Kamis, 21 September 2017

PERAN TEOLOGI DALAM KEHIDUPAN BERGEREJA



PENDAHULUAN
A.             Latar Belakang

Dalam kehidupan Kristen, khususnya dalam gereja modern ini kita merasakan ada banyak sekali ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan apa yang tertulis dalam Firman Allah. Banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi akhirnya menjadi bidat-bidat agama atau ajaran-ajaran baru yang mengganggap kepercayaannya benar padahal menyimpang dari Firman Allah sendiri. Mereka mengaku beragama Kristen tetapi ajaran yang mereka ajarkan adalah sebatas pemahaman yang salah dari akal manusia.

Gereja-gereja diera modern ini harus lebih berhati-hati dalam menerima ajaran dari luar maupun memberi ajaran kepada jemaatnya. Semua harus kembali kepada sumber kebenaran yaitu Firman Allah. Salah atau benarnya ajaran, yang menjadi acuan adalah Firman Allah karena Firman Allah adalah wahyu dari Allah kepada manusia.

B.              Rumusan Masalah

Dalam makalah ini penulis membatasi penelitian dengan beberapa pertanyaan, yaitu:

1.      Mengapa teologi harus menjadi dasar dalam kehidupan bergereja?

2.      Apa saja peran teologi dalam kehidupan bergereja?

C.                Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui alasan mengapa teologi harus menjadi peran dalam kehidupan bergereja.

2.      Mengetahui apa saja peran teologi dalam kehidupan bergereja.



PEMBAHASAN

A.             Alasan mengapa teologi harus menjadi dasar dalam kehidupan bergereja.

Teologi yang secara umum didefinisikan sebagai pengetahuan tentang Allah atau Ilmu yang mempelajari tentang Tuhan. Kalau kita melihat definisi secara umumnya yang memfokuskan kepada Tuhan, pasti teologi akan sangat sukar untuk dipahami. Tetapi sebagai orang kristen khususnya dalam gereja, teologi sangat berperan penting. Lebih lagi pemimpin-pemimpin gereja, baik pemimpin yang sekarang maupun calon-calon pemimpin di masa yang akan datang harus benar-benar menguasai teologi yang benar supaya tidak menjadi sesat dalam memberikan pengajaran kepada jemaat-jemaat yang dipimpinnya. Gereja sekarang jika ditinjau lebih dalam, sudah kurang menekankan ajaran tentang Allah, kebanyakan mereka mengajarkan tentang berkat atau janji-janji Allah saja.

Gereja bukan kelanjutan sistim yang sudah kuno, Paulus sendiri berbicara tentang gereja sebagai manusia yang baru,[1] yang terdiri atas orang-orang Yahudi dan orang-orang yang bukan Yahudi yang percaya.  Gereja bukan kelanjutan sinagoge, memang diakui bahwa antar gereja dengan sinagoge terdapat banyak persamaan yang mencolok, tetapi perbedaan dari keduanya juga tidak kalah mencolok.[2] Gereja sendiri menurut Henry Thienssen dapat dipahami dengan dua arti yaitu gereja dalam arti yang universal dan gereja dalam arti yang lokal.[3] Dalam arti universal gereja terdiri atas semua orang, yang pada zaman ini, telah dilahirkan kembali oleh Roh Allah dan oleh Roh yang sama itu telah dibabtiskan menjadi anggota tubuh Kristus.[4] Dalam arti lokal, istilah gereja dipakai untuk menunjuk kepada sekelompok orang-orang percaya yang terkumpul disuatu tempat.[5]

Begitu dekat dan bahkan tidak dapat dipisahkan antara teologi dengan gereja. Gereja tidak dapat berdiri sendiri tanpa teologi, seperti dua sisi mata uang. Gereja memiliki tujuan sebagai untuk memuliakan Allah sedangkan teologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang Allah. Dua-duanya berfokus kepada satu pribadi yaitu Allah. Tetapi banyak teologi-teologi baru yang muncul pada gereja-gereja sekarang ini. Banyak gereja yang memiliki perbedaan teologi dan itu sangat berpengaruh bagi kelangsungan gereja, bahkan dapat menimbulkan perpecahan dalam gereja. Itu masalah yang dihadapi juga oleh gereja-gereja di era modern ini. Banyaknya pandangan yang salah tentang teologi membuat masalah yang besar terhadap gereja-gereja yang ada.

Daniel J. Adams mengatakan bahwa setengah dari kekristenan masa kini terletak di luar dari pagar-pagar biara teologi tradisional. Dengan demikian, gereja sudah menjadi pewartaan yang universal, tetapi secara teologi tetap terbatas menurut wilayahnya, walaupun ada teologi-teologi yang besar. Hal ini merupakan dilema yang serius dan kalau kita tidak memecahkan persoalan ini,maka akan merusak dasar-dasar kita sebagai gereja di dunia.[6] Bangunan teologi masa kini cenderung untuk memfokuskan pada empat metodologi dasar, yaitu: teologi sistematika klasik, teologi filosofis, teologi politis dan teologi kontekstual.[7]

B.              Peran-peran teologi dalam kehidupan bergereja.

Ada beberapa peran yang akan sedikit diuraikan disini, yaitu

1.      Teologi sebagai dasar membangun gereja.

Semua orang percaya tahu bahwa teologi sangat berperan penting dalam kehidupan bergereja. Dan menjadi dasar utama dalam membangun gereja baik secara universal maupun secara lokal. Peran teologi yang menjadi dasar bagi pemimpin-pemimpin gereja. Kehidupan gereja dan kehidupan jemaat harus dibangun oleh dasar teologi yang kuat. Gereja yang tidak memiliki dasar yang kuat pasti tidak akan dapat bertahan dan bahkan akhirnya akan terjadi perpecahan. Pemahaman yang benar dalam gereja sangat penting. Bukan hanya sebagai pengetahuan para pemimpin gereja, tetapi juga memperkenalkan Allah secara pribadi kepada jemaatNya melalui pengajaran-pengajaran. Jemaat harus mengenal teologi, bukan hanya untuk menguatkan iman mereka tetapi menjadi kekuatan untuk menghadapi ajaran-ajaran yang sesat.

Dilain sisi gereja bukan hanya sebagai bentuk bangunan mati saja. Tetapi ada gereja yang hidup, yaitu semua orang percaya adalah gereja-gereja yang hidup, seperti yang dikatakan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?”.[8] Jadi bagian ini yang paling penting, kita sebagai orang percaya sebagai bait Allah yang hidup harus memiliki dasar teologi yang baik dan benar. Supaya kita tidak mudah di ombang-ambingkan oleh pengajaran-pengajaran

2.      Teologi sebagai dasar liturgi gereja

Dalam sebuah gereja pasti ada peraturan-peraturan dan ada banyak peraturan dalam gereja. Seperti dalam gereja mula-mula, orang-orang yang percaya memegang teguh suatu standar doktrin yang pasti,[9] yang berkumpul untuk mengadakan persekutuan rohani, bersatu dalam doa, melakukan sakramen babtisan, melaksanakan sakramen Perjamuan Kudus, mencatat anggota-anggota mereka, berhimpun untuk mengadakan kebaktian umum, serta menyediakan bantuan material bagi saudara-saudara seiman yang membutuhkan.[10] Selain itu dalam organisasi gereja ada pejabat-pejabat gereja. Pada awalnya segala sesuatu diatur dengan sangat sederhana, namun sudah ada dua atau tiga jabatan yang berbeda dalam gereja saat itu,[11] yaitu:

a.       Gembala, penatua, penilik jemaat

Ketiga istilah ini menunjuk kepada satu jabatan dalam Perjanjian Baru. (Kisah 20:17,28; I Petrus 5:1,2; Dalam II Yohanes 1, III Yohanes 1, dan I Petrus 5:1, baik Yohanes maupun Petrus yang adalah rasul menyebut diri mereka sendiri sebagai penatua. Sudah pasti, jabatan penatua ini bukanlah sebuah jabatan yang lebih rendah daripada gembala atau penilik jemaat[12])

b.      Diaken

Istilah “diaken” berasal dari istilah Yunani diakonos (Filipi 1:1; I Timotius 3:8) istilah ini umumnya dipakai dengan arti seorang pelayan (Markus 10:43; Yohanes 2:5). Fungsi diaken dalam Alkitab tidak jelas, tetapi rupanya pelayanan mereka berkaitan dengan penyaluran bantuan. Para penatua bertanggung jawab bagi kebutuhan rohani masyarakat orang beriman sedangkan para diaken terutama mengurus kebutuhan-kebutuhan jasmani mereka.[13]



c.       Diaken Wanita

Dalam Alkitab jelas bahwa ada beberapa orang yang menyandang jabatan dalam gereja mula-mula. Febe disebut sebagai seorang pelayan, maksudnya seorang diaken wanita (Roma 16:1), dan ketika Paulus membahas soal pejabat-pejabat gereja (I Timotius 3:1-13) Paulus juga menyebut wanita (ayat 11)

3.      Teologi sebagai dasar untuk melaksanakan misi dan sasaran gereja

Kita tahu bahwa tujuan hidup utama manusia adalah memuliakan Allah. Untuk memuliakan Allah manusia membutuhkan pengenalan tentang Allah. Begitu juga gereja yang merupakan tempat dimana Allah ada sudah seharusnya menjadi tempat unuk memuliakan Allah. Untuk mengenal Allah, disinilah peran teologi. Setelah kita mengenal Allah dari berteologi baru kita memiliki dasar untuk mulai membangun gereja, membangun jemaat, mendidik anggota-anggota, dan bahkan menjangkau dunia untuk mengenal Allah.

Seperti rasul Yohanes menuliskan,”Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”[14]  Seperti yang tertulis dalam Injil yaitu Amanat Agung Tuhan Yesus untuk kita harus “memberitakan Injil ke seluruh bumi dan mengajarkan kepada mereka segala sesuatu.”[15] Oleh karena itu, gereja harus menjalankan program pendidikan dan pelatihan bagi anggota-anggota jemaatnya, baik muda maupun tua. Gereja harus mengajarkan kebenaran-kebenaran Tuhan kepada jemaatnya.





PENUTUP

A.    Kesimpulan

Melihat dari hasil penelitian di atas kami menyimpulkan bahwa hampir semua kegiatan gereja harus didasari oleh teologi yang benar. Peran teologi sebagai dasar kehidupan bergereja, teologi sebagai dasar liturgi (peraturan-peraturan) gereja, dan teologi sebagai dasar untuk melaksanakan visi dan sasaran gereja sangat besar. Gereja yang masih dapat bertahan sampai saat ini membuktikan bahwa teologi masih dipertahankan sebagai pondasinya. Oleh karena itu, kita sebagai calon-calon pemimpin gereja harus belajar banyak dari gereja-gereja yang sudah ada dan selain dari pada itu kita harus belajar banyak tentang hubungan teologi dengan kehidupan bergereja.



B.     Saran

Demikian penjelasan yang dapat dipaparkan oleh kami, karena masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan makalah ini dan mungkin banyak kata atau kalimat atau tanda baca maupun istilah asing yang tidak dapat dimengerti oleh pembaca maupun ada yang menimbulkan kesalahpengertian antara maksud penulis dan maksud pembaca. Maka penulis memohon maaf dan dengan senang hati menerima saran dan kritikan dari pembaca, supaya penulis dapat memperbaiki setiap kesalahan dan menjadi lebih baik lagi dalam penulisan makalah berikutnya.



DAFTAR PUSTAKA


Alkitab Terjemahan Baru. Lembaga Alkitab Indonesia

Adams J. Daniel. Theological Method: Four Contemporary Models (Taiwan Journal of Theology, No 3, 1981)

Thiessen, Henry C. Teologi Sistematika. Malang: Gandum Mas, 1992.





[1] Efesus 2 : 15
[2] Henry C. Thienssen. Teologi Sistematika (Malang:Gandum Mas, 1992) Hlm. 474
[3] Ibid. Hlm. 476
[4] Ibid.
[5] Ibid. Hlm 478
[6] Ibid. Hlm. 79
[7] Dikutip oleh Daniel J. Adams dari bukunya Daniel J. Adams. Theological Method: Four Contemporary Models (Taiwan Journal of Theology, No 3, 1981) Hlm. 193-205
[8] I Korintus 3 : 16
[9] Kisah Para Rasul 2 : 42
[10] Kisah Para Rasul 2 : 41 - 46
[11] Henry C. Thiennsen. Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 1992) Hlm. 491
[12] Ibid.
[13] Ibid. Hlm. 492
[14] Yohanes 15 : 8
[15] Matius 28 :19-20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKTI KEMANUSIAAN YESUS KRISTUS

BUKTI-BUKTI KEMANUSIAAN YESUS KRISTUS 1. Yesus Lahir Seperti Manusia Lainnya. Yesus lahir dari seorang wanita (Galatia 4:4). Kenyataa...