Kamis, 21 September 2017

APA PERNIKAHAN ATAU PERKAWINAN DAN PERCERAIAN YANG DIMAKSUD DALAM MATIUS 5:31-32 ??


APA PERNIKAHAN ATAU PERKAWINAN DAN PERCERAIAN YANG DIMAKSUD DALAM MATIUS 5:31-32 ??

1.      Menurut Pemahaman Alkitab Setiap Hari oleh William Barclay, halaman 262-265, hubungan pernikahan di tengah-tengah masyarakat Romawi mempunyai sejarahnya sendiri. Situasi pernikahan tersebut mengalami perkembangan namum perkembangan tersebut merupakan perkembangan tragedi. Dasar dari kesejahteraan masyarakat Romawi adalah PATRIA POTESTAS atau KUASA BAPAK. Bagi orang Romawi rumah adalah segala-galanya. Seorang ibu rumah tangga Romawi tidak terkucilkan seperti ibu rumah tangga Yunani. Modestinus, seorang ahli Hukum Romawi, mengatakan: “pernikahan adalah persekutuan seumur hidup dari hak ilahi dan insani.” Norma moral Romawi memang begitu tinggi, sehingga selama lima abad pertama dalam zaman kekaisaran Romawi tidak ada satu perceraianpun yang terjadi. Laki-laki pertama Romawi yang pertama menceraikan istrerinya adalah Spurius Carvilius Ruga pada tahun 234 SM.Hal ini terjadi karena isterinya mandul sedangkan dia sendiri menginginkan keturunan. Setelah itu datanglah orang-orang Yunani masuk ke masyarakat Romawi. Secara militer maupun politik sebenarnya Romawi menaklukkan Yunani, tetapi sebaliknya, secara moral dan sosial orang-orang Yunanilah yang menaklukkan Romawi. Menjelang abad ke-2 SM moralitas Yunani telah masuk dan mempengaruhi kota Roma. Akhirnya perceraian merupakan kejadian yang sama seringnya dengan pernikahan. Seneca  bahkan pernah berbicara tentang wanita-wanita yang dinikahi untuk diceraikan, dan diceraikan untuk dinikahi. Jadi pernikahan telah dianggap sebagai suatu keperluan yang tidak menguntungkan. Keadaan masyarakat seperti itu ternyata berkelanjutan. Mereka yang tidak menikah dibebani pajak yang berat, dan haknya sebagai pewaris dicabut. Mereka yang mempunyai anak diberi hak istimewa, sebab anak-anak dianggap sebagai malapetaka. Hukum yang berlaku dimanipulasi sedemikian rupa untuk menyingkirkan lembaga pernikahan yang ada.

2.      Menurut Tafsiran Alkitab Injil Matius I oleh Drs. J.J.de Heer, Hal.85-87, menuliskan. Tuhan Yesus menyebut pula sebagian dari Hukum Taurat: “Siapa menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepada isterinya” (Ul. 24:1-4). Tujuan surat cerai dalam PL tentulah supaya merupakan perlindungan untuk wanita dalam menikah. Membuat suatu surat pada masa dulu merupakan pekerjaan yang memakan banyak waktu. Jadi jika suami harus membuat surat cerai, maka tidak mungkin perceraian itu diadakan dalam keadaan emosi dan beberapa detik saja. Apalagi surat cerai itu memberi “status yang jelas” kepada wanita itu.tambahan pula dalam Ulangan 24:1 bahwa surat cerai hanya boleh dibuat kalau suami mendapati “apa-apa yang tidak senonoh pada isterinya”. Pada masa Tuhan Yesus, Rabi Syahmai dan murid-muridnya menafsirkan “apa-apa yang tidak senonoh” sebagai perzinahan, dan hanya mengijinkan seorang laki-laki menceraikan isterinya apabila ia mendapati isterinya sedang berzinah. Tuhan Yesus mendukung tafsiran Rabi Syahmai tentang Ulangan 24 dan menegaskan bahwa bersalahlah setiap orang yang menceraikan isterinya, kecuali karena zinah. Dengan cara itu Tuhan Yesus melindungi wanita dalam nikah. Tuhan Yesus tidak mengatakan bahwa seorang isteri yang berzinah harus diceraikan; selalu baik kalau seorang suami yang isterinya jatuh ke dalam dossa memeriksa diri apakah mungkin ia trurut bersalah, sebab telah kurang memelihara hubungan yang baik dengan isterinya. Dasar kata-kata Yesus dalam ayat 31-32 ialah kasih Yesus terhadap wanita yang sudah nikah; Tuhan Yesus ingin melindungi mereka, dan mau supaya kita ikut melindungi mereka.
Menurut Theodore H.Epp dalam bukunya: Pernikahan Perceraian dan Pernikahan Kembali, hal. 63-65. Matius menuliskan Injilnya itu pertama-tama untuk bangsa Yahudi, dan ia mencatat pernyataan-pernyataan Yesus memberikan suatu tafsiran yang benar atas Hukum Musa tentang perceraian. Perlu diketahui bahwa Yesus lahir pada zaman peralihan yaitu zaman Taurat ke zaman Anugerah. Meskipun ada bukti-bukti bahwa anugerah Allah telah terlihat sejak Zaman Perjanjian Lama, ada suatu pengertian yang jelas bahwa sekarang ini adalah abad atau zaman anugerah. Sebab Matius menulis Injilnya pertama-tama ditujukan kepada orang Yahudi, maka perlu baginya untuk menjelaskan arti yang benar dari Hukum Musa tentang berbagai pokok persoalan, khususnya tentang perceraian dan pernikahan kembali. Dalam zaman Yesus banyak orang Yahudi khususnya orang Farisi yang membuat Taurat menjadi tidak berarti lagi. Mereka seolah-olah membungkus Firman Allah dengan tradisi dan tafsiran mereka sendiri. Tetapi Yesus memecahkan lapisan dari tafsiran yang salah dan tradisi-tradisi palsu yang mengelilingi banyak persoalan. Oleh karena itu timbul reaksi yang keras dari orang-orang Yahudi.demikian perkataan-perkataan Kristus tentang perceraian danpernikahan kembali, itu dimaksudkan untuk membersihkan ajaran palsu yang dikaitkan oleh orang-orang Yahudi disekitar Hukum Taurat PL. Dibawah Hukum Musa, perceraian hanya diijinkan oleh karena yang bersangkutan terlibat dalam dosa percabulan. Bahkan kemudian izin perceraian tersebut diberikan hanya oleh karena kekerasan hati orang-orang Israel. Perzinahan, atau dosa seks yang dilakukan sesudah menikah, mengakibatkan orang yang terlibat di dalamnya di Hukum  dengan Hukuman mati di bawah Hukum Musa. Maka perceraian atas dasar perzinahan tidak pernah menjadi suatu pertimbangan. Banyak orang pada masa kini yang berfikir bahwa mereka ingin mengikuti Hukum Musa yang memperbolehkan perceraian. Tetapi mereka sering dibingungkan oleh perzinahan dan percabulan, sehingga mereka tidak mengerti sepenuhnya apa yang Hukum Taurat katakan tentang diri mereka masing-masing. Mereka berkata bahwa mereka menyokong perceraiaan karena perzinahan tetapi mereka menghindarkan fakta tentang Hukuman mati sebagai Hukuman atas perzinahan, bukan Hukuman atas perceraian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKTI KEMANUSIAAN YESUS KRISTUS

BUKTI-BUKTI KEMANUSIAAN YESUS KRISTUS 1. Yesus Lahir Seperti Manusia Lainnya. Yesus lahir dari seorang wanita (Galatia 4:4). Kenyataa...