Rabu, 20 September 2017

MEMANDANG KEKUDUSAN ALLAH


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

“Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya Tuhan; siapakah seperti Engkau mulia didalam kesucian dan menakutkan di dalam puji-pujian serta yang mengadakan keajaiban?”[1] jelas melalui ayat tersebut keuliaan Allah itu dinyatakan dalam kesucian! Ayat tersebut terjadi ketika orang Israel disucikan /dipisahkan dari orang Mesir dengan melalui laut Merah dan kemudian mereka Nampak kemuliaan Allah dalam kuasa-Nya, yang menyebabkan musuh mereka mati tenggelam sedangkan mereka sendiri dapat menyeberangi laut tersebut. Jika kita melihat kesucian Allah dalam hubungan-Nya dengan manusia. Maka kita baru bisa mengerti mengapa manusia harus kudus, atau dengan melihat dan mengerti apa makna kesucian itu dalam diri manusia. Semua tergantung bagaimana kita memandang Allah, kesucian menurut Allah belum tentu sama dengan kesucian menurut manusia. Itu memiliki sudut pandang yang berbeda.

Kesucian Allah tidak bisa dijangkau dengan pikiran atau bahkan panca indera manusia. Tetapi manusia bisa mengukur kesucian Allah melalui Firman yang disampaikan kepada orang-orang pilihannya hingga akhirnya menjadi Kitab Suci atau Alkitab. Melalui Alkitab manusia dapat menggambarkan kesucian Allah. Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda-beda tentang kesucian Allah. Jika kita menggambarkan Allah sebagai seorang raja yang lalim dan kejam, seorang polisi bermata elang, seorang kakek yang sangat sabar, atau mungkin seorang hantu yang sangat aneh yang sedang memainkan permainan, maka perasaan kita akan ditentukan oleh hal itu.[2] Tetapi sebaliknya apabila kita memandang Allah sebagaimana adanya seperti yang dinyatakan dalam Alkitab dan dicerminkan melalui Yesus Kristus maka kita akan dipenuhi dengan kasih, kekaguman, penghormatan dan pemujaan yang mutlak.

Kebenarannya adalah kita harus memiliki rasa hormat yang penuh dan hidup kudus[3] sebelum kita menjalin hubungan yang dekat dan akrab dengan Allah. Allah akan menghancurkan apa yang tidak dapat dikuduskan dan Allah menguduskan apa yang tidak dihanguskan.[4] Kita perlu mengenal siapa Allah dan bagaimana Alah yang kudus, Allah yang mulia, Allah yang kekal dan Allah yang layak disembah. Mengenal Allah dan kesucian-Nya melalui cermin Kristus dan kehidupan Kristus. Kemuliaan Allah yang nampak melalui kesuciannya bagi orang berdosa justru menghukumkan, tetapi bagi orang yang percaya bukan saja melepaskan  tetapi juga menuntun ke tempat kediaman yang kudus.




      B.     Rumusan Masalah

Permasalahan yang terjadi adalah masalah karena kurangnya pengetahuan setiap orang percaya tentang kesucian Allah dan berbagai pandangan dan penilaian tentang kesucian Allah. Didunia ini ada berbagai sumber yang menjadi titik tolak dalam mempelajari tentang Allah. Tetapi dalam makalah ini penulis memfokuskan pembahasan kepada Allah sebagai dasar titik tolak berteologi. Oleh sebab itu untuk menghindari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini, maka penulis membatasi masalah-masalah yang akan dibahas oleh makalah ini dengan bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1.      Bagaimana memandang kesucian Allah melalui Yesus Kristus?

2.      Mengapa kesucian Allah menjadi ukuran bagi setiap orang percaya untuk hidup kudus?



C.    TUJUAN PENULISAN

Dalam penulisan makalah ini, penulis memiliki beberapa tujuan, yaitu:

1.      Menjelaskan bagaimana memandang kesucian Allah melalui Yesus Kristus.

2.      Menjelaskan mengapa kesucian Allah menjadi ukuran bagi setiap orang percaya untuk hidup kudus.




BAB II

PEMBAHASAN

A.    Memandang Kesucian Allah melalui Yesus Kristus

Kesucian, berasal dari kata dasar suci yang berarti bersih, bebas dari dosa; bebas dari cela; bebas dari noda.[5] Dari sudut pandang Allah, kesucian Allah berarti ketidak berdosaan Allah atau kebebasan Allah dari dosa, kebebasan Allah dari cela, dan bebas dari noda. Allah adalah mutlak suci dan kudus. Seperti yang tertulis dalam Perjanjian Lama, “Allah adalah mulia karena kekudusan, menakutkan karena perbuatan-Mu yang masyur, Engkau pembuat keajaiban.”[6] Satu pernyataan tentang kesucian atau kekudusan Allah secara nyata dan jelas untuk pertama kalinya dalam Alkitab.  Tidak ada yang kudus seperti Tuhan.[7]

Hanya Allah sendiri yang suci dalam diri-Nya. Segala bentuk kesucian lainnya diturunkan melalui hubungan dengan-Nya.[8] Kesucian merupakan atribut[9] utama Allah. Kesucian merupakan prinsip moral baik untuk kasih maupun anugerah-Nya. Konsepsi Perjanjian Lama tentang kesucian Allah sebagai pancaran cahaya, pemisahan dan kemurnian. Di situ perlu ditekankan lagi tentang sifat etis daripada kesucian Allah. Pancaran cahaya, pemisahan dan kemurnian yang amoral bisa saja terjadi. Tetapi jauh melampaui cahaya kemuliaan, keterpisahan dan kemurniaan-Nya dibandingkan semua makhluk lainnya yang ada di dunia ini. Allah secara utama memancarkan kebaikan-Nya dan anugerah-Nya yang jauh dari segala yang jahat dan murni dalam kebenaran-Nya yang absolut.[10] Kesucian Allah tidak dapat diganggu gugat. Bukti akan kesucian Allah adalah tindakan yang dilakukan kepada manusia yang berdosa. Kehendak Allah selalu merupakan ekspresi dari totalitas sifatnya, yang melibatkan hikmat, kebenaran, keadailan, dan kasih. Allah tidak akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan diri-Nya sendiri. Allah melakukan semua apa yang benar dan bahkan Allah memerintahkan untuk dilakukan adalah suatu kebenaran.

Ungkapan “kudus, kudus, kudus”[11] menunjukkan analisa yang berlipat tiga kali tentang kekudusan atau kesucian Allah. Ada kekudusan kemuliaan-Nya yang Agung, ada kekudusan dalam kemurnian-Nya yang tanpa noda, dan ada kekudusan dalam pancaran cahaya-Nya yang tak terbatas. Masing-masing memiliki arti untuk seluruh lingkup istilah tersebut, baik diterapkan kepada Allah maupun dilanjutkan ke manusia.

Kesucian Allah yang mutlak tidak dapat secara langsung dilihat dengan mata jasmani manusia karena Allah bersifat Roh. Kesucian Allah membahas tentang jalinan peristiwa dalam kehidupan pribadi seseorang. Tetapi manusia dapat melihat kecusian Allah melalui Pribadi Yesus Kristus. Yesus adalah Allah yang telah menjadi manusia.

Yesus Kristus adalah gambar Allah yang sempurna. Dari kehidupan Yesus selama Dia tinggal di dunia hidup seperti manusia. Melalui pengajaran Yesus dan teladan-Nya manusia dapat mengetahui bagaimana kesucian itu sebenarnya. Teladan itu sendiri hanya seperti lampu sorot pada orang yang tenggelam. Pada waktu manusia memandang Yesus, manusia melihat contoh dari kesucian yang sebenarnya seperti yang Ia ajarkan kepada manusia. Kesucian yang di lihat dalam manusia merupakan kebenaran yang sempurna. Yesus menantang. “Siapakah diantaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?.[12] Ini bukan hanya keadaan tak bersalah secara lahiriah, melainkan juga kebenaran batiniah yang sempurna; kesucian hati yang sesungguhnya, yang diperlukan agar seseorang bisa “melihat Allah”.[13] Ada hubungan yang sangat erat antara cara hidup Yesus dengan hokum Allah. Ia melakukan apa yang seharusnya Ia lakukan. Apa yang Ia rasakan, katakana dan perbuat sesuai dengan apa yang Ia tangkap sebagai hal yang benar. Bukan hanya tindakan-Nya yang benar, motivasi-Nya pun juga benar. Ia melakukan hal yang benar karena alasan yang benar.

Selain itu manusia melihat kesucian Yesus sebagai demonstrasi kasih. Hanya dalam pemikiran semata-mata manusia bisa memisahkan kesucian-Nya dari kesatuan-Nya dengan Allah atau dari kebenaran. Peragaan kesucian oleh Yesus itu secara khusus menunjukkan jenis kesucian yang sesuai bagi manusia, makhluk ciptaan itu. Kesucian  dalam manusia mencakup penundukan diri, kerendahhatian, ketaatan, dan penghormatan, sebab sifat-sifat ini merupakan bagian dari status manusia sebagai makhluk ciptaan yang takluk. Sebab itu kata-kata Yesus, “ Aku lemah lembut dan rendah hati,” itu sungguh-sungguh sangat penting dan ketika Ia mengatakan hal itu, Ia menunjukkan diri-Nya sendiri sebagai pola kita atau gambar kita.[14] Sebagai anak muda, Yesus menundukkan diri-Nya sendiri kepada orang tua-Nya, karena Ia tahu hal ini merupakan ketetapan Allah. Perbedaan antara kesucian yang dapat dilihat dalam diri Kristus dan sifat alamiah kita sendiri sungguh jelas. Yesus adalah satu-satunya manusia tanpa dosa.

B.     Kesucian Allah menjadi ukuran bagi setiap orang percaya untuk hidup kudus.

Allah dan manusia memiliki dua aspek kesucian, yaitu aspek positif san aspek negative. Kesucian Allah baik dalam aspek positif atau negative adalah mutlak. Sedangkan kesucian manusia dilihat dari dua aspek tersebut adalah manusia suci sebagai makhluk yag serupa dan segambar dengan Allah[15] dan dari aspek negatifnya adalah bahwa manusia memiliki sifat keberdosaan. Itulah yang membedakan antara kesucian Allah dan kesucian manusia. Ketika manusia pertama yaitu Adam belum jatuh dalam dosa, ia adalah manusia yang benar-benar suci tetapi setelah jatuh dalam dosa atau sifat keberdosaannya itu manusia menjadi cela atau tercemar dengan dosa hingga akhirnya Allah yang suci memisahkan diri dari manusia. Setelah manusia menerima sisi lemah dan berdosa dari natur manusia, gambaran tentang kekudusan masih bisa menjadi tujuan hidup setiap orang percaya.[16]

Manusia sebagai gambar Allah terletak dalam hubungan antara manusia dengan Allah. Allah juga menghendaki manusia sebagai makhluk yang berada dalam komunikasi dengan Dia. Untuk menjalin komunikasi yang baik anatara manusia dengan Allah diperlukan kesucian secara moral dalam diri manusia sebagai syarat bagi kelangsungan persekutuan manusia dengan Allah. Kesucian manusia harus dimulai dengan pemberesan hubungan antara manusia dengan Allah. Kita harus hidup kudus sebab Allah yang memerintahkannya dalam Alkitab. Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, ”Aku berkata kepadamu: jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”[17] Dan lagi, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”[18] “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”[19] Kita harus suci atau kudus karena Kristus dating ke dunia untuk menjadikan kita kudus. “Kristus telah mengasihi jemaat, dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya.”[20] Kristus mati tidak hanya untuk menyelamatkan kita dari kesalahan dosa-dosa kita, tetapi juga dari kuasa dosa itu. Yesus adalah Juruselamat yang sempurna yang tidak hanya menghapus rasa bersalah akibat dosa orang percaya, tetapi juga mematahkan kuasa dosa atas orang percaya sehingga memampukan orang percaya itu menjadi kudus.[21] Dengan hidup kudus kita dapat membuktikan bahwa iman kita kepada Kristus adalah sesuatu yang nyata.

Bagaimana kita memulai untuk hidup kudus? Yaitu memulainya dengan Kristus. Setiap kali orang berusaha membuat diri mereka sendiri kudus dan mereka malah menjadikan segala sesuatunya berantakan. Satu-satunya perkara yang harus kita lakukan ialah berpaling kepada Kristus, “di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”[22] adalah kata-kata Tuhan Yesus sendiri untuk menyatakan bagaimana kita harus melakukannya.

Dengan memandang kesucian Allah dalam kehidupan Yesus. Maka tidak ada yang sukar bagi kita untuk hidup suci. Kerjasama antara Roh kudus yang tinggal dalam kehidupan kita dan iman kita akan memampukan kita untuk hidup suci, mampu mengendalikan kedagingan dan melawan tipu muslihat iblis yang selalu berusaha menghancurkan kesucian manusia.



 BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Kesucian Allah merupakan gambar akan kemuliaan Allah dan kemahakuasaan Allah. Kesucian yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun yang ada di dunia ini. Hanya Allah sendiri yang suci dalam dalam diri-Nya. Kesucian Allah merupakan bukti akan kasih Allah yang diwujudkan melalui Yesus Kristus. Yesus yang sudah mati dan bangkit dari antara orang mati menebus semua dosa orang percaya merupakan ungkapan kasih Allah yang kudus kepada manusia. Yesus sendiri adalah satu-satunya teladan bagi kita sebagai orang-orang percaya untuk hidup dalam kekudusan. “Kuduslah kamu sebab Aku kudus”[23] hendaknya ayat tersebut menjadi cermin bagi kita untuk terus melihat kekudusan Allah di dalam Yesus.

B.     Saran

Demikian penjelasan yang dapat dipaparkan oleh penulis, karena masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan makalah ini dan mungkin banyak kata atau kalimat atau tanda baca maupun istilah asing yang tidak dapat dimengerti oleh pembaca maupun ada yang menimbulkan kesalahpengertian antara maksud penulis dan maksud pembaca. Maka penulis memohon maaf dan dengan senang hati menerima saran dan kritikan dari pembaca, supaya penulis dapat memperbaiki setiap kesalahan dan menjadi lebih baik lagi dalam penulisan makalah berikutnya.





DAFTAR PUSTAKA



Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006.

Purkiser, W.T.  Menggali kekudusan Kristen Jilid . Yogyakarta:Andi, 1998.

Ryle, J. C. Aspek-aspek Kekudusan. Surabaya: Momentum, 2003.

Subekti, Timotius. Kesucian. Yogyakarta: Andi, 1986.

Taylor, Richard S. Doktrin Kesucian. Malang: Sekolah Tinggi Alkitab Nusantara, 1985.

http://kbbi.web.id/suci , diunduh tanggal 24 Agustus 2015, Pukul 09.15 Wib.

http://kbbi.web.id/atribut, diunduh tanggal 24 Agustus 2015, Pukul 09.15 Wib.



[1] Keluaran 15:11
[2] Richard S, Taylor, Doktrin Kesucian, (Malang:Sekolah Tinggi Alkitab Nusantara, 1985) Hlm. 5
[3] Keluaran 19:10-25 ketika Tuhan berfirman kepada Musa supaya bangsa Israel menguduskan diri.
[4] Timotius Subekti, Kesucian, (Yogyakarta:ANDI, 1986) Hlm. 101
[5] http://kbbi.web.id/suci, diunduh tanggal 24 Agustus 2015, Pukul 09.15 Wib.
[6] Keluaran 15:11
[7] I Samuel 2:2
[8] W.T. Purkiser, Menggali kekudusan Kristen Jilid , (Yogyakarta:Andi, 1998) Hlm. 21
[9] Atribut adalah sifat yang menjadi ciri khas suatu pribadi (http://kbbi.web.id/atribut, diunduh tanggal 24 Agustus 2015, Pukul 09.15 Wib )
[10] Richard S, Taylor, Doktrin Kesucian, (Malang:Sekolah Tinggi Alkitab Nusantara) Hlm. 6
[11] Yesaya 6:3; Wahyu 4:8
[12] Yohanes 8:46
[13] Matius 5:8
[14] Matius 11:29
[15] Kejadian 1:26
[16] J. C. Ryle. Aspek-aspek Kekudusan. (Surabaya:Momentum, 2003) Hlm. 27.
[17] Matius 5:20
[18] Matius 5:48
[19] I Petrus 1:16
[20] Efesus 5:25-26
[21] J. C. Ryle. Aspek-aspek Kekudusan. (Surabaya:Momentum) Th. 2003. Hlm. 28.
[22] Yohanes 15:5
[23] I Petrus 1:16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKTI KEMANUSIAAN YESUS KRISTUS

BUKTI-BUKTI KEMANUSIAAN YESUS KRISTUS 1. Yesus Lahir Seperti Manusia Lainnya. Yesus lahir dari seorang wanita (Galatia 4:4). Kenyataa...