Bila dicermati dengan seksama ada
beberapa Masalah-masalah yang sangat menonjol dalam melaksanakan kepemiminan di
gereja local dan cara mengatasinya.
Masalah-masalah:
1.
Perbedaan persepsi.
Setiap orang memiliki persepsi yang
berbeda tentang apa yang diterima oleh panca inderanya (melihat, mendengar,
meraba, merasa, dan mencium). Ada yang bisa menerima masukan atau nasihat
tetapi ada yang tidak sehingga menimbulkan perbedaan pendapat sehingga memicu
timbulnya konflik.
2.
Perasaan yang terganggu (tersinggung).
Seringkali
konflik dalam gereja juga disebabkan oleh adanya perasaan yang terganggu karena
ucapan-ucapan yang menyinggung perasaan sesama anggota dalam gereja. Dalam
gereja yang terdiri dari bermacam-macam tempramen dan karakter seringkali
perkataan, perilaku dan sikap seseorang dapat memicu terjadinya konflik.
3.
Persaingan keinginan atau kepentingan.
Seringkali kita
temukan ada orang-orang yang memaksakan kinginannya dalam gereja, sering
berusaha menonjolkan diri masing-masing untuk mencari perhatian dari anggota
lain dan itu menimbulkan kecemburuan social dalam gereja sehingga akhirnya bisa
menimbulkan konflik antar anggota gereja.
Beberapa
solusi dalam mengelola Konflik:
1. Seorang hamba Tuhan harus bisa menjadi netral dalam sebuah masalah.
Fokus untuk menyelesaikan masalah (problem Solving). Pengeloaan
konflik yang baik dan benar adalah dengan fokus pada masalah bukan mencari mana
yang salah dan mana yang benar. Tetapi saling menasihati bahwa kita semua
adalah anggota tubuh Kristus yang saling melengkapi. Dengan demikian kita dapat
melakukan identifikasi tentang akar yang menjadi penyebab persoalan serta
mencari langkah yang tepat untuk menyelesaikannya. Langkah ini memang
membutuhkan waktu kebijaksanaan, tetapi dapat menyelesaiakan akar persoalan.
2.
Memperbaiki relasi.
Pasca penyelesaian masalah harus
diikuti dengan memperbaiki hubungan antara pihak yang berkonflik untuk
memulihkan luka batin, kebencian dan dendam. Ini yang disebut sebagai
rekonsiliasi, dimana pihak yang berkonflik duduk bersama, membuka hati dan
saling memberi pemahaman dan memaafkan dan akhirnya menerima satu sama lain dan
tidak ada istilah ‘menang-kalah’.
3.
Hamba Tuhan harus memberikan pengarahan kepada setiap
anggota gereja.
Khususnya yang memiliki jabatan dalam organisasi gereja dan
menjelaskan tugas mereka masing-masing, sehingga satu sama lain saling memahami
tugasnya dan tidak ada yang merasa “bisa” tetapi salingmendukung satu dengan
yang lain sehingga semua program gereja dapat berjalan dengan baik. Di sini
bukan berbicara siapa yang lebih baik atau lebih buruk, tetapi menekankan
tanggung jawab masing-masing tugasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar