Pendahuluan
Selagi
kehidupan di panggung dunia ini masih berlangsung, persoalan pemimpin dan
kepemimpinan tidak akan pernah selesai untuk diperbincangkan. Hal itu adalah
sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindarkan. Namun, yang menarik untuk
didiskusikan dan masih menjadi persoalan besar hingga saat ini adalah
mengapa sangat besar kecenderungan orang untuk mencalonkan diri sebagai
pemimpin? Ya, banyak orang ingin jadi pemimpin, tapi apakah jiwa atau karakter
sesungguhnya sebagai seorang pemimpin telah dimiliki?
Salah satu
tanda pemimpin yang memiliki karakter adalah dia tidak menjadikan
posisinya sebagai berhala dalam hidupnya. Untuk dapat menjadi seorang
pemimpin yang berkarakter diperlukan sebuah proses persiapan diri yang paling
utama yaitu memiliki rasa takut akan Tuhan. Pemimpin yang lahir tanpa terlebih
dahulu melalui sebuah proses persiapan ini biasanya akan mengalami
kegagalan. Pada awalnya mungkin ia kelihatan berhasil di mata manusia tetapi
pada akhirnya dia pasti akan mengalami kegagalan. Pemimpin adalah pelayan
rakyat, bukan tuan bagi rakyat; juga bukan pelayan bagi pemilik modal, apalagi
pelayan pihak asing. Namun tidak jarang realitanya menunjukkan sebaliknya.
Banyak kepentingan dan kemaslahatan rakyat yang terabaikan atau sengaja
diabaikan. Pelayanan dan pengurusan kepentingan rakyat sering hanya menjadi
janji politik yang jauh dari realitanya; semata-mata untuk mempertahankan
kekuasaan dan jabatan.
Refleksi Teologis terhadap karakter kepemimpinan raja Yosia
Melihat
karakter Yosia yang memang layak untuk menjadi seorang pemimpin (raja) atas
Israel. Walaupun memang jalan yang harus ditempuhnya itu tidaklah mudah, tetapi
Yosia memang memiliki hati yang benar dan kuat sehingga ia dia diurapi dan
dipilih oleh Tuhan untuk menjadi raja atas Israel. Karakter-karakter dan
sifat-sifat Yosia yang dapat kita pelajari adalah hati yang teguh di dalam
kebenaran. Kita dapat lihat bahwa di hati Yosia hanya ada kebenaran Tuhan dan
prinsip-prinsip kehidupan yang adil. Hal ini Tuhan telah melihat bahwa Yosia
memiliki sifat dan sikap hati seperti ini. Salah satu karakter Yosia yang
patut menjadi teladan bagi para pemimpin adalah bagaimana ia lebih memperhatikan
apa kata Tuhan , takut kehilangan Tuhan, membaharui kehidupan umat Allah untuk
lebih takut kepada Allah. Ini prioritas utama dan penting! Apakah para pemimpin
melakukan hal ini? Jika tidak, maka tidak heran soal moralitas-etis menjadi
persoalan yang paling memprihatinkan.
Karisma dapat
membuat seseorang mencapai posisi tertentu tetapi karakterlah yang membuatnya
bertahan pada tempat itu. Popularitas dapat diperoleh melalui karisma tetapi
kebesaran datang melalui karakter yang kuat, yaitu rasa takut akan Tuhan. Hanya
pemimpin yang demikianlah yang dapat Mengktualisasikan karakter kepemimpinan
yang diharapkan. Hal ini tentu saja memerlukan pembiasaan melalui contoh
keteladanan perilaku seorang pemimpin yang didasari takut akan Tuhan sehingga
mampu bergerak di eksekutif, yudikatif dan
legislatif dalam taman sari demokrasi
yang kondusif dan menjadi berkat bagi semua orang.
Karakter yang
di dasari takut akan Tuhan, membuat raja Yosia melakukan
pembaharuan-pembaharuan yang sangat luar biasa. Sekalipun ketika masih
anak-anak diangkat menjadi raja, tetapi dia tidak pernah takut. Bagian yang
terpenting dalam hidupnya raja Yosia adalah keberadaan orang-orang disekitarnya
yang juga hidup takut akan Tuhan. Saya percaya kehidupan raja Yosia,
pembentukan karakternya dan pertumbuhan imannya tidak lepas dari pengaruh orang-orang
yang ada disekitarnya.
Kesimpulan
Belajar dari kisah raja Yosia, saya
menyadari bahwa setiap orang adalah pemimpin, baik sebagai pemimpin bagi
dirinya sendiri maupun pemimpin bagi orang-orang yang disekitarnya. Saya merasa
sangat penting memiliki karakter seperti raja Yosia. Karakter-karakternya yang
dibangun atas dasar takut akan Tuhan dan tidak kompromi dengan kejahatan.
Karakter seperti itulah yang harus saya kembangkan dalam kehidupan saya secara
pribadi. Menjadi seorang pemimpin yang benar-benar bisa menjadi sosok teladan
bagi orang-orang yang akan saya pimpin. Dan untuk menjadi pemimpin seperti raja
Yosia, saya harus memulai pembaharuan dalam diri saya sendiri. Dan mulai
membangun dalam diri saya karakter-karakter ilahi melalui hubungan yang dekat
dengan Tuhan.
Terlebih lagi sebagai pemimpin-peminpin rohani, saya merenungkan
pernyataan ini:“Kebutuhan akan kepemimpinan yang penuh dedikasi, kokoh dan
terpercaya sangat mendesak. Gereja dan dunia sedang mengalami krisis akan
kepemimpian yang bermanfaat dan bermutu, kepemimpinan yang lebih berorientasi
pada individu bukannya institusi, kepemimpinan yang berjiwa sukarela bukannya
materialistis, kepemimpinan yang bergerak kesasaran yang pasti dan bukan
berputar-putar pada lingkaran setan. Kepemimpinan
yang kaya akan visi Allah dan bukannya ambisi insani”. Dan semuanya itu harus dimulai dari diri saya
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar