Selasa, 19 September 2017

PENGAJARAN PAULUS TENTANG HUKUM TAURAT DAN ETIKA KRISTEN

PENDAHULUAN

Hukum Taurat[1] merupakan hukum keagamaan bangsa Yahudi.  Hukum ini merupakan hukum yang berasal dari Allah. Hukum ini diterapkan pada Kesepuluh Hukum (Keluaran 20), kemudian pada segala hukum dan peraturan dari Tuhan, khususnya pada kelima kitab Musa atau kitab Taurat (Pentateukh). Hukum ini sangat identik dengan bangsa Israel, bahkan hukum ini merupakan hukum yang diajarkan Allah secara langsung kepada umat pilihan-Nya itu. Melanggar hukum Taurat berarti melanggar kehendak Allah. Memegang dan memelihara Taurat adalah syarat perjanjian dan merupakan kewajiban bagi bangsa Yahudi. 
Namun Sesudah masa Pembuangan di Babel hukum itu makin banyak diulangi, diperluas, bahkan dibarui sesuai dengan keadaan. Warren W.wiersbi menambahkan “…Israel telah bertobat dari pemujaan berhala bahkan mereka semakin giat melaksanakan hukum Taurat, bahkan mereka “memperbaiki hukum Allah” dengan menambahkannya dengan adat istiadat mereka sendiri dan menjadikan adat istiadat itu menjadi setara dengan hukum Taurat.”[2]

Sampai kepada masa rasul Paulus, yang memiliki pandangan sangat radikal terhadap hukum Taurat. Yang dulunya adalah seorang yangtaat hukum Taurat kemudian Paulus memahami Hukum Taurat secara berbeda Paulus berbalik menggantikan kesetiaannya kepada Taurat dengan pengandalan kepada Kristus. Paulus memberitakan Kristus dengan tidak meninggalkan akarnya, yaitu: orang Yahudi yang mengerti tentang Hukum Taurat, kepada orang-orang non-Yahudi. Mengapa begitu cepat Paulus menggeser pemikirannya tentang Taurat dengan mengandalkan Kristus? Apakah Paulus menentang Hukum Taurat? Jika tidak, bagaimana kita pada akhirnya bisa memahami dan menjembatani antara sisi positif sekaligus sisi negatif perkataan Paulus tentang Hukum Taurat itu?Bagaimana hubungan ajaran Paulus dengan Hukum Taurat?

PEMBAHASAN

Sebelum berbicara lebih jauh mengenai Paulus dan Hukum Taurat, penting bagi kita untuk memahami bahwa ketika Paulus menyebut Hukum Taurat tidak terbatas pada perintah Allah saja (10 Hukum atau Perintah). W. D. Davies menyebutkan bahwa setidaknya ada empat pengertian dalam memahami perkataan Paulus tentang Hukum Taurat. Menurut Davies, Hukum Taurat mencakup semua perintah Allah: Sejarah iman Israel dalam memahami Allah; Kebijaksanaan Allah (Amsal 8) dan yang terakhir adalah pernyataan kehendak Allah bagi dunia, alam dan bagi masyarakat (Israel).[3] Jadi perlu di mengerti tentang pandangan hukum Taurat mulai dari Perjanjian Lama sampai kepada masa Rasul-rasul.
A.    Taurat dalam Perjanjian Lama
Sejak Keluaran 20 – Ulangan 33, kita berhadapan dengan kumpulan hukum-hukum. Hukum-hukum ini, diawali dengan pemberian Dasa Titah di Gunung Sinai, harus dimengerti dalam perspektif covenant (perjanjian atau wasiat). Dalam konteks ini, Allah membuat perjanjian dengan Israel. Dan Taurat berfungsi sebagai tata laku yang mengatur relasi antara Tuhan dan Israel. Bila Israel taat, Israel diberkati; bila tidak taat, Israel dikutuk atau mendapat sanksi (Ul. 28). Inilah yang disebut sebagai Retribusi Covenantal. Artinya berkat dan kutuk perjanjian ditentukan oleh ketaatan terhadap Taurat Tuhan.
Hal penting yang perlu ditandaskan di sini adalah bahwa Taurat tidak pernah dimaksudkan untuk menandai inisiasi Israel menjadi umat Allah. Taurat tidak pernah dimaksudkan supaya dilakukan dengan motivasi agar diterima sebagai umat Allah. Taurat adalah hukum bagi umat Allah. Artinya, Israel sudah disebut sebagai umat Allah sebelum Tauratdiberikan.[4] Dan sebagai umat Allah, mereka harus dipedomani dengan Taurat sebagai dasar kesetiaan mereka terhadap Tuhan sekaligus dasar penilaian Tuhan atas ketaatan atau ketidaktaatan mereka.
Bila kita mencermati hukum-hukum dalam PL, kita akan menemukan bahwa hukum-hukum itu dapat dikategorikan menjadi dalam tiga dimensi cakupan, yaitu: a) Hukum-hukum moral; b) hukum-hukum upacara (hukum-hukum yang mengatur mengenai korban-korban dan cara pemberian korban); dan c) hukum-hukum sipil-kemasyarakatan (hukum-hukum mengenai makanan; tahir atau tidak tahir; bagaimana Israel harus berelasi dengan bangsa-bangsa lain).Jadi, jelas bahwa Taurat adalah syarat covenant lama, yaitu covenant antara Allah dengan Israel.

B.     Yesus Kristus dan Taurat
Yesus tak pernah menghapus dan membatalkan hukum Taurat.Bahkan ia sendiri mengatakan hal itu: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Matius 5:17).[5]Kristus merupakan penggenapan Hukum Taurat Musa. Dan dengan peran-Nya sebagai penggenapan, maka Kristus tidak mengubah hukum moral, namun hukum seremonial (upacara) dan yudisial (sipil – kemasyarakatan) yang dulu tidak berlaku lagi, karena hukum- hukum tersebut hanya merupakan ‘persiapan’ yang disyaratkan Allah agar umat-Nya dapat menerima dan menghargai kesempurnaan yang diberikan oleh Kristus. Maka dalam PB, sunat, tidak lagi sunat jasmani, tetapi sunat rohani (Rom 2:29). Penekanan kerohanian ini juga nampak dalam pengaturan persembahan; sebab persembahan perpuluhan PL disempurnakan oleh perintah untuk memberi persembahan kepada Allah dengan suka cita sesuai dengan kerelaan hati (lih. 2 Kor 9:7).
Dengan demikian, maka Allah tidak lagi memberikan patokan tertentu; dan pada orang-orang tertentu, “kerelaan hati dan sukacita” ini malah melebihi dari sepuluh persen. Kita ketahui dari kisah hidup para kudus, dan juga pada para imam dan biarawan dan biarawati, yang sungguh mempersembahkan segala yang mereka miliki untuk Tuhan.  Dengan demikian mereka mengikuti teladan hidup Kristus yang memberikan Diri-Nya secara total kepada Allah Bapa dan manusia. Di sinilah arti bagaimana penggenapan Hukum Taurat memberikan kepada kita hukum kasih yang baru. Yesus tidak membatalkan hukum Taurat, sebab dengan mengenal hukum Taurat, kita akan dapat lebih memahami Hukum Kasih yang diberikan oleh Kristus.
Donal Guthrie menyimpulkan beberapa hal mengenai pandangan Yesus terhadap Hukum Taurat menurut Injil Sinoptik:[6]
1.      Yesus menganggap hukum Taurat sebagai ketetapan Allah yang bersifat berwibawa dalam hal-hal agama.
2.      Ia melihat kebutuhan untuk menembus kepada hal-hal batiniahnya, yang membuatnya lebih dari sekedar hal-hal lahirian.
3.      Ia tidak pernah menganggap bahwa hubungan manusia denga Allah dapat didasarkan pada pemeliharaan hukum Taurat karena ini digantikan oleh kerelaan Allah mengampuni manusia berlandaskan misi Yesus.
4.      Perjanjian yang lama diganti dengan perjajian yang baru (Mat 26:26) dan yang baru menggenapi yang lama.

C.    Tulisan Yohanes tentang Hukum Taurat
Pemakaian kata nomos (hukum) dalam Injil Yohanes sama pemakaiannya dengan Injil Sinoptik.  Pemakaiaan kata hukum ditekankan kepada kelima kitab Musa, namun kutipan kitab diluar kitab Musa (kitab para nabi) juga dikatakan hukum (bnd:Yoh 10:34; 12:34).  Dalam Yohanes kata hukum (nomos) pasti mengungkapkan keseluruhan kitab PL.[7] Kesimpulan penting tentang Taurat menurut rasul Yohanes adalah:[8]
1.      Taurat dipahami sebagai yang ilahi asal-usulnya, sebagaimana disiratkan oleh kata kerja pasif “diberikan” (edothe).
2.      Taurat dibandingkan dengan anugerah dan kebenaran yang digandengkan
3.      Yang dibandingkan adalah perantara-perantara yang melalui masing-masing tercapai hasil yang berbeda-beda (yakni Musa dibandingkan dengan Yesus Kristus)
Injil Yohanes memperlihatkan pendekatan yang baru terhadap Taurat oleh Yesus.  Yohanes memperlihatkan bahwa bagi Yesus Taurat memberi kesaksian tentang Dia bukan mempersalahkan Dia dan Taurat tidak mengikat Dia sebab Ia adalah Anak Allah.
D.    Taurat dalam Kisah Para Rasul
Kisah para Rasul mencatat kisah yang menunjukan bahwa orang Kristen awal tetap memberikan penghargaan tinggi kepada Taurat bahkan sebagia mereka tetap memegang Taurat syarat memperoleh keselamatan, hal ini dibuktikan dengan adannya sidang di Yerusalem yang membahas mengenai sunat.  Memang sebagain dari mereka sudah ada yang dapat memahami makna Kekristenan yang benar.  Sebagian dari mereka menerima kenyataan bahwa turunnya Roh Kudus keatas orang-orang bukan Yahudi (tidak memiliki Taurat) merupakan bukti bahwa Allah mengaruniakan kepada mereka keselamatan (Kis 11:18).
Penafsiran mereka yang salah terhadap Taurat merupakan suatu yang sangat sulit dilakukan karena latar belakang mereka telah sangat mempengaruhi pandangan dan pemahaman mereka, bahkan Petrus memerlukan penglihatan Ilahi (Kis. 10) untuk membuatnnya yakin bahwa pandangan yang menurut mereka baru adalah benar.  Namun pada akhirnnya penerimaan akan pandangan yang baru ini dapat diterima.
E.     Hukum Taurat dalam ajaran Paulus
Permasalahan Paulus dengan Taurat cukup rumit, bahkan terkesan bertolak belakang mengenai Hukum Taurat itu sendiri. Dari satu pihak ia memuji Taurat; dari lain pihak ia mengutuknya.[9]Kepada jemaat di Efesus rasul Paulus mengatakan bahwa hukum Taurat telah dibatalkan melalui kematian Yesus. Namun pada kesempatan yang lain, ia menulis kepada jemaat di Roma dan mengatakan kepada mereka bahwa hukum Taurat tidak dibatalkan karena iman. Ia justru mengatakan bahwa ia meneguhkan hukum Taurat oleh iman. Dari seua pernyataannya tentu saja tidak beralasan, karena menurut pengakuan Paulus, semua tulisannya itu dibuat berdasarkan ilham dari Dia yang telah memanggilnya (Efesus 3:1-4). Lebih jauh kesaksian tentang tulisan rasul Paulus datang dari rekannya sesama rasul, yaitu rasul Petrus, bahwa semua yang ditulis oleh Paulus adalah ditulis berdasarkan hikmat yang diberikan kepadanya (2 Petrus 3:15).
Pernyataan-pernyataan tentang hukum Taurat diatas terkesan membingungkan. Namun yang pasti ialah bahwa semua pernyataan itu benar dan tidak ada satupun yang salah dari pernyataan Paulus itu. semua pernyataan itu benar sesuai dengan konteksnya masing-masing. Taurat tidak dapat meniadakan ketidakmampuan manusia untuk melakukan Taurat. Maka hukum Taurat yang seharusnya membawa manusia kepada hidup, ternyata membawa manusia “mengenal dosa” (Roma 3:20). Taurat begitu ineffesiensi, yang sebenarnya hanya mampu dipahami dari wahyu Kristus Yesus. Tetapi yang paling penting bukanlah effisiensiTaurat melainkan fungsinya.[10] Untuk mengerti pandangan teologis Paulus secara tepat, maka sangat penting untuk memahami sikapnya terhadap Taurat, baik sebelum maupun sesudah pertobatannya.[11]
1.      Paulus sebelum bertobat
Paulus waktu belum bertobat merupakan seorang dari golongan Farisi.  Ia merupakan keturunan Yahudi (pemilik hukum Taurat), dibesarkan di Yerusalem dan dididik dibawah didikan Gamaliel seorang guru Yahudi yang begitu dipandang, dari suku Benyamin.  Melaksanakan hukum Taurat merupakan suatu kebanggan bagi Saulus, bahkan ia rela melakukan pembunuhan demi melaksanakan hukum Taurat.  Dengan demikian secara keagamaan Yahudi, secara pengetahuan pemahaman Paulus mengenai Hukum Taurat tidak diragukan lagi. 
Sebagai orang yang terlahir dalam keturunan Yahudi, tentunya pemahaman Paulus tidaklah terlepas dari pemahaman Yudaisme yang berkembang pada masannya.[12]  Pada masa Paulus memuat dua pendekatan yang berbeda.  Yang satu sama sekali bersifat legalistik, menganggap kewajiban manusia dalam agama terdiri dari ketaatan penuh kepada ajaran Taurat, tekanannya terletak pada kemampuan manusia menjalankan hukum Taurat.  Pandangan lain lebih berpusat pada hal mempercayakan diri kepada Allah dan bertolak dari perbuatan Allah.  Namun kedua pandanga tersebut sama salah karena menganggap bahwa hukum adalah alat utama yang harus dipakai manusia untuk menghampiri Allah.
Seperti kebanyakan orang Yahudi khususnnya golongan Farisi lainnya, Saulus juga memiliki pandangan bahwa (padangan ia sebelum bertobat dapat dilihat dari pernyataannya sampai kepada ia bertobat):
a.       Hukum Taurat itu benar dan dari Allah/hukum Allah (Rom7:22).
b.      Hukum Taurat adalah kudus (Rom 7:12)
c.       Hukum Taurat itu baik (Rom 7:16)
d.      Hukum Taurat adalah kewajiban.
e.       Hukum Taurat merupakan sarana satu-satunnya untuk menghapiri Allah.  Hal ini merupakan makna yang terkandaung dalam tuntutan Taurat, ibadah orang Yahudi merupakan kewajiban dan sarana satu-satunnya untuk mereka menghapiri Taurat.
f.        Hukum Taurat adalah saranan mendapatkan keselamatan (Mzm 19:11 (19-12) Lagipula hamba-Mu diperingatkan oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang padanya mendapat upah yang besar).  Herman Ridderbos mengatakan “Menurut orang Yahudi, Taurat adalah saranan untuk bisa dibenarkan oleh perbuatan, dan senjata untuk melawan kuasa dosa”.[13]
g.      Orang yang memiliki hukum Taurat adalah orang yang paling benar dan saleh (Fil 3:1-11)

2.      Paulus setelah bertobat
Setelah bertobat pandangannya tentang hukum Taurat menjadi berubah.[14] Pada intinya, Paulus memakai dua cara untuk membuktikan ketidakcukupan Taurat sebagai saran keselamatan, untuk membantah dua fungsi penebusan yang orang Yahudi kenakan atas Taurat. Menurut orang Yahudi, Taurat adalah sarana untuk bisa dibenarkan oleh perbuatan, dan senjata untuk melawan dosa.
Pandangan ketika ia sudah bertobat yang beranjak dari pandangan lamannya dan dibaharui dengan pandangan barunnya.  Beberapa pandangan Paulus mengenai hukum Taurat:
a.      Taurat Adalah hukum Allah (Rom 7:22)
b.      Taurat adalah kudus (Rom 7:22)
c.       Hukum Taurat baik (ay 6)
d.      Hukum Taurat Berkuasa atas hidup seseorang ketika seseorang belum menerima Kristus/ belum mati dengan Kristus (7:1-6).
e.       Hukum Taurat sebagai sarana untuk mengenal dosa (Rom 3:20).  Dosa tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat (Rom 5:13)
f.        Hukum Taurat membangkitkan dosa (Rom 7:8,19)
g.      Hukum Taurat membawa kepada kematian (Roma 7:10-11)
h.      Hukum Taurat memperlihatkan jahatnnya dosa (Roma 7:12-13)
i.        Hukum Taurat tidak menyelamatkan, tetapi keselamatan merupakan Anugereah Allah dan diterima melalui iman (Rom 3:21). Paulus tidak menentang hukum Taurat Yahudi itu sendiri, tetapi menolak pandangan bahwa memegang Taurat adalah jalan Keselamatan bagi orang Kristen (Gal 5:4).
j.        Namun Taurat bukan penghalang untuk menerima keselamatan namun penghalang bangsa Yahudi menerima keselamatan ialah penolakan dan kekerasan hati mereka serta sikap” mereka membuat Taurat sebagai sarana keselamatan dan bersandar kepadannya untuk memperoleh keselamatan…karena mengejar keselamat bukan karena iman namun perbuatan (Rom 9:31)”[15]
k.      Hukum Taurat menunjuk kepada Mesias (Rom 10:4-13).  “Taurat adalah pendisiplin yang menunjuk kepada Kristus”.[16]  Schatter mengungkapkan “sampai Ia (kristus) datang seorang penjaga telah diberikan kepada kita dalam bentuk Taurat, yang mengurung kita dalam pemenjaraan”.[17]
Paulus meradikalisasi hukum, baik secara kuantitas maupun isi. Paulus di Roam 2:21 menuduh orang Yahudi dengan berbagai jenis perbuatan dosa, hal itu membuktikan bahwa mereka mustahil dapat dibenarkan oleh Taurat.[18] Paulus meletakkan pemenuhan hukum dan pembenaran sejati di dalam pertobatan kepada Allah dan di dalam penyunatan hati menurut Roh.
F.     Hukum Taurat dalam Surat Ibrani
Ibrani menekankan sifat batiniah dari perjanjian yang baru, lalu menyimpulkan bahwa yang lama sudah using (Ibr 8:13).  Dalam hal ini keunggulan hukum yang tertulis dalam loh batu-lah yang menjadi topik dan menyatakan ketidak memadaian hukum Taurata bahwa:
A.    Hukum Taurat sama sekali tidak membawa kesempurnaan (Ibr 7:19; 9:9, 10:1).
B.     Hukum Taurat tidak dapat meyucikan hati (Ibr 9:14).
C.     Hukum Taurat tidak dapat menyelamatkan (Ibr 7:25; 9:28)
D.    Hukum Taurat tidak mempunyai kekuatan dan tidak berguna (Ibr 7:18)

G.    Hukum Taurat dalam Surat Yakobus
Yakobus merangkum hukum Taurat dalam hukum kasih (terhadap sesama) persis seperti Yesus dan Paulus yang merangkumnnya (Yak 2:8).  Penekanan pada hukum dalam Yakobus ialah pada hukum kasih (Yak 1:25-27).
IMPLIKASI TEOLOGIS
1.      Hukum Taurat menyebabkan orang mengenal dosa (Rom.3:20; 7:7).
2.      Hukum Taurat menyebabkan "dosa mulai hidup" (Rom.7:9).
3.      Hukum Taurat menuntun bagi kita sampai Kristus datang (Gal.3:24)
4.      Hukum Taurat membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah (Gal.3:19-22; Rom.3:20; 7:7-13).
KESIMPULAN
Orang Yahudi berusaha supaya dirinya benar dihadapan Allah, melalui usahanya sendiri. Mereka berfikir bahwa seseorang melalui ketaatannya yang sungguh-sungguh kepada hukum Taurat, akan mendapat keselamatan. Orang Yahudi berusaha mencari jalan kepada Allah dengan perbuatan sendiri, bangsa lain datang melalui jalan iman. Itulah sebabnya mereka tidak memerlukan Kristus.
Paulus tidak bermaksud sama sekali meremehkan atau merendahkan atau berkata negatif tentang Hukum Taurat. Kritikan Paulus bukanlah ditujukan kepada Hukum Taurat-nya, melainkan kepada pemahaman legalistik terhadap Hukum Taurat, yang kemudian menghasilkan pemahaman bahwa untuk dapat menjadi seorang Kristen itu haruslah melewati filter iman budaya Yahudi. Paulus menginginkan adanya suatu revolusi sosio-kultural-teologis dalam memahami karya penyelamatan Allah dalam Kristus yang berlaku bagi seluruh umat manusia (universal), baik bagi orang-orang Yahudi, maupun orang Yunani, bahkan bagi kita sekalian di msa kini yang juga telah menerima Kristus Yesus sebagai Juruselamat yang sejati itu.
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006.
Barclay, William. The Daily Bible Study: The Letter of the Romans, The Saint Andrew Press,
Edinburgh, Scotland,1983. Edisi Terjemahan oleh BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2003
Guthrie, Donald, Teologi Perjanjian Baru 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995.
J.D. Douglas, The New Bible Dictionary, Inter-Varsity Press, Leicester LEI 7GP, England,1988.
Edisi terjemahan oleh Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta, 2002. Jilid I.
Legrand, Lucien, The Bible on Culture, New York: Orbis Books, 2000.
Ridderbos, Herman, Paulus, pemikiran utama teologinya, Surabaya: Momentum, 2010.
S.Y. T. Jacobs., Paulus Hidup, Karya dan Teologinya, Yogyakarta: BPK Gunung Mulia, 1983.
Wiersbi,Warren W., Benar Didalam Kristus, Bandung: Kalam Hidup, 2000.





[1] Alkitab bahasa Indonesia menerjemahkan תּוֹרָה (bhs. Ibranitorah) dan nomos (bhs. Yunani), yang berarti memimpin, mengajar, mendidik dan di banyak tempat dapat diterjemahkan dengan ‘pengajaran’, mis dalam (Yes 1:10 dan Hag 2:10-12).Menurut: The New Bible Dictionary ada 6 pengertian dari penggunaan istilah hukum (nomos), yaitu: Untuk menunjukkan seluruh atau sebagian hukum dari PL, menunjuk kepada sistim pemerintahan yang Musa tetapkan di Sinai, untuk menggambarkan hukum Allah sebagai penyataan dari kehendak Allah, dalam arti hukum yang secara khusus dinyatakan, dalam pertentangan dengan tuntutan mengenai pekerjaan baik yang sejak awal tertulis dalam hati manusia (Rom.2:12‑14), dalam arti yang buruk, untuk menunjukkan kedudukan orang yang menaruh perhatian kepada hukum, dan karena itu kepada perbuatan‑perbuatan atas dasar hukum, sebagai jalan pem­benaran dan penerimaan oleh Tuhan, dan hukum kadang‑kadang digunakan untuk menggambarkan suatu asas yang berpengaruh dan yang menguasai. (Douglas, JD. The New Bible Dictionary, Inter-Varsity Press, Leicester LEI 7GP, England,1988. Edisi terjemahan oleh Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta, 2002. Jilid I hal. 406-408)
[2] Warren W. Wiersbi, Benar Didalam Kristus (Bandung: Kalam Hidup, 2000), 112.
[3]Lucien Legrand, The Bible on Culture (New York: Orbis Books, 2000), 118.
[4] Ingat, sebelum tiba di Sinai, tempat di mana Dasa Titah diberikan, Allah telah mendeklarasikan kepada Musa bahwa Israel adalah umat-Nya yang harus dilepaskan dari jajahan Firaun.
[5]Kata pleroo (LXX) juga berarti “menegakan”, kata ini juga bararti “penggenapan” dalam arti penyelesaiaan yang berarti perwujudan yang penuh.  Ini berarti Ia menggenapi Taurat dalam arti melampauinnya, dan sekaligus memperlihatkan apa yang ditunjuk Taurat (dan para nabi) sebelumnnya.  Dalam pemahaman Kristen, kata ini digunakan dalam arti yang khas yaitu Kristus adalah perwujudan yang sempurna atau penyempurnaah yang dibayangkan Taurat dan para nabi.
[6] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), 340.
[7] Ibid, 349.
[8] Ibid, 345.
[9] T. Jacobs SY., Paulus Hidup, Karya dan Teologinya (Yogyakarta: BPK Gunung Mulia, 1983), 176.
[10]Paulus Hidup, Karya dan Teologinya, op.cit., 177.
[11]Teologi Perjanjian Baru 2, op. cit., 349.
[12]Orang Yahudi berpendapat, bahwa ia dapat memperoleh keselamatan dengan melakukan hal-hal tertentu bagi Allah, bangsa lain tercengang melihat apa yang telah Allah kerjakan baginya. Orang Yahudi berusaha mencari jalan kepada Allah dengan perbuatan sendiri, bangsa lain datang melalui jalan iman. (William Barclay, The Daily Bible Study: The Letter of the Romans, The Saint Andrew Press, Edinburgh, Scotland,1983. Edisi Terjemahan oleh BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2003. hal. 201-202)
[13] Herman Ridderbos.  Paulus, pemikiran utama teologinya (Surabaya: Momentum, 2010), 134.
[14] Dasar penolakan Paulus akan Taurat sangat jelas ditunjukkan dalam suratnya Fil. 3:4-8: “Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi:disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat. Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus”.
[15] Ibid, 139.
[16] Ibid, 152.
[17] Ibid.
[18] Paulus Pemikiran Utama Theologinya, op. Cit. , 135.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKTI KEMANUSIAAN YESUS KRISTUS

BUKTI-BUKTI KEMANUSIAAN YESUS KRISTUS 1. Yesus Lahir Seperti Manusia Lainnya. Yesus lahir dari seorang wanita (Galatia 4:4). Kenyataa...