Matthaus.;
Vol. 3 Translated by James E. Crouch ; Edited by
Helmut
Koester.; Vol. 3 Published by Fortress Press. Minneapolis:
Augsburg.
Ryle,
J. C., 1993. Matthew, Originally
Published: New York : R. Carter, 1860., The
Crossway
classic commentaries. Wheaton, Ill.:
Crossway Books.
Scott, Bernard Brandon, 1990. Hear then the parable: A Commentary on the Parables of
Jesus. Minneapolis: Fortress Press.
Setiawan, Kornelius A., 2014. Mencari Mutiara Berharga: Memahami Perumpamaan Yesus
Secara Kritis dan Praktis. Malang:
Bayumedia.
Snodgrass, Klyne, 2008. Stories with intent: a comprehensive guide to the parables of Jesus.
Grand Rapids, Michigan: William B.
Eerdmans Publishing Company.
Wiersbe,
Warren W., 1997. Wiersbe's Expository
Outlines on the New Testament. Wheaton,
Ill.:
Victor Books.
[1] Kornelius
A. Setiawan, Mencari Mutiara Berharga: Memahami Perumpamaan Yesus Secara
Kritis dan Praktis (Malang: Bayumedia, 2014) 23.
[2] Klyne Snodgrass, Stories with intent: a comprehensive guide
to the parables of Jesus, (Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans
Publishing Company, 2008), Pg. 218. Kistemaker, Perumpamaan-perumpamaan
Yesus, 104.
[3] Ia berkata, “Seorang tukang
riba memiliki sebuah kebun anggur dan menyewakannya kepada beberapa penggarap,
supaya mereka dapat bekerja dan dia dapat memungut hasilnya dari mereka. Dia
mengutus hambanya supaya para penggarap itu dapat memberi kepada hambanya hasil
kebun anggur itu. Mereka menangkap, memukuli, dan hampir membunuh hambanya itu,
dan hamba itu kembali dan memberitahukan tuannya. Tuannya berkata, ‘Mungkin dia
tidak mengenal mereka.’ Dia mengutus seorang hamba lainnya, dan para penggarap
itu memukulinya juga. Lalu tuan itu mengutus anaknya dan berkata, ‘Mungkin
mereka akan menunjukkan rasa hormat mereka kepada anakku.’ Karena para
penggarap itu tahu bahwa dia adalah pewaris kebun anggur itu, mereka
menangkapnya lalu membunuhnya. Barangsiapa bertelinga, hendaklah dia
mendengar.” Yesus berkata, “Tunjukkanlah kepadaku batu yang ditolak oleh
para tukang bangunan: itulah batu penjuru.” Snodgrass, Stories
with intent, 220.
Apa yang mengesankan
para sarjana tentang perumpamaan dalam Tomas adalah bahwa mereka tidak memiliki
kiasan dan sebagian besar
adalah aplikasi. Bernard Brandon Scott,
Hear then the parable: A Commentary on the Parables of Jesus
(Minneapolis: Fortress Press, 1990) 30.
Kloppenborg juga telah mengindikasikan bahwa Markus 12:1 – 2, jika dibandingkan
dengan Thomas 65 (yang paling mungkin lebih dekat dengan tradisi Yesus yang
historis), telah mengubah penyewa menjadi sebuah cerita sejarah keselamatan
dalam pakaian alegoris. Kloppenborg, J.S., The tenants in the vineyard:
Ideology, economics, and agrarian conflict in Jewish Palestine (Mohr
Siebeck: Tübingen, 2006) 111.
[4] Joachim
Jeremias, The Parables of Jesus (New York: Charles Scribner’s Son, 1972)
Pg. 70. Klyne
Snodgrass, Stories with intent,
221-23. Kistemaker, Perumpamaan-perumpamaan Yesus, 97. Sekalipun
masing-masing catatan memiliki narasi yang sedikit berbeda tetapi hal tersebut
tidak mempengaruhi maksa dan tujuan Yesus dalam perumpamaan tersebut.
[5] Scott, Hear
then the parable, 237.
[6] Jeremias, Parables, 24.
[7]
Kistemaker, Perumpamaan-perumpamaan Yesus, 97.
[8] Scott, Hear
then the parable, 237.
[9] Leopold
Fonck, S.J. The Parables of The Gospel: An Exegetical and Practical
Explanation (New York: Frederick Pustet Co, Inc., 1914) 341.
[10]Bruce
B. Barton, Mark, Life application Bible commentary (Wheaton, Ill.:
Tyndale House Publishers, 1994), 334.
[11] Fonck, S.J.
The Parables of The Gospel, 342.
[12] Fonck, S.J.
The Parables of The Gospel, 342.
[13]
Barton, Mark, 334. Kistemaker,
Perumpamaan-perumpamaan Yesus, 97.
[14] Di
Palestina Selatan khususnya, mereka harus dapat mengawasi seluruh kebun anggur;
tetapi di Palestina Utara ada gubuk kecil dengan atap teduh dan sisi-sisi
terbuka sering menjadi satu-satunya tempat berlindung bagi penjaga. Menara ini
biasanya dibangun dengan kokoh dari batu, dan bagian bawahnya untuk menyimpan
akomodasi bagi pekerja dan keluarganya pada zaman kuno. Para penjaga, sebagai
suatu peraturan harus membangun bagi diri mereka sendiri di tanah datar sebagai
tempat perlindungan dengan sedikit terbuka untuk menangkal sinar matahari yang
sangat terik, tetapi harus memungkinkan supaya pandangan ketika mengawasi tidak
terganggu. Dari sini, penanam anggur harus berjaga-jaga dan menjaga buahnya. Fonck,
S.J. The Parables of The Gospel, 342.
[15] Fonck, S.J.
The Parables of The Gospel, 342.
[16] Fonck, S.J.
The Parables of The Gospel, 342.
[17]Barton,
Mark, 334.
[18] Fonck, S.J.
The Parables of The Gospel, 344.
[19] Snodgrass, Stories with intent,
224.
[20] Barton, Mark, 334.
[21] Barton, Mark, 334.
[22] Barton, Mark, 334.
[23] Fonck, S.J.
The Parables of The Gospel, 343.
[24] Fonck, S.J.
The Parables of The Gospel, 343.
[25] Fonck, S.J.
The Parables of The Gospel, 343-43.
[26] Snodgrass, Stories with intent, 224.
[27] Snodgrass, Stories with intent, 224.
[28] Hukum Romawi memang pada kenyataannya bahwa kerabat darah melayani
sebagai agen hukum penuh. Sebaliknya, anaknya dikirim sebagai perpanjangan status oleh pemilik, karena dalam
masyarakat berbasis rasa malu / kehormatan menunjukkan peningkatan status untuk membuat penyewa patuh. Kloppenborg, The tenants in the vineyard, 323-24.
[29] Fonck, S.J.
The Parables of The Gospel, 340.
[30] William Hendriksen and Simon J.
Kistemaker, vol. 9, New Testament Commentary : Exposition of the Gospel
According to Matthew, Accompanying Biblical Text Is Author's Translation.,
New Testament Commentary (Grand Rapids: Baker Book House, 1953-2001), 781.
[31] Fonck, S.J.
The Parables of The Gospel, 340-41.
[32] Fonck, S.J.
The Parables of The Gospel, 341.
[33] Fonck, S.J.
The Parables of The Gospel, 341.
[34]
Gregory R. Lanier,
Mapping the Vineyard: Main Lines of Investigation Regarding the Parable of
the Tenants in the Synoptics and Thomas
(Sagepub.co.uk/journalsPermissions.nav: Currents in Biblical Research 2016,
Vol. 15(1) © The Author(s) 2016) 76.
[35] Lanier, Mapping
the Vineyard, 83.
[36] Fonck, S.J.
The Parables of The Gospel, 341. Pemiliknya akan menanggung para penyewa
itu selama empat tahun pertama. Kistemaker, Perumpamaan-perumpamaan Yesus, 98.
[37] Snodgrass, Stories with intent, 224.
[38] Snodgrass, Stories with intent, 224.
[39]
Richard N. Longenecker,
The Challenge of Jesus' Parables (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company,
2000) 158-159
[40]
Snodgrass, Stories with intent,
224-25.
[41]
Lanier,
Mapping the Vineyard, 105.
[42]
Snodgrass, Stories with intent, 224-25.
[43]
Snodgrass, Stories with intent,
225.
[44] Longenecker,
The Challenge of Jesus' Parables, 158-59.
[45] Longenecker,
The Challenge of Jesus' Parables, 158-59.
[46] Longenecker,
The Challenge of Jesus' Parables, 158-59.
[47]Warren
W. Wiersbe, Wiersbe's Expository Outlines on the New Testament (Wheaton,
Ill.: Victor Books, 1997, c1992), 77.
[48] Klyne Snodgrass, Stories with intent,
218.
[49] J. C. Ryle, Matthew,
Originally Published: New York : R. Carter, 1860., The Crossway classic
commentaries (Wheaton, Ill.: Crossway Books, 1993), 198.
[50] Jon Courson, Jon Courson's
Application Commentary (Nashville, TN: Thomas Nelson, 2003), 158. J. C. Ryle, Matthew,
Originally Published: New York : R. Carter, 1860., The Crossway classic
commentaries (Wheaton, Ill.: Crossway Books, 1993), 198.
Walter A. Elwell, vol. 3, Evangelical Commentary on the Bible, Baker
reference library (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1996, c1989), Mt
21:33.
[51] Ryle, Matthew, 198.
[52] Ryle, Matthew, 198.
[53]Donald
C. Fleming, Concise Bible Commentary, Also Published Under Title: The
AMG Concise Bible Commentary. (Chattanooga, Tenn.: AMG Publishers, 1994,
c1988), 440.
[54] Ryle, Matthew, 198.
[55] Ulrich Luz and Helmut Koester, Matthew
21-28: A Commentary, Translation of: Das Evangelium Nach Matthaus.; Vol. 3
Translated by James E. Crouch ; Edited by Helmut Koester.; Vol. 3 Published by
Fortress Press. (Minneapolis: Augsburg, 2005), 36.
[56]
Kistemaker, Perumpamaan-perumpamaan Yesus, 105.
[57] Ulrich Luz and Helmut Koester, Matthew
21-28: A Commentary, 36.
[58] Hendriksen and Kistemaker, New
Testament, 783.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar