PENDAHULUAN
Doa memegang peranan penting untuk kelangsungan dan
perjalanan hidup manusia, untuk itu semua kepercayaan mengajarkan umatnya untuk
berdoa. Doa merupakan pernyataan dari ketergantungan manusia kepada Allah untuk
segala sesuatu. Doa mendatangkan kuasa
Allah ke dalam kehidupan manusia. Secara umum tujuan berdoa adalah untuk memuji
Allah, untuk mengucap syukur atas apa yang dilakukan Allah bagi umatnya, dan
untuk meminta pertolongan Allah bagi diri sendiri atau bagi orang lain.
Pengertian dasar tentang doa adalah komunikasi dua
arah antara manusia dengan Allah dalam bentuk verbal.[1] Vellanickal mengatakan bahwa doa
adalah dialog antara Allah dan manusia. Keduanya saling berjumpa dan telah
mengenal satu sama lain.[2]
Balentine, setelah menyelidiki beberapa definisi tentang doa, mengatakan bahwa
doa adalah komunikasi eksplisit dengan Allah yang dilakukan dengan sengaja dan
penuh kesadaran. Inilah yang membedakannya dengan bentuk-bentuk komunikasi yang
lebih umum.[3]
Sedemikian
pentingnya doa di dalam Firman Allah sehingga dinyatakan dengan jelas di
dalamnya bahwa kita dipanggil untuk “tetaplah
berdoa”(I Tesalonika 5:17), “kuasailah
dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa” (I Petrus 4:7), “bertekunlah dalam doa” (Roma 12:12), “berjaga-jagalah (dalam doa) sambil mengucap
syukur” (Kolose 4:2) dll.
Meskipun ada begitu banyak referensi dari Firman
Allah yang menunjukkan pentingnya doa, kadangkala doa justru diabaikan atau
hanya dianggap sebuah aktivitas yang menempati prioritas lebih rendah dalam
hidup kita. Tujuan penulisan
makalah ini adalah
agar kita memahami pentingnya doa dengan menunjukkan betapa pentingnya doa yang diajarkan Yesus Kristus.
PEMBAHASAN
Ada banyak contoh tentang macam doa
yang diajarkan dalam Alkitab. Karena begitu banyaknya contoh-contoh doa dan
cara-cara berdoa yang secara langsung maupun tidak langsung diajarkan Alkitab,
maka penulis akan meninjau doa yang diajarkan Yesus Kristus dengan doa para
tokoh Alkitab baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
A.
Latar Belakang Perjanjian
Lama
Dalam
Perjanjian Lama, doa merupakan perintah (Kel 22: 23,27; 1 Raja-raja 3: 5; 2 Taw 7:14; Mzm 37: 4; Yes 55: 6; Yoel
2:32; Yeh 36:37, dll).[4] Doa adalah suatu tindakan iman,
karena si pemohon dengan teguh meyakini bahwa Allah akan menjawab doanya.
Karena pemahaman demikian, orang-orang dalam Alkitab memohon Allah untuk
memperhatikan (1 Raj. 8:28), mendengar (1 Raj. 8:29; Neh. 1:6; Mzm. 17:1,6; 39:12;
54:2; 55:1), dan memberi telinga (17:1) terhadap doa mereka.[5]
1.
Masa bapa-bapa Patriakh
Allah menjadikan doa sebagai bagian dari sifat manusia. Tak
ada satu suku bangsa pun di dunia yang tidak berdoa kepada sesuatu. Misalnya,
mereka berdoa kepada matahari atau gunung-gunung atau kepada roh-roh atau
kepada Allah di sorga.[6]
Tidak dikatakan kapan permulaan doa dalam Alkitab, tetapi dari kitab tetapi
umat manusia telah menyembah Allah sejak awal sejarah. Adam dan Hawa secara
teratur bersekutu dengan Allah di Taman Eden (bdk Kej 3:8). Baik Kain maupun
Habel membawa persembahan berupa tanaman dan ternak kepada Tuhan (Kej 4:3-4);
keturunan Set “memanggil nama Tuhan” (Kej 4:26). Henokh bergaul karib dengan
Tuhan (Kej 5:21-24). Nuh mendirikan mezbah bagi Tuhan untuk mempersembahkan
korban bakaran setelah air Bah (Kej 8:20). Abraham membangun mezbah-mezbah
korban bakaran bagi Tuhan di berbagai tempat di negeri perjanjian (Kej 12:7-8;
13:4,18; 22:9) Abraham berdoa untuk istrinya Sara untuk memiliki anak (Kej 15: 1-4) dan kemudian untuk istri Abimelekh dan budak-budaknya
agar melahirkan anak (Kej 20:17). Ishak membuat permintaan yang sama dari Tuhan untuk istrinya
sendiri (Kej
25:21). Doa Abraham atas nama orang benar di Sodom,
sementara historis yang unik, memberikan model syafaat (Kej 18: 16-33). Hagar dan anaknya menangis di padang gurun, dan Tuhan mendengar
(Kej
21: 16-18). Hamba Abraham berdoa memohon bimbingan dalam
mencari istri bagi Ishak (Kej 24: 12-14) dan memuji
Allah ketika penyertaan yang diberikan (Kej 24: 26.). Yakub
berdoa untuk perlindungan dari Esau (Kej 32: 9-12). Kemungkinan pada masa-masa itulah mereka mulai berdoa
untuk saling memperkuat kepercayaan masing-masing kepada Allah. Karena itu ada
hubungan langsung dan keakraban dalam doa (Kej. 15:2; 18:23; 24:12-14, 26). Doa
juga dihubungkan erat dengan persembahan korban (Kej. 13:4; 26:25; 28:20-22)
sekalipun penggabungan ini muncul juga pada zaman-zaman kemudian.[7]
2.
Masa Pra Pembuangan
Dalam sejarah masa pra-pembuangan dalam doa
umat Israel masih mempertahankan banyak fitur primitif dari
jenis patrikal (Kel 3: 4; Bil 11: 11-15; Hak 6:13; 11:30; 1 Sam 1:11; 2 Sam 15: 8; Mzm 66:13).[8] Pada
zaman ini salah satu tekanan utama doa ialah syafaat; memang syafaat juga telah
ada pada zaman Bapak leluhur (Kej 18:22).[9]
Syafaat khususnya penting dalam doa-doa Musa (Kel 32:11-13, 31; 33:12-16; 34:9; Bil 11:11-15;
14:13-19; 21:7; Ul 9:18-21; 10:10). Sebagian
besar adalah juga doa syafaat, seperti halnya dengan doa-doa Harun (Bil 6:22-27),
Samuel (1 Sam 7:5-13;
12:19, 23), Daud (Sebagian besar doa yang ditulis dalam kitab
Mazmur), Salomo (1 Raj 8:22-53
dan kitab Ratapan), Elia (1 Raj 18:36-37) dan Hizkia (2 Raj 19:14-19). Doa
tentu tak dapat diabaikan dalam pelayanan para Nabi. Penerimaan penyataan
Firman dari Allah sudah melibatkan nabi yang penuh doa ke dalam hubungan dengan
Allah. Mungkin sekali bahwa doa bersifat hakiki bagi nabi untuk dapat menerima
Firman (Yes 6:5 dab; 37:1-4; Yer 11:20-23; 12:1-6;
42:1).
3.
Masa Pembuangan
Sebuah era baru dalam sejarah doa di Israel dibawa oleh pengalaman dari pembuangan.[10] Hukuman mendorong bangsa untuk mencari Tuhan lebih sungguh-sungguh dari sebelumnya, dan
sebagai cara pendekatan melalui bentuk-bentuk eksternal dari kuil dan
pengorbanan yang sekarang ditutup, jalan spiritual doa sering dikunjungi dengan
ketekunan baru.[11]
Kebiasaan kebaktian Ezra (Ezra 7:27; 8:23), Nehemia[12] (Neh 2: 4; 4: 4,9, dll)
dan Daniel[13]
(Dan 6:10) membuktikan seberapa besar doa merupakan prioritas
dalam kehidupan individu; sedangkan ucapan doa yang disampaikan (Ezra 9: 6-15; Neh 1: 5-11; 9: 5-38; Dan 9: 4-19; Yes 63: 7-64: 12) berfungsi sebagai ungkapan dari bahasa
dan semangat doa orang di pembuangan. Pusat
dari umat beragama adalah rumah sembahyang dan di antaranya ada kewajiban
keagamaan yang diterima seperti sunat, berpuasa dan pemeliharaan sabat, maka
doa menjadi penting. Selama masa pembuangan
faktor penting dalam agama bagi orang Yahudi adalah tempat sembahyang
(Sinagoge). Persekutuan kecil di pembuangan bergantung kepada pelayanan
sinagoge, di mana Firman dibicarakan dan diterangkan, serta doa-doa dinaikkan.
4.
Masa Pasca Pembuangan
Tidak
dapat diragukan bahwa setelah masa pembuangan ada kerangka kebaktian keagamaan,
tapi di dalamnya kebebasan bagi perseorangan dijamin. Hal ini nampak dalam diri
Ezra dan Nehemia, yang sekalipun mereka menekankan pemujaan dan Taurat, dan
upacara serta korban, yaitu segi sosial dari ibadat, namun mereka juga
menekankan faktor rohani dalam kesalehan (Ezr 7:27; 8:22 dab; Neh 2:4; 4:4,9),
Doa-doa mereka juga mengandung pelajaran (Ezr 9:6-15; Neh 1:5-11; 9:5-38; bnd
juga Dan 9:4-19). Di
sini boleh dicatat, bahwa mengenai posisi tubuh saat berdoa tidak mempunyai
aturan yang tetap (Mzm 28:2; 1 Sam 1:26; 1 Raj 8:54; Ezr 9:5; 1 Raj 18:42; Rat 3:41; Dan 9:3,20).
Demikian juga ihwal waktu untuk berdoa; doa bermanfaat pada setiap saat, sama
dengan pada jam-jam yang ditetapkan (Mzm 55:17; Dan 6:10). Maka
pada zaman setelah pembuangan terdapat campuran dari upacara yang teratur di
Bait Suci, kesederhanaan pertemuan di sinagoge, dan spontanitas kebaktian
perseorangan.
B.
Ajaran Yesus dalam Injil
Dalam kitab
Injil, pengajaran Yesus tentang doa sangat jelas dan spesifik sekali. Khususnya
”Doa Bapa Kami” yang diajarkan secara
langsung oleh Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya.[14] Doa
Bapa Kami dalam Injil Matius ditempatkan dalam rangkaian pengajaran Yesus yang
terkenal dengan sebutan Khotbah di Bukit, secara khusus dalam rangkaian
pengajaran mengenai ritual ibadah yang benar. Matius menuliskan Doa Bapa Kami
dalam rangkaian kritik Yesus terhadap praktik-praktik keagamaan yang tidak lagi
berjalan sesuai kebenaran ibadah orang Yahudi.[15]
Praktik-praktik yang dilakukan oleh orang-orang munafik dan orang-orang yang
tidak mengenal Allah telah diadopsi menjadi bagian doa-doa orang Yahudi.[16]
Dalam berbagai kesempatan seorang pemimpin doa Yahudi mencoba untuk dapat
memimpin doa baik dalam pertemuan ibadah maupun dalam kesempatan doa di depan
umum seperti pada hari berpuasa, dan kecenderungannya ialah sebagian orang
melakukannya untuk mendapatkan perhatian dari orang lain dan menunjukkan diri
mereka lebih baik dalam kehidupan keagamaannya.[17]
Teguran Yesus bukan bertujuan melarang adanya praktik doa di hadapan umum
maupun doa dipanjatkan berulang-ulang, melainkan pada motivasi dari doa itu
sendiri yang mengarah pada keuntungan diri sendiri.[18]
Doa Bapa Kami sendiri disusun dalam bentuk komunal karena penggunaan bentuk
jamak dalam kata “kami”[19]
dalam kerangka berpikir Kerajaan Allah yang bersifat luas menekankan
orang-orang percaya secara khusus memiliki perhatian terhadap sesama dan bukan
untuk kepentingan diri.[20]
Oleh sebab itu Matius menempatkan model doa yang benar dengan penekanan
terhadap kehidupan Kerajaan Allah dalam diri orang percaya, yakni doa yang
memperkenankan Tuhan.[21]
Selain doa yang secara langsung diajarkan oleh Yesus Kristus ada doa-doa yang
secara tidak langsung diajarkan Yesus Kristus yaitu melalui gaya hidup Yesus
dalam berdoa.[22] Doa
Yesus dalam Yoh 17 dikenal “Doa Tuhan Yesus sebagai Imam Besar” tetapi ada yang
berpendapat “ Doa penyerahan” atau “ Doa Kemenangan”[23] Yesus pertama kali berdoa untuk diri-Nya dan kepada
Bapa bahwa pekerjaan-Nya di bumi telah selesai (Yohanes 17: 1-5). Kemudian Dia
berdoa untuk murid-murid-Nya, bahwa Bapa akan menjaga mereka dan menguduskan
mereka (Yohanes 17: 6-19). Dia menutup doa-Nya dengan berdoa untuk Anda dan
saya dan seluruh gereja, bahwa kita mungkin akan bersatu di dalam Dia dan
berbagi dalam kemuliaan-Nya (Yohanes 17: 20-26).[24]
C.
Ajaran Kitab Kisah Para
Rasul
Kisah para rasul mencatat tentang
bagaimana kehidupan para Rasul yang mempraktikkan doa setelah mereka
ditinggalkan Yesus naik ke sorga. Gereja mula-mula dilahirkan dalam suasana doa
(Kis 1:4). Mereka berdoa dengan setia hingga akhirnya mereka menerima jawaban
doa yaitu Roh Kudus turun ke atas mereka (Kis 2:4). Mereka bertekun dalam doa
dan pengajaran (Kis 2:42; 6:4,6). Para pemimpin gereja muncul sebagai
orang-orang yang berdoa (Kis 9:40; 10:9; 16:25; 28:8). Dan mereka menuntut
supaya orang-orang Kristen berdoa bersama-sama (Kis 20:36; 21:5). Jadi gaya
hidup doa sudah dimulai pada masa para Rasul dan yang merupakan cikal bakal
munculnya gereja, sehingga berdoa juga merupakan gaya hidup orang Kristen.
D.
Ajaran Surat-surat Paulus
Dalam suratnya, Paulus sering
berbicara tentang banyak hal yang didoakannya. Tentunya dapat dilihat bahwa Paulus
adalah seorang yang banyak berdoa. Menurut pandangan Paulus, doa adalah ucapan
syukur, syafaat dan perealisasian kehadiran Allah.[25]
Paulus mengatakan bahwa Roh Kuduslah yang membantu kita berdoa (Roma 8:14, 26).
Doa bersifat hakiki bagi orang Kristen (Roma 12:12), dan sebagai senjata orang
Kristen (Ef 6:13-17) yang bersifat kesinambungan atau tidak putus-putusnya.[26]
Doa sebenarnya adalah pemberian Roh (I Kor 14:14-16).[27]
Banyak hal tentang doa yang disampaikan Paulus dalam surat-suratnya dan mungkin
itu merupakan sumbangan terbesar dari Paulus bagi pengertian doa Kristiani.
Sasaran terakhir dari doa Paulus ialah supaya para pengikut Kristus boleh
dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. Paulus ingin setiap orang menjadi
serupa dengan gambar Anak-Nya (Allah)
yaitu gambar Kristus (Rom 8:29).
E.
Ajaran Surat Ibrani, Yakobus,
Petrus, dan Yudas
Kontribusi besar dari Kitab Ibrani
mengajar pada kehidupan doa yang duniawi dan syafaat
surgawi Kristus. Karena simpati-Nya sebagai salah satu pribadi manusia
yang mengalami pencobaan, Kristus adalah Imam Besar (Ibr 4: 14-16). Sekalipun Yesus berada di bumi,
Yesus berdoa dengan penuh keyakinan, dan Allah menerima doa-Nya. Mengenai
kematian-Nya, Dia berdoa berharap kematian itu lalu dari
pada-Nya.
Yakobus seorang yang beriman dan suka berdoa.[28]
Ia diangkat menjadi Uskup dari Gereja Yerusalem, dan menurut cerita tradisi, ia
mati dirajam oleh orang Yahudi pada tahun 61.[29]
Berita surat ini ialah bahwa perbuatan kita menunjukkan iman kita. Surat ini
praktis dan membahas banyak hal mengenai etika kekristenan dan kehidupan kudus
yang "tak tercatat di hadapan Allah" (Yak 1:27). Banyak hal lain lagi
yang dapat diceritakan mengenai surat ini dan mengenai orang beriman dan yang
suka berdoa.
Petrus memberikan jaminan yang membesarkan hati kita bahwa
Allah pada akhirnya akan "menyempurnakan" pekerjaan kasih karunia-Nya
di dalam diri orang-orang Kristen itu stelah mereka mengalami penderitaan yang
perlu bagi mereka. Allah dengan kasih karunia-Nya melenggkapi apa yang telah
dimulai-Nya dengan kasih karunia. Penderitaan merupakan langkah pendahuluan
yang perlu sebelum menerima kemuliaan. Penderitaan itu tidak seberapa bila
dibandingkan dengan kemuliaan yang kekal. Allah telah memanggil Anda kepada
kemuliaan yang kekal dan Ia akan membawa Anda ke sana. Doa itu selanjutnya:
"Melengkapi, meneguhkan, meneguhkan, menguatkan, dan mengokohkan
kamu." (I Petrus 4:7).
Surat Yudas, mengandung peringatan yang paling keras dalam
Perjanjian Baru. Yudas memberikan suatu peringatan keras; kita harus membangun
diri kita atas dasar iman yang paling kudus. Kita harus berdoa dalam Roh Kudus
(Yudas 1:20). Doa dalam Roh Kudus itu menyebabkan Iblis gemetar serta tunduk
dan memberikan sukacita bagi Tuhan kita Yesus Kristus. Doa dalam Roh Kudus
senantiasa dikabulkan.
F.
Ajaran dalam Surat Wahyu
(Wahyu 7:9-15)
Kitab Wahyu menguraikan kemenangan
akhir dari Yesus Kristus terhadapan Iblis dan terhadap semua kuasa jahatnya.
Karena itu, pasti banyak doa yang dinaikkan kepada Allah dari orang-orang-Nya
di surga dan di bumi. Dalam dua kesempatan itu sukar sekali membedakan mana doa
dari orang-orang kudus di surga atau di bumi.[30]
Doa ini sebuah doa pujian.
Pentingnya doa ini dihubungkan dengan
siapa yang mendoakannya, dan dimanakah mereka berada ketika mereka
mendoakannya? Apakah doa itu dilakukan di surga atau di bumi? Dari ayat 10 dan
11, rupanya doa pujian itu dilakukan di surga.[31]
IMPLIKASI TEOLOGIS
1. Berdoa
merupakan perintah langsung dari Tuhan Yesus Kristus yang harus kita taati karena
doa adalah nafas kehidupan rohani murid Kristus. (Matius 26:41)
2. Berdoa merupakan
prioritas mendasar dalam kehidupan umat Tuhan yang diajarkan oleh Yesus
Kristus. (Matius 6:9-13; Lukas 11:1-4)
3. Tidak
diharuskan seseorang mengambil sikap tertentu dalam berdoa, masing-masing bisa
mengambil sikap yang sesuai dengan hatinya. (Matius 6:5-8; Lukas 18:9-14)
4. Berdoa
merupakan bentuk kebergantungan manusia kepada Tuhan. (Yoh 17:1-26)
KESIMPULAN
Berdoa
merupakan bentuk ketaatan dari setiap umat Tuhan. Yesus sendiri mengajarkan
kepada para murid untuk berdoa. Bukan masalah bagaimana cara kita berdoa tetapi
yang penting bagi Yesus adalah sikap hati kita ketika berdoa. Hal ini juga tersirat bahwa dalam doa terletak pada
kenyataan kesatuan spiritual manusia dengan Allah di dalam Kristus, dan
anugerah akibat dari Roh Kudus.[32] Ungkapan
hati umat kepada Tuhan. Ada yang beranggapan bahwa berdoa adalah sebagai jalan
menuju kepada tujuan yang diinginkan dan diharapkan, tapi jaminan bahwa apa
yang Allah berikan itulah yang paling efektif menuju kepada tujuan tersebut. Selain itu kita dapat mengerti dengan
jelas bahwa doa adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan Yesus Kristus.[33]
Dengan berdoa terlebih dahulu, Yesus mengambil keputusan dan Ia mengalahkan
keadaan yang sulit.[34]
Kehidupan doa Yesus sudah seharusnya
menjadi teladan yang wajib dilakukan oleh setiap umat Tuhan dan harus menjadi
kebiasaan bagi setiap orang percaya.
DAFTAR PUSTAKA
_________. Alkitab,
Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2004.
_________. Indexs Ensiklopedia Alkitab Masa Kini.
Balentine, Samuel E., Prayer in the Hebrew Bible: The Drama of
Divine-Human
Dialogue, Minneapolis: Fortress Press, 1993.
Brill, J. Wesley, Doa-doa
dalam Perjanjian Baru, Bandung:
Yayasan
Kalam Hidup, 1993.
Brill, J. Wesley, Doa-doa
dalam Perjanjian Lama, Bandung:
Yayasan Kalam
Hidup, 1995.
Carson, D.
A., Jesus’ Sermon on the Mount, Grand Rapids: Global, 1999.
Dictionary of Christianity in America, diedit oleh
Daniel G. Reid, Robert D. Linder,
Bruce L.
Shelley dan Harry S. Stout © 1990 oleh InterVarsity Christian
Fellowship /
USA; Diterbitkan oleh InterVarsity Press All rights reserved.
Douglas, J.D., Ensiklopedia
Masa Kini, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
2011.
Easton 's Bible Dictionary, PC Study Bible formatted electronic
database Copyright ©
2003, 2006 by Biblesoft, Inc. All rights reserved.
International Standard Bible Encyclopaedia, Electronic database Copyright © 1996,
2003, 2006
oleh Biblesoft, Inc All rights reserved.
Keener, C.S.,
A Commentary on the Gospel of Matthew, Grand Rapids:
Eerdmans, 1999.
Mathias,
Philip, The Perfect Prayer, Minneapolis: Augsburg, 2005.
Smith's Bible Dictionary, PC Study Bible formatted
electronic database Copyright ©
2003, 2006 by Biblesoft, Inc. All
rights reserved.
Tafsir Alkitab Wycliff, Alkitab Sabda Elektronik.
The Bible Exposition Commentary. Copyright © 1989 by Chariot Victor Publishing,
and imprint
of Cook Communication Ministries. All rights reserved.
Used by
permission
Vellanickal, Matthew, Biblical Prayer Experience, Bombay: St.
Paul Publication, 1986.
Verhoef, P.A., “Prayer”, in The Dictionary of Old Testament Theology
& Exegesis,
Vol. 4, ed. Willem A. VanGemeren, Grand Rapids: Zondervan, 1997.
[1] Dictionary of Christianity in America, diedit oleh
Daniel G. Reid, Robert D. Linder, Bruce L. Shelley dan Harry S. Stout © 1990
oleh InterVarsity Christian Fellowship / USA; Diterbitkan oleh InterVarsity
Press All rights reserved.
[3] Samuel E. Balentine, Prayer in the Hebrew Bible: The Drama of
Divine-Human Dialogue, (Minneapolis: Fortress Press, 1993) 30-31.
[4] Dari Easton 's Bible Dictionary, PC Study
Bible diformat data elektronik Copyright © 2003, 2006 Biblesoft, Inc All rights
reserved.
[5] P.A. Verhoef, “Prayer”, in The Dictionary of Old Testament Theology
& Exegesis, Vol. 4, ed. Willem A. VanGemeren, Grand Rapids: Zondervan,
1997, pp. 1060-1061.
[6] J. Wesley Brill, Doa-doa dalam Perjanjian Lama, (Bandung:
Yayasan Kalam Hidup, 1995) 9.
[7] J.D. Douglas, Ensiklopedia Masa Kini (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih, 2011) 249.
[8] International Standard Bible Encyclopaedia, Electronic
database Copyright © 1996, 2003, 2006 oleh Biblesoft, Inc All rights reserved.
[9] Doa syafaat
diperintahkan (Bil 06:23; Ayub 42: 8; Yes 62: 6; Mazmur 122: 6; 1 Tim 2: 1;
Yakobus 5:14), dan ada banyak contoh pada catatan dari jawaban yang telah
diberikan kepada doa seperti, misalnya, Abraham (Kej 17: 18,20; 18: 23-32; 20:
7,17,18), Musa untuk Firaun (Kel 8: 12,13,30,31; 9:33), untuk Israel (Kel
17:11,13; 32:11-14,31-34; Bil 21:7,8; Ul 9:18,19,25),
(Dari Easton 's Bible Dictionary, PC Study Bible formatted electronic database Copyright © 2003, 2006 by Biblesoft, Inc. All rights reserved.)
(Dari Easton 's Bible Dictionary, PC Study Bible formatted electronic database Copyright © 2003, 2006 by Biblesoft, Inc. All rights reserved.)
[11] Ibid.
[12] Sekalipun Ezra dan
Nehemia menekankan pemujaan dan Taurat, dan upacara serta korban, yaitu segi
sosial dari ibadat, namun mereka juga menekankan faktor rohani dalam kesalehan
(Ezr 7:27; 8:22 dab; Neh 2:4; 4:4,9), Doa-doa mereka juga
mengandung pelajaran (Ezr 9:6-15; Neh 1:5-11; 9:5-38; bnd juga Dan 9:4-19). Di sini boleh
dicatat, bahwa mengenai posisi tubuh saat berdoa tidak mempunyai aturan yang
tetap (Mzm 28:2; 1 Sam 1:26; 1 Raj 8:54; Ezr 9:5; 1 Raj 18:42; Rat 3:41; Dan 9:3,20). Demikian juga ihwal
waktu untuk berdoa; doa bermanfaat pada setiap saat, sama dengan pada jam-jam yang
ditetapkan (Mzm 55:17; Dan 6:10).
[13] Seorang tokoh muda,
ketika mereka ditawan dan dibawa ke Babilon, seorang dari antara tawanan
Israel, bernama Daniel, tumbuh secara dinamis dan teguh di istana raja yang
menawannya. Perangkap terhadap iman menjadi ujian bagi Daniel. "Dalam
kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali
sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa
dilakukannya." (Daniel 6:11b) Menurut 'kebiasaannya', adalah kata yang
mengandung banyak makna. Daniel telah membuat sebuah kebiasaan yang baik, yang
menjadi tradisi dan disiplin dalam dirinya selama di negeri orang. Ia harus
tunduk kepada disiplin rohani yang dianutnya. Ini bukan sekadar ritual. Ini
bukan sebuah kebiasaan yang tidak bermakna.
[18] Mengenai praktik doa
Tuhan Yesus, telah diketahui bahwa Ia berdoa secara tersembunyi (Luk 5:15 dab; 6:12); pada waktu ada
pertentangan rohani (Yoh 12:20-28; Luk 22:39-46); dan di kayu salib (Mat 27:46; Luk 23:46). Dalam doa-doaNya Ia
mengucapkan syukur (Luk 10:21; Yoh 6:11; 11:41; Mat 26:27), mencari bimbingan (Luk 6:12 dab), mengajukan
syafaat (Yoh 17:6-19, 20-26; Luk 22:31-34; Mrk 10:16; Luk 23:34), dan bersekutu dengan
Bapak (Luk 9:28 dab). Beban dari doa
'imam besar-Nya' dalam Yoh 17 ialah kesatuan
gereja-Nya.
[22] Berdoa adalah kebiasaan yang Yesus lakukan, sesuatu yang menjadi prioritas utama-Nya bahkan ketika
Ia dalam keadaan sangat sibuk. Dengan demikian, terlihat jelas di sini betapa
pentingnya doa. Sedemikian pentingnya doa sehingga Yesus Kristus, Anak Allah,
terbiasa mengalokasikan waktu khusus untuk melakukannya dan Ia melakukannya
bahkan tatkala Ia sangat sibuk melakukan berbagai kegiatan kerohanian. Bukan
hanya itu, kita dapat belajar di sini bahwa doa bukan semata masalah waktu, tetapi doa adalah masalah prioritas (Lukas
5:15-16; 6:12-13). Pagi-pagi
benar, waktu hari masih gelap, Ia
bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana
(Markus 1:35).
[23] Yesus memajukan diri-Nya sendiri di
dalam kehidupan doanya (Yoh 17:1-26). Tetapi perhatian-Nya yang utama adalah
pada para murid-Nya. Di dalam kedua bagian ini unsur pengabdian tercampur
secara kuat dengan permohonan. Bapa. Sering dipergunakan di dalam doa Yesus, di
dalam doa ini dipakai enam kali. Telah tiba saatnya. Saat itu tidak ditentukan
batasnya, merupakan sesuatu yang diketahui betul di antara Bapa dan Anak. Saat
itu adalah saat menderita dan sekaligus saat pemuliaan. Permuliakanlah Anak-Mu.
Memberi Dia kemampuan untuk menyelesaikan tugas-Nya, mengerjakan penyelamatan
yang merupakan tujuan kedatangan-Nya. Jelas Kristus di sini tidak mencari
kehormatan untuk diri-Nya sendiri, sebab di dalam pemuliaan diri-Nya melalui
kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya, Dia hanya berusaha untuk mempermuliakan
Bapa (Tafsir Alkitab Wycliff, Alkitab
Sabda Elektronik).
[24] The Bible Exposition Commentary. Copyright © 1989 by Chariot Victor
Publishing, and imprint of Cook Communication Ministries. All rights reserved.
Used by permission.
[25] J.D. Douglas, Ensiklopedia Masa Kini, 251. Bnd. I Tes
1:2; Ef 1:16.
[26] Paulus
telah memperingatkan orang percaya untuk mengenakan seluruh perlengkapan
senjata Allah supaya ia dapat bertahan melawan serangan Iblis. Seluruh bagian
perlengkapan senjata sangat diperlukan, tetapi ada satu senjata ampuh yang
paling utama, yaitu doa. "Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan
berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya
untuk segala orang kudus, juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka
mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan
rahasia Injil". “Janganlah
hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui
segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Filipi 4:6-7)
[27] Paulus tidak mendaftar doa
sebagai salah satu karunia Roh, mungkin karena semua orang Kristen dapat dan
harus berdoa, meskipun ia menyebutkan iman, karunia penyembuhan, dan kekuatan
lain (1 Kor 12: 7-11). Di 14:14, namun, ia berbicara tentang doa sehubungan
dengan pelaksanaan karunia rohani, membedakan antara berdoa dengan roh (yaitu,
di lidah) dan berdoa dengan pikiran. (International
Standard Bible Encyclopedia, revised edition, Copyright © 1979 by Wm. B.
Eerdmans Publishing Co. All rights reserved.)
[28] Kisah 15:13-21; 21:18; Gal 1:19; Yak 5:15
[29] Di
kemudian hari, menurut Hegesipus, ia terkenal dengan nama ‘Si Jujur’, karena
kesalehannya menuruti hukum Taurat Yahudi (Eus., EH. 2. 23). Ia mati martir
dilempari dengan batu waktu Ananias menjabat Imam Besar pada masa pemerintahan
sementara sepeninggal Festus, penguasa wakil Roma, 61 M (Jos., Ant. 20.9).
Yerome (De viris illustribus 2) mencatat suatu serpihan dari Kitab Apokrifa yang
hilang yaitu Gospel according to the Hebrew (*APOKRIFA, PB), yang memuat cerita
pendek dan yang mungkin tidak benar terjadi mengenai penampakan Yesus sesudah
bangkit kepada Yakobus. Menurut tradisi dialah penulis Surat Yakobus yang
terdapat dalam kanon di situ dia menerangkan dirinya sebagai ‘hamba Allah dan
Tuhan Yesus Kristus’ (Yak 1:1). Indexs
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini.
[31] Mereka yang berdoa adalah orang-orang yang berasal
dari segala bangsa, suku, kaum, dan bahasa (ayat 9). Mereka adalah orang-orang
yang banyak sekali yang keluar dari kesusahan yang besar, dan telah mencuci
jubah mereka dalam darah Anak Domba (ayat 14). Mereka adalah orang-orang yang
telah ditebus oleh Darah Anak Domba, Tuhan Yesus Kristus. Mereka adalah orang
banyak yang telah diselamatkan. (Ibid.)
[32] Smith's Bible Dictionary, PC Study Bible formatted electronic
database Copyright © 2003, 2006 by Biblesoft, Inc. All rights reserved.
[33] Hanya untuk berdoa,
Ia siap untuk bangun pagi-pagi benar (Markus
1:35), Ia memaksa murid-murid-Nya untuk
pergi dan Ia mengasingkan diri-Nya dari orang banyak
(Matius 14:13).
[34] Dalam konteks tertentu Allah memakai doa untuk mengubah
situasi yang buruk menjadi media keselamatan, para musuh diubah menjadi
sahabat, orang-orang yang jahat diubah menjadi para pribadi yang bertobat, dan
orang yang sakit tanpa harapan dapat disembuhkan. Namun dalam konteks tertentu
Allah tidak selalu memakai doa-doa yang dipanjatkan untuk mengubah situasi yang
buruk, tetapi melalui doa kita dimampukan mengubah rohani kita untuk menyikapi
dengan bijaksana dan tabah. Doa adalah ekspresi iman yang berserah penuh kepada
anugerah dan kedaulatan kasih Allah yang memampukan kita menerima apapun yang
terjadi, sehingga dalam situasi apapun yang terjadi kita senantiasa
mempermuliakan Allah dan mengasihi sesama, bahkan para musuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar