Kamis, 21 September 2017

NAZAR dan NAZIR


Pasal terakhir dalam kitab Imamat ini menutup rangkaian peraturan kudus dengan kembali pada peraturan ritual. Khususnya mengenai pembayaran nazar dan persembahan persepuluhan.Kedua peraturan ini  sudah pernah dibahas secara umum (7:16; 22:18-23; 23:38).

Nazar[1] adalah permintaan khusus kepada Tuhan. Seseorang bernazar dengan memberikan persembahan tertentu sebagai pembayaran nazarnya. Ada tiga macam hal yang bisa dijadikan pembayaran nazar. Pertama, manusia (1-8). Namun karena orang yang bukan suku Lewi tidak bisa melayani di kemah suci, maka diganti dengan uang dalam nilai
tertentu. Adanya perbedaan nilai nazar antara laki-laki dan perempuan mungkin disebabkan bahwa secara fisik, laki-laki lebih kuat daripada perempuan. Kedua, hewan (9-13). Hanya hewan yang halallah yang bisa diterima. Binatang haram boleh dijadikan pembayaran nazar, tetapi tidak bisa dijadikan persembahan kurban, oleh karena itu harus diganti dengan uang dalam nilai yang setara (11-12, 27). Ketiga, harta orang yang bernazar (14-15, 16-24). Harta seperti rumah mudah peraturannya. Namun karena ladang termasuk tanah pusaka yang pada tahun Yobel harus dikembalikan kepada pemilik semula, peraturannya lebih rumit. Intinya, apa pun yang dipersembahkan sebagai pembayaran nazar harus kudus agar diterima Tuhan.

Dalam peraturan mengenai pembayaran nazar, disiapkan aturan bila orang ingin menebus apa yang telah dinazarkan.Namun anak sulung binatang yang merupakan hak Tuhan, tidak bisa dipakai sebagai pembayaran nazar (26). Begitu pembayaran nazar dilakukan, maka yang sudah dibayarkan tidak lagi bisa ditebus (28-29). Persembahan persepuluhan diatur dengan prinsip serupa, harus berupa persembahan yang terbaik sehingga berkenan kepada Tuhan (30-33).

Pengkhotbah 5:4-5 berkata 'lebih baik tidak bernazar, daripada bernazar tetapi tidak membayar nazar.' Maka yang penting bukanlah ucapan nazar, melainkan sikap hidup yang senantiasa ingin menyenangkan hati Tuhan, dengan memberikan yang terbaik kepada-Nya

Nilai nazar seorang laki-laki itu mengingatkan pada harga jual Yusuf (saat itu berusia 17 tahun) kepada para saudagar Ismael/Midian yang kemudian membawanya ke Mesir sebagaimana dicatat dalam Kitab Kejadian.


Literatur Rabbinik mencatat, bahwa jika seseorang memberikan persepuluhan (tithe) dari kambing domba atau lembu sapinya, ia mengurung hewan-hewan itu dalam satu kandang yang hanya mempunyai sebuah pintu sempit, setiap kali hanya satu hewan yang dapat lewat. Ia kemudian berdiri di dekat pintu itu, dengan tongkat yang telah dicelupkan ke dalam zat warna (vermilion) di tangannya, dan ketika hewan-hewan itu berjalan melalui pintu tersebut, ia menghitungnya dengan tongkat; jika sampai hewan kesepuluh, ia menyentuh hewan itu dengan tongkat, dengan demikian hewan tersebut dipisahkan sebagai hewan persepuluhan.

NILAI NAZAR UNTUK MANUSIA

Dicatat dalam Imamat 27:2-8 bahwa "Apabila seorang mengucapkan nazar khusus kepada TUHAN mengenai orang menurut penilaian yang berlaku untuk itu, maka tentang nilai" dalam satuan "syikal perak, ditimbang menurut syikal kudus" adalah sebagai berikut:

Usia
Laki-laki
Perempuan
Ayat
1 bulan-5 tahun
5 syikal
3 syikal
27:6
5-20 tahun
20 syikal
10 syikal
27:5
20-60 tahun
50 syikal
30 syikal
27:3-4
60 tahun atau lebih
15 syikal
10 syikal
27:7

Jikalau orang itu terlalu miskin untuk membayar nilai itu, maka haruslah dihadapkannya orang yang dinazarkannya itu kepada imam, dan imam harus menilainya; sesuai dengan kemampuan orang yang bernazar itu imam harus menentukan nilainya.

Bernazar atau tidak bernazar bukanlah dosa. Tapi bila suatu nazar dikaulkan – biasanya nazar diucapkan dengan suara nyaring (Ulangan 23:23) – ikatannya sama kudusnya dengan sumpah (Ulangan 23:21-23). Karena itu janganlah bernazar tanpa memikirkannya dengan sungguh-sungguh (Amsal 20:25), sebab orang yang benazar, misalnya mengucapkan nazar hendak mempersembahkan sesuatu (Yeremia 33:18; Yosua 8:35) dan kemudian tiba saatnya, maka ia bebas dari ikatan nazarnya tadi, hanya bila ia melaksanakan penyerahan persembahan itu. Melaksanakan tuntutan nazar itu adalah kebahagiaan orang yang bernazar (Ayub 22:27), dan demikianlah bentuk kebahagiaan Israel kelak (Nahum 1:15). Namun mempersembahkan ternak yang cacat menggantikan ternak yang sudah dinazarkan adalah perbuatan dosa dan mendatangkan kutuk Allah (Maleakhi 1:14)

NAZIR[2]
Asal-usul praktiknya adalah pra-Musa dan masih gelap. Orang-orang Sem dan bangsa-bangsa primitif lainnya sering membiarkan rambutnya tidak dicukur selama menunggu pertolongan ‘tuhan’, dan sesudah itu membabat rambutnya.


I. Hukum nazir dalam Bilangan 6

Aturan-aturan untuk seorang Nazir seperti digariskan dalam Bilangan 6 menyajikan dasar paling sempurna dan cocok untuk diskusi, walaupun pasal tersebut secara kronologis bukanlah rujukan pertama alkitabiah dalam pokok ini.


a. Larangan-larangan

1. Seperti Imam yang bertugas, orang Nazir harus pantang minum anggur/ minuman yang memabukkan, cuka anggur dan buah anggur, guna menjaga integritas dan kekudusan orang Nazir itu, agar dia jangan kerasukan roh lain dari pada Roh YHWH (bandingkan Amsal 20:1). Anggur akan mengontrol orang tersebut.
Pelarangan
minum minuman keras, anggur dan cuka yang memabukkan, disebut dalam Bilangan 6:2-3

2. Orang Nazir tidak boleh mencukur rambutnya selama waktu penahbisan (bandingkan nazir = ’anggur yang tidak dibersihkan’ Imamat 25:5,11). Rambut dianggap ’tempat hidup’ atau ’tempat tinggal favorit bagi roh-roh dan pengaruh-pengaruh sihir’ yang harus dipelihara dalam keadaan alaminya sampai dibakar habis untuk menjamin kemusnahannya tanpa ketakutan tercemar. Rambut merupakan kekuatan, keutuhan. Kepala Nazir adalah kudus bagi Tuhan dan menjadi milik Tuhan.

b. Pelanggaran

Bila larangan terakhir tanpa sengaja dilanggar, maka orang Nazir itu harus menjalani upacara-upacara pentahiran yang terperinci, dan dia harus mengulangi nazarnya lagi. Tapi perlu citatat, bahwa syarat-syarat NAZAR orang NAZIR tidak mencegahnya melakukan kewajiban-kewajiban rumah-tangga dan sosial lainnya.

c. Penyelesaian

Pada akhir nazarnya, orang Nazir itu harus mempersembahkan berbagai korban persembahan yang ditentukan dan sesudah itu dia harus mencukur rambutnya dan membakarnya di mezbah. Usai upacara-upacaya tertentu yan dilakukan oleh Imam, orang Nazir itu bebas dari nazarnya.

Ciri khas asli seorang Nazir ialah menyerahan diri seutuhnya kepada YHWH, dimana badan dianggap bukan melulu suatu yang harus dikekang, tetapi dipersembahkan untuk pelayanan kudus; kekudusan yag biasanya dihubungkan dengan Imam diperluas kepada awam, dan sifat perseorangan yang berlawanan dengan sifat kelompok seperti ditemukan dalam kelompok Rekhabit.


II. Masalah-masalah mengenai orang NAZIR

Jelas syarat-syarat diatas bahwa nazar seorang Nazir hanya untuk kurun waktu tertentu saja. Tapi berlawanan dengan itu dan sebelum diberi Hukum Orang Nazir tersebut diatas, ada contoh-contoh pra pembuangan mengenai orang tua yang membaktikan anaknya menjadi seorang Nazir selama hidupnya, misalnya dalam kisah hidup Samuel (1 Samuel 1:11 dan 1 Samuel 1:22 berakhir dengan kata-kata, ’seorang nazir selama hidupnya’). Ada juga kenaziran yang berlangsung dari kandungan seperti Simson (Hakim-hakim 13), yang ceritanya mungkin bertarikh abad 10 sM. Bahwa Samuel dan Simson adalah Nazir. Namun kisah Simson tidak memperlihatkan bahwa dia menjauhi Anggur! mungkin istilah ’orang Nazir’ secara bebas telah dikenakan kepada seorang yang mempersembahkan dirinya kepada YHWH.

Absalom juga sering dianggap sebagai contoh orang Nazir. Amos, yang pada zamannya jumlah Nazir, yang dicoba dibelokkan dari pantangannya oleh masyarakat banyak (Amos 2:11-12). Selama periode pembuangan, sulit menemukan bukti langsung tentang Nasir.


III. Perkembangan kemudian

Dari zaman pembuangan, nampaknya kenaziran hanya untuk kurun waktu tertentu saja. Pengaruh asing telah terselip didalamnya, dan motivasi mengikrarkan nazar tidak lagi selalu khusus penyesalan dan pembaktian. Kadang-kadang hal itu dipraktikkan agar disenangi oleh YHWH sebagai aktivitas ritus yang berbuahkan jasa, bahkan sebagai taruhan.

Orang Yahudi yang makmur sering mengeluarkan biaya untuk upacara penutupan; Herodes Agripa I dikatakan melakukan hal yang sama, dan Paulus telah meminta melaksanakan kebaktian demikian untuk empat anggota gereja di Yerusalem (Kisah 21:23 dab., bandingkan dengan Kisah 18:18 untuk nazar Paulus sendiri). Masuknya pengaruh-pengaruh lain tidak dapat dielakkan, dan suatu traktat khusus dari Kitab Misynah (nazir) menentukan lamanya kenaziran itu paling sedikit 30 hari.









IV. Kesimpulan

Nazar adalah permintaan khusus kepada Tuhan. Seseorang bernazar dengan memberikan persembahan tertentu sebagai pembayaran nazarnya. Ada tiga macam hal yang bisa dijadikan pembayaran nazar. Pertama, manusia (1-8). Namun karena orang yang bukan suku Lewi tidak bisa melayani di kemah suci, maka diganti dengan uang dalam nilai tertentu. Adanya perbedaan nilai nazar antara laki-laki dan perempuan mungkin disebabkan bahwa secara fisik, laki-laki lebih kuat daripada perempuan. Kedua, hewan (9-13). Hanya hewan yang halallah yang bisa diterima. Binatang haram boleh dijadikan pembayaran nazar, tetapi tidak bisa dijadikan persembahan kurban, oleh karena itu harus diganti dengan uang dalam nilai yang setara (11-12, 27). Ketiga, harta orang yang bernazar (14-15, 16-24). Harta seperti rumah mudah peraturannya. Namun karena ladang termasuk tanah pusaka yang pada tahun Yobel harus dikembalikan kepada pemilik semula, peraturannya lebih rumit. Intinya, apa pun
yang dipersembahkan sebagai pembayaran nazar harus kudus agar diterima Tuhan.


Dalam peraturan mengenai pembayaran nazar, disiapkan aturan bila orang ingin menebus apa yang telah dinazarkan.Namun anak sulung binatang yang merupakan hak Tuhan, tidak bisa dipakai sebagai pembayaran nazar (26). Begitu pembayaran nazar dilakukan, maka yang sudah dibayarkan tidak lagi bisa ditebus (28-29). Persembahan persepuluhan diatur dengan prinsip serupa, harus berupa persembahan yang terbaik sehingga berkenan kepada Tuhan (30-33).

Pengkhotbah 5:4-5 berkata 'lebih baik tidak bernazar, daripada bernazar tetapi tidak membayar nazar.' Maka yang penting bukanlah ucapan nazar, melainkan sikap hidup yang senantiasa ingin menyenangkan hati Tuhan, dengan memberikan yang terbaik kepada-Nya.



V. Kepustakaan



Wikipedia

A. R Johnson, Sacral Kingship in Ancient Israel, 1955, catatan; J Pedersen, Israel, Its Life and Culture, 4, 1959.



[1] Istilah 'nazar' dalam pemikiran bangsa Sem mungkin berasal dari nama satu dewa. Kalau memang benar demikian, maka hal itu mengilustrasikan fakta pemakaian 'nazar' dalam Alkitab yang selalu menyebut nama Allah, dan memberikan tafsiran baru untuk bagian-bagian Alkitab seperti Yer 32:35: ay itu tidak berarti 'mengorbankan anak-anak kepada Molokh' seperti TBI, tapi 'mengorbankan anak-anak sebagai molekh, yaitu sebagai persembahan yang merupakan penggenapan suatu nazar. (Wikipedia)
Nazar bisa berupa kehendak melaksanakan suatu tindakan (Kej 28:20) atau menjauhkan diri dari suatu tindakan (Mzm 132:2 dab) untuk memperoleh belas kasihan Allah (Bil 21:1-3), atau dalam hal menyatakan kegairahan atau penyerahan diri kepada Allah (Mzm 22:25). Bernazar atau tidak bernazar bukanlah dosa. Tapi bila suatu nazar dikaulkan -- biasanya nazar diucapkan dengan suara nyaring (Ul 23:23) -- ikatannya sama kudusnya dengan sumpah (Ul 23:21-23). Karena itu janganlah bernazar tanpa memikirkannya sungguh-sungguh (Ams 20:25); sebab orang yang bernazar, misalnya mengucapkan nazar hendak mempersembahkan sesuatu (Yos 8:35; Yer 33:18), dan kemudian bila tiba saatnya, maka dia bebas dari ikatan nazarnya tadi, hanya bila ia melaksanakan penyerahan persembahan itu (Pedersen). Melaksanakan tuntutan nazar itu adalah kebahagiaan bagi orang yang bernazar (Ayb 22: 27), dan demikianlah bentuk kebahagiaan Israel kelak (Nah 1:15). Namun mempersembahkan ternak yang cacat menggantikan ternak yang sudah dinazarkan adalah perbuatan dosa dan mendatangkan kutuk Allah (Mat 1:14).
Apa yang sudah menjadi milik Allah (mis anak sulung, buah bungaran, persepuluhan, Im 27:26), atau suatu kekejian bagi Allah (Ul 33:18), tidak boleh dinazarkan atau dikuduskan bagi Allah. Tapi karena anak sulung bisa ditebus (Im 27; Bil 3:44 dab), wajarlah kalau Hana menyerahkan Samuel kepada Yahweh sebagai pemenuhan nazar (1 Sam 1:11). Nazar itu sendiri pada dirinya tidaklah mengandung suatu apa pun (Mzm 51:16 dab) dan dapat diucapkan oleh pengkhianat (2 Sam 15:7 dab) atau seorang sundal yang berpura-pura saleh (Ams 7:14). Karena itu dalam PB nazar yang disebut 'korban' dari seorang yang sok saleh beragama dicela oleh Yesus (Mrk 7:11). Nazar (euche) Paulus dalam Kis 18:18 (bnd Kis 21:23) pastilah nazar yang bersifat sementara dari seorang nazir, cetusan hati yang sungguh dan tulus sesuai kepercayaan lama Ibrani (Kis 18:18; bnd 21:23). (A. R Johnson, Sacral Kingship in Ancient Israel, 1955, hlm 40 catatan; J Pedersen, Israel, Its Life and Culture, 4, 1959, hlm 265-266, 324-330. EEE/MHS/HAO)

[2] Ibrani נזיר - NAZIR, dari kata נזר - NAZAR, yang artinya ‘mengasingkan, menahbiskan, berpantang’; bandingkan kata ini dengan נזר - NAZER, artinya adalah ‘mahkota’, ‘mahkota Allah’, kadang-kadang juga disamakan dengan rambut yang tidak dicukur yang diterapkan pada seorang Nazir. Di Israel, seorang nazir adalah yang mengasingkan diri dari orang lain dengan mengkhususkan dirinya bagi YHWH dengan suatu NAZAR khusus. (Wikipedia)

BUKTI KEMANUSIAAN YESUS KRISTUS



BUKTI-BUKTI KEMANUSIAAN YESUS KRISTUS

1. Yesus Lahir Seperti Manusia Lainnya. Yesus lahir dari seorang wanita (Galatia 4:4). Kenyataan ini dikuatkan oleh kisah-kisah kelahiran-Nya dari seorang anak dara (Matius 1:18 -2:11; Lukas 1:30-38; 2:1-20). Karena hal ini, Yesus disebut "anak Daud, anak Abraham" (Matius 1:1) dan dikatakan bahwa Ia "menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud" (Roma 1:3). Karena alasan yang sama, Lukas merunut asal usul Yesus sampai kepada Adam (Lukas 3:23-38). Peristiwa ini merupakan penggenapan janji kepada Hawa (Kejadian 3:15) dan kepada Ahas (Yesaya 7:14). Pada beberapa kesempatan Yesus disebutkan sebagai anak Yusuf, namun kita akan melihat bahwa setiap kali hal ini terjadi, orang yang melakukannya itu bukanlah sahabat Yesus atau mereka kurang mengenal Dia (Lukas 4:22; Yohanes 1:45; 6:42; bandingkan dengan Matius 13:55). Bila ada bahaya bahwa pembaca kitab Injil akan menganggap penulis Injil tersebut bermaksud untuk menyatakan bahwa Yesus betul-betul anak Yusuf, maka penulis menambahkan sedikit penjelasan untuk menunjukkan bahwa anggapan semacam itu tidak benar. Oleh karena itu dalam Lukas 23:23 kita membaca bahwa Yesus adalah anak Yusuf "menurut anggapan orang" dan di dalam Roma 9:5 dinyatakan bahwa Kristus berasal dari Israel dalam "keadaan-Nya sebagai manusia".

Dalam kaitan ini telah diajukan satu pertanyaan penting: Bila Kristus itu lahir dari seorang perawan, apakah Ia juga mewarisi sifat yang berdosa dari ibu-Nya? Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa Yesus tidak berhubungan dengan dosa. Alkitab menandaskan bahwa Yesus "tidak mengenal dosa" (2 Korintus 5:21); dan bahwa Ia adalah "yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa" (Ibrani 7:26); dan bahwa "di dalam Dia tidak ada dosa" (1 Yohanes 3:5). Pada saat memberitahukan bahwa Maria akan melahirkan Anak Allah, Gabriel menyebutkan Yesus sebagai "kudus" (Lukas 1:35). Iblis tidak berkuasa apa-apa atas diri Yesus (Yohanes 14:30); ia tak ada hak apa pun atas Anak Allah yang tidak berdosa itu. "Dosalah yang membuat Iblis berkuasa atas manusia, tetapi di dalam Yesus tidak ada dosa." Melalui naungan ajaib Roh Kudus, Yesus lahir sebagai manusia yang tidak berdosa.

2. Yesus Tumbuh Dan Berkembang Seperti Manusia Normal. Yesus berkembang secara normal sebagaimana halnya manusia. Oleh karena itu dikatakan dalam Alkitab bahwa Ia "bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya" (Lukas 2:40), dan bahwa Ia "makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia" (Lukas 2:52). Perkembangan fisik dan mental Kristus ini tidak disebabkan karena sifat ilahi yang dimiliki-Nya, tetapi diakibatkan oleh hukum-hukum pertumbuhan manusia yang normal. Bagaimanapun juga, kenyataan bahwa Kristus tidak mempunyai tabiat duniawi dan bahwa Ia menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan, yang berdosa, sudah pasti turut mempengaruhi perkembangan mental dan fisik-Nya. Perkembangan mental Yesus bukanlah semata-mata hasil pelajaran di sekolah-sekolah pada zaman itu (Yohanes 7:15), tetapi harus dianggap sebagai hasil pendidikan-Nya dalam keluarga yang saleh, kebiasaan-Nya untuk selalu hadir dalam rumah ibadah (Lukas 4:16), kunjungan-Nya ke Bait Allah (Lukas 2:41, 46), penelaahan Alkitab yang dilakukan-Nya (Lukas 4:17), dan juga karena Ia menggunakan ayat-ayat Alkitab ketika menghadapi pencobaan, dan karena persekutuan-Nya dengan Allah Bapa (Markus 1:35;Yohanes 4:32-34).

3. Ia Memiliki Unsur-Unsur Hakiki Sifat Manusia. Bahwa Kristus memiliki tubuh jasmaniah jelas dari ayat-ayat yang berbunyi, "mencurahkan minyak itu ke tubuh-Ku" (Matius 26:12); "yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah adalah tubuh-Nya sendiri" (Yohanes 2:21); "Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapatkan bagian dalam keadaan mereka [darah dan daging]" (Ibrani 2:14); "tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagi-Ku" (Ibrani 10:5); "kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus" (Ibrani 10:10). Bahkan setelah Ia dibangkitkan Ia mengatakan, "Rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku" (Lukas 24:39). Bukan saja Kristus memiliki tubuh manusiawi yang fisik, Ia juga memiliki unsur-unsur sifat manusiawi lainnya, seperti kecerdasan dan sifat sukarela. Ia mampu berpikir dengan logis. Alkitab berbicara tentang Dia sebagai memiliki jiwa dan/atau roh (Matius 26:38; bandingkan dengan Markus 8:12; Yohanes 12:27; 13:21; Markus 2:8;Lukas 23:46; dalam Alkitab bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai hati dan nyawa). Ketika mengatakan bahwa Ia mengambil sifat seperti kita, kita selalu harus membedakan antara sifat manusiawi dan sifat yang berdosa;Yesus memiliki sifat manusiawi, tetapi Ia tidak memiliki sifat yang berdosa.

4. Ia Mempunyai Nama-Nama Manusia. Ia memiliki banyak nama manusia. Nama "Yesus", yang berarti "Juruselamat" (Matius 1:21), adalah kata Yunani untuk nama "Yosua" di Perjanjian Lama (bandingkan Kisah 7:45; Ibrani 4:8). Ia disebut "anak Abraham" (Matius 1:1) dan "anak Daud". Nama "anak Daud" sering kali muncul dalam Injil Matius (1:1; 9:27; 12:23; 15:22; 20:30, 31;21:9, 15). Nama "Anak Manusia" terdapat lebih dari 80 kali dalam Perjanjian Baru. Nama ini berkali-kali dipakai untuk Nabi Yehezkiel (2:1; 3:1; 4:1, dan seterusnya), dan sekali untuk Daniel (8:17). Nama ini dipakai ketika bernubuat tentang Kristus dalam Daniel 7:13 (bandingkan Matius 16:28). Nama ini dianggap oleh orang-orang Yahudi sebagai mengacu kepada Mesias. Hal ini jelas dari kenyataan bahwa imam besar merobek jubahnya ketika Kristus menerapkan nubuat Daniel ini kepada diri-Nya sendiri (Lukas 26:64, 65). Orang-orang Yahudi memahami bahwa istilah ini menunjuk kepada Mesias (Yohanes 12:34), dan menyebut Kristus itu Anak Manusia adalah sama dengan menyebut Dia Anak Allah (Lukas 22:69, 70). Ungkapan ini bukan saja menunjukkan bahwa Ia adalah benar-benar manusia, tetapi bahwa Ia juga adalah wakil seluruh umat manusia (bandingkan Ibrani 2:6-9).

5. Ia Memiliki Berbagai Kelemahan Yang Tak Berdosa Dari Sifat Manusiawi. Karena itu, Yesus pernah lelah (Yohanes 4:6), lapar (Matius 4:2; 21:18), haus (Yohanes 19:28); Ia pernah tidur (Matius 8:24; bandingkan Mazmur 121:4); Ia dicobai (Ibrani 2:18; 4:15; bandingkan Yakobus 1: 13); Ia mengharapkan kekuatan dari Bapa-Nya yang di sorga (Markus 1:35; Yohanes 6:15; Ibrani 5:7); Ia mengadakan mukjizat (Matius 12:28), mengajar (Kisah 1:2), dan mempersembahkan diri-Nya kepada Allah oleh Roh Kudus (Kisah 10:38; Ibrani 9:14). Orang-orang Kristen memiliki seorang imam besar di sorga dengan kemampuan yang tiada terhingga untuk merasa belas kasihan terhadap mereka dalam semua bahaya, dukacita, dan pencobaan yang mereka alami dalam kehidupan, karena Ia sendiri mengalami semuanya itu, karena Ia menjadi sama dengan manusia. Kembali harus ditekankan bahwa menyebutkan kelemahan-kelemahan dalam sifat Kristus tidaklah berarti kelemahan-kelemahan yang berdosa.

6. Berkali-Kali Ia Disebut Sebagai Manusia. Yesus menganggap diri-Nya sendiri manusia (Yohanes 8:40). Yohanes Pembaptis (Yohanes 1:30), Petrus (Kisah 2:22), dan Paulus (1 Korintus 15:21, 47; Filipi 2:8; bandingkan Kisah 13:38) menyebut- Nya manusia. Kristus benar-benar diakui sebagai manusia (Yohanes 7:27; 9:29; 10:33), sehingga Ia dikenal sebagai orang Yahudi (Yohanes 4:9); Ia dikira lebih tua dari usia sebenarnya (Yohanes 8:57); dan Ia dituduh telah menghujat Allah karena berani menyatakan bahwa diri-Nya lebih tinggi daripada manusia (Yohanes 10:33). Bahkan setelah bangkit, Kristus nampak sebagai manusia (Yohanes 20:15; 21:4, 5). Lagi pula, sekarang ini Ia berada di sorga sebagai manusia (I Timotius 2:5), akan datang kembali (Matius 16:27, 28; 25:31; 26:64, 65), serta menghakimi dunia ini dengan adil sebagai manusia (Kisah 17:31).



KEMANUSIAAN YESUS KRISTUS


Kemanusiaan Yesus Kristus yang sempurna telah dinyatakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa bukti kemanusiaan Yesus:

1. Yesus memiliki sifat sejati insani. Hal ini mengungkapkan bahwa Yesus memiliki segala unsur manusiawi, baik tubuh jasmani yang dapat dilihat dan dijamah maupun jiwa dengan segala dimensinya, seperti: pengetahuan, akal budi, emosi, dan kehendak. Yesus, sebagaimana manusia pada umumnya, juga mengalami fase-fase pertumbuhan fisik, mental, intelek, kesadaran sosial, dan sebagainya sejak bayi, masa kanak-kanak, remaja, pemuda hingga dewasa. Jadi kewajaran perkembangan ini adalah lumrah dan secara normal juga berlaku bagi sifat dasar insani Kristus. Oleh karena itu, dalam berbagai kondisi Yesus pun dapat merasakan keletihan fisik; mengantuk lalu tertidur; haus; geram, jengkel, bahkan marah; gelisah, gentar dan takut; terharu, sedih, dan menangis; Ia juga pernah merasa sangat lapar sewaktu berpuasa di padang gurun.

2. Yesus mempunyai keluarga, silsilah, dan gelar sebagai Anak Manusia. Di dalam keempat kitab Injil, tidak kurang 80 kali Yesus menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia. Dengan menggunakan gelar ini secara pasti Yesus mengidentifikasikan diri-Nya sebagai manusia biasa. Selain itu, Yesus juga dipanggil dengan nama anak atau keturunan Daud. Yesus juga memiliki keluarga. Hal ini membuktikan bahwa Yesus memang pernah ada di dalam sejarah manusia.

3. Yesus dilahirkan dari rahim seorang manusia. Meskipun umat Kristen mengetahui dan mengakui bahwa Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia, namun kehadiran-Nya di bumi ini juga melalui proses kelahiran seperti manusia pada umumnya.

4. Yesus selaku manusia juga mengalami pencobaan. Sifat dasar insani Yesus Kristus diteguhkan melalui pencobaan yang dialami-Nya. Pencobaan adalah suatu situasi krisis namun netral di tengah-tengah antara ujian dan godaan. Yesus dipimpin oleh Roh Kudus ke padang gurun untuk diuji, sementara Iblis datang menggoda-Nya berulang-ulang. Kesaksian keempat Injil mengenai pencobaan-pencobaan yang dialami oleh Kristus dapat dirangkumkan dalam Ibrani 4:15, "Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita. Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa." Ujian yang paling berat yang dihadapi oleh Yesus ialah sewaktu Ia harus menghadapi penyaliban. Di Taman Getsemani Yesus bergumul begitu hebat sampai peluh-Nya menetes ke tanah seperti darah.


Pribadi Yesus Kristus adalah yang paling unik. Ia disebutkan sebagai Pengantara Tunggal antara Allah dan manusia. Sebagai pengantara antara Khalik dan makhluk. Yesus harus memiliki dua sifat dasar yang menyatu dalam satu pribadi, yaitu ke-Allah-an dan kemanusiaan. Namun harus dimengerti di sini bahwa Yesus Kristus sama sekali bukan termasuk kategori makhluk ciptaan, tetapi sebaliknya Ia adalah Allah sejati yang menjelma menjadi manusia sejati! 

MATIUS 8:23-27




BENTUK SASTRA HIKAYAT (Matius 8:23-27)



I.          PENDAHULUAN.

            A.        Pengantar.

Hidup ini adalah sebuah perjuangan, banyak masalah dan tantangan yang dihadapi oleh setiap orang yang percaya. Badai kehidupan sering menghantam kita tanpa kompromi. Jika ada orang yang kalah, mungkin hal ini disebabkan karena beratnya tantangan itu sendiri, namun sering juga disebabkan karena orang itu sendiri yang tidak kuat. Makalah ini tidak membicarakan orang yang kalah, tetapi membicarakan orang yang telah menang atas pencobaan, menang atas masalah dan menang atas penderitaan yaitu Tuhan Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang berkuasa atas alam semesta dan segala makhluk takluk di bawah kaki-Nya.



            B.        Konteks Historis (khusus)

                        1.         Pribadi-pribadi yang terlibat:

a.       Tuhan Yesus: Dia baru saja dideklarasikan oleh Allah Bapa sebagai Anak Allah: “Inilah AnakKu yang kekasih, kepadaNya Aku berkenan” (Mt. 3:17),  yang kemudian oleh Iblis disebut dalam pencobaanya (ay.2,4).

b.       Murid-murid: Dua belas murid yang dipilih Tuhan Yesus (Mat 4:18-22)

          mereka dipanggil untuk menyertai Dia secara dekat  dan terus menerus.[1]



2.      Waktu kejadian:

Waktu kejadian adalah pada waktu petang (Markus 8:35).[2] Waktu Yesus dan murid-murid-Nya menyeberangi danau Galilea. Yesus bertolak dari Kapernaum (Mat 8:5) menuju ke daerah Gadara (Mat 8:28).



3.             Tempat dimana kejadian terjadi:

Peristiwa angin ribut yang diredakan ini terjadi di danau Galilea. Laut atau danau Galilea hanya kecil saja, panjangnya sekitar 20 km, dan lebarnya sekitar 12 km.[3]



            C.        Konteks horizontal:

Ceritera tentang Angin ribut diredakan juga terdapat di ke dua Injil (Markus 4:35-41 dan Lukas 8:22-25). Ceritera di Injil Lukas memiliki kesamaan ceritera baik dari segi pribadi yang terlibat, tempat dan waktu. Berbeda dengan yang ditulis dalam Injil Markus, cerita ini diceritakan lebih lengkap dan hidup di dalam Injil Markus. Dalam Injil Markus sangat jelas bahwa di awal cerita disampaikan bahwa Yesus bersama murid-murid-Nya pergi meninggalkan orang banyak dan di belakang cerita ada laporan orang yang menjadi saksi mata.



            D.        Konteks Vertikal:

                        Sebelum Yesus dan murid-murid-Nya menyeberang, Ia dikelilingi oleh orang banyak

                        Yang mengharapkan mujizat kesembuhan dari Yesus dan kemudian ada seorang ahli

Taurat yang ingin mengikut Yesus (Mat 8:18-19). Setelas Yesus menyeberangi danau

Galilea sampailah Yesus di daerah Gadara (Mat 8:28) Yesus pun di sambut dengan

seorang yang kerasukan dan Yesus menyembuhkannya.



            E.         Garis besar perikop (Mt. 4: 1-11)

1.             Pendahuluan (ay. 23)

2.             Datangnya angina ribut (ay. 24)

3.             Murid-murid datang meminta tolong  kepada Yesus (ay. 25)

4.             Yesus menghardik angina rebut  (ay. 26)

5.             Penutup (reaksi para murid) (ay. 27)



II.        PENYELIDIKAN.

            A.        Pendahuluan (ay. 23)

Ayat 23: Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nyapun mengikuti-Nya.

Yesus memilih pergi melalui jalur air, meskipun sebenarnya Yesus bias menyeberang melalui jalan darat, Ia memilih menyeberang danau supaya bias mendapat kesempatan untuk menunjukkan bahwa bahwa Ia adalah Allah atas lautan. Dan memperlihatkan bahwa bagi-Nyalah segala kuasa baik di sorga maupun di bumi takluk di bawah kaki Yesus (Matius 28:18). Murid-murid-Nya tetap mengikuti Yesus dan tetap dekat dengan Yesus.



B.           Datangnya angin ribut (ay. 24)

Ayat 24: Sekonyong-konyong mengamuklah angin rebut di danau itu, sehingga perahu itu ditembus gelomban, tetapi Yesus tidur.

Angin rebut itu dating secara tiba-tiba, Yesus sebenarnya bias mencegah datangnya angina rebut itu atau mengambil alih melalui jalan lain yang lebih tenang, tetapi Yesus membiarkan angina rebut itu menyerang perahu yang dinaiki, dan di katakana bahwa pada waktu perahu itu di terpa angin ribut, Yesus sedang tidur. Dengan angina rebut tersebut untuk memperlihatkan kemuliaan-Nya dan untuk meneguhkan iman para murid.



C.            Murid-murid dating meminta tolong kepada Yesus. (ay. 25)

Ayat 25: Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: “Tuhan, tolonglah, kita binasa.”

Murid-murid ketakutan padahal sebelumnya mereka adalah pelaut tetapi ketika saat iytu mereka ketakutan. Dan dalam ketakutan mereka dating kepada Yesus Guru mereka memohon kepada Yesus karena mereka percaya bahwa Ia dapat menyelamatkan mereka, dan mereka memohon supaya Ia mau melakukannya. Pekerjaan Yesus dating ke dunia hanya untuk menyelamatkan, tetapi hanya orang yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan (Kis. 2:21).



D.           Yesus menghardik angin rebut. (ay. 26)

Ayat 26: Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?” Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali.

Para murid berteriak meminta pertolongan kepada Yesus, bersyukur ketika Yesus ada ditengah-tengah mereka. Tetapi Yesus menegur mereka karena mereka kurang percaya. Hal itu menggambarkan bahwa setiap orang yang dasarnya mempunyai kepercayaan yang sungguh kepada Yesus, seringkali dalam kesukaran-kesukaran masih memperlihatkan sikap percaya yang kurang.[4] Setelah menegor para murid, Yesus menghardik angin rebut dan kemudian danau itu menjadi teduh dan tenang. Seringkali dalam Perjanjian Lama “laut” merupakan lambang untuk kuasa-kuasa yang membahayakan.[5]





E.            Penutup (Reaksi para murid) (ay. 27)

Ayat 27: Dan heranlah orang-orang itu, katanya: “Orang apakah Dia ini, sehingga angin

dan danaupun taat kepada-Nya.

            Para murid tercengang setelah melihat bahwa angin dan danau itu taat kepada Yesus Kristus. Padahal kehidupan para murid sebelum mengikut Yesus adalah sebagai nelayan, tetapi belum pernah melihat angin rebut yang tiba-tiba berubah menjadi sangat teduh. Atas kejadian ini mereka yakin bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan karena Ia memiliki kuasa bahkan untuk memerintah angin dan danau. Dating dan perginya angin saja kita tidak tahu (Yoh 3:8), apalagi untuk mengendalikannya; tetapi Dia yang mengeluarkan angin dari dalam perbendaharaan-Nya (Maz 135:7), juga akan mengumpulkannya kembali dalam genggaman-Nya (Ams 30:4).





            PELAJARAN ROHANI SECARA UMUM.

1.      Allah bekerja bersama-sama untuk mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang mengasihi Dia (Rm. 8: 28). Para murid harus melihat sendiri bahwa Yesus Kristus berkuasa atas alam semesta.

2.      Pakailah selengkap senjata Allah termasuk pedang Roh yaitu Firman Allah yang sanggup mematahkan serangan Iblis (Ef. 6: 17).

3.      Allah mengajarkan kita untuk memiliki iman yang aktif (Lukas 7:9)

4.      Sadarlah dan berjaga-jagalah, Lawanmu si Iblis berjalan keliling seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya (1 Pet. 5: 8).



IMPLIKASI THEOLOGIS.

1.             Tuhan menguji hambaNya untuk menunjukkan kualitasnya di hadapan Allah.

2.             Setan berusaha untuk menjatuhkan hamba-hamba Tuhan agar rencana Allah gagal.

3.             Pertolongan kita datangnya hanya dari Tuhan Yesus Kristus.

4.             Betapa besarnya pencobaan, dengan iman dan dalam kuasa Roh Kudus seorang hamba Tuhan bisa mengalahkannya.



III.       KESIMPULAN

            Allah, melalui Roh Kudus sering membawa hamba-hamba-Nya untuk masuk kedalam pengujian-Nya melalui berbagai macam bentuk dan cara. Banyak masalah, tantangan, ujian dan cobaan yang akan di hadapi, badai apapun yang kita hadapi jika ada Yesus Kristus bersama dengan kita maka aka nada damai dalam hidup kita. Tetapi Tuhan menjanjikan kemenangan bagi mereka yang sungguh-sungguh percaya dan berharap hanya kepada Tuhan Yesus Kristus.



IV.       DAFTAR RUJUKAN.

  1. Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Matius Fs 1-10 (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1983)
  2. Henry, Mattew, Injil Matius 1-14 (Surabaya: Momentum, 2007)
  3. J.J de Heer, Injil Matius I (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982)



[1] Mattew Henry, Injil Matius 1-14 (Surabaya: Momentum, 2007) 135.
[2] J.J de Heer, Injil Matius I (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982) 142.
[3] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Matius Fs 1-10 (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1983) 514.
[4] J.J de Heer, Injil Matius I (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982) 143.
[5] Ibid.

APA PERNIKAHAN ATAU PERKAWINAN DAN PERCERAIAN YANG DIMAKSUD DALAM MATIUS 5:31-32 ??


APA PERNIKAHAN ATAU PERKAWINAN DAN PERCERAIAN YANG DIMAKSUD DALAM MATIUS 5:31-32 ??

1.      Menurut Pemahaman Alkitab Setiap Hari oleh William Barclay, halaman 262-265, hubungan pernikahan di tengah-tengah masyarakat Romawi mempunyai sejarahnya sendiri. Situasi pernikahan tersebut mengalami perkembangan namum perkembangan tersebut merupakan perkembangan tragedi. Dasar dari kesejahteraan masyarakat Romawi adalah PATRIA POTESTAS atau KUASA BAPAK. Bagi orang Romawi rumah adalah segala-galanya. Seorang ibu rumah tangga Romawi tidak terkucilkan seperti ibu rumah tangga Yunani. Modestinus, seorang ahli Hukum Romawi, mengatakan: “pernikahan adalah persekutuan seumur hidup dari hak ilahi dan insani.” Norma moral Romawi memang begitu tinggi, sehingga selama lima abad pertama dalam zaman kekaisaran Romawi tidak ada satu perceraianpun yang terjadi. Laki-laki pertama Romawi yang pertama menceraikan istrerinya adalah Spurius Carvilius Ruga pada tahun 234 SM.Hal ini terjadi karena isterinya mandul sedangkan dia sendiri menginginkan keturunan. Setelah itu datanglah orang-orang Yunani masuk ke masyarakat Romawi. Secara militer maupun politik sebenarnya Romawi menaklukkan Yunani, tetapi sebaliknya, secara moral dan sosial orang-orang Yunanilah yang menaklukkan Romawi. Menjelang abad ke-2 SM moralitas Yunani telah masuk dan mempengaruhi kota Roma. Akhirnya perceraian merupakan kejadian yang sama seringnya dengan pernikahan. Seneca  bahkan pernah berbicara tentang wanita-wanita yang dinikahi untuk diceraikan, dan diceraikan untuk dinikahi. Jadi pernikahan telah dianggap sebagai suatu keperluan yang tidak menguntungkan. Keadaan masyarakat seperti itu ternyata berkelanjutan. Mereka yang tidak menikah dibebani pajak yang berat, dan haknya sebagai pewaris dicabut. Mereka yang mempunyai anak diberi hak istimewa, sebab anak-anak dianggap sebagai malapetaka. Hukum yang berlaku dimanipulasi sedemikian rupa untuk menyingkirkan lembaga pernikahan yang ada.

2.      Menurut Tafsiran Alkitab Injil Matius I oleh Drs. J.J.de Heer, Hal.85-87, menuliskan. Tuhan Yesus menyebut pula sebagian dari Hukum Taurat: “Siapa menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepada isterinya” (Ul. 24:1-4). Tujuan surat cerai dalam PL tentulah supaya merupakan perlindungan untuk wanita dalam menikah. Membuat suatu surat pada masa dulu merupakan pekerjaan yang memakan banyak waktu. Jadi jika suami harus membuat surat cerai, maka tidak mungkin perceraian itu diadakan dalam keadaan emosi dan beberapa detik saja. Apalagi surat cerai itu memberi “status yang jelas” kepada wanita itu.tambahan pula dalam Ulangan 24:1 bahwa surat cerai hanya boleh dibuat kalau suami mendapati “apa-apa yang tidak senonoh pada isterinya”. Pada masa Tuhan Yesus, Rabi Syahmai dan murid-muridnya menafsirkan “apa-apa yang tidak senonoh” sebagai perzinahan, dan hanya mengijinkan seorang laki-laki menceraikan isterinya apabila ia mendapati isterinya sedang berzinah. Tuhan Yesus mendukung tafsiran Rabi Syahmai tentang Ulangan 24 dan menegaskan bahwa bersalahlah setiap orang yang menceraikan isterinya, kecuali karena zinah. Dengan cara itu Tuhan Yesus melindungi wanita dalam nikah. Tuhan Yesus tidak mengatakan bahwa seorang isteri yang berzinah harus diceraikan; selalu baik kalau seorang suami yang isterinya jatuh ke dalam dossa memeriksa diri apakah mungkin ia trurut bersalah, sebab telah kurang memelihara hubungan yang baik dengan isterinya. Dasar kata-kata Yesus dalam ayat 31-32 ialah kasih Yesus terhadap wanita yang sudah nikah; Tuhan Yesus ingin melindungi mereka, dan mau supaya kita ikut melindungi mereka.
Menurut Theodore H.Epp dalam bukunya: Pernikahan Perceraian dan Pernikahan Kembali, hal. 63-65. Matius menuliskan Injilnya itu pertama-tama untuk bangsa Yahudi, dan ia mencatat pernyataan-pernyataan Yesus memberikan suatu tafsiran yang benar atas Hukum Musa tentang perceraian. Perlu diketahui bahwa Yesus lahir pada zaman peralihan yaitu zaman Taurat ke zaman Anugerah. Meskipun ada bukti-bukti bahwa anugerah Allah telah terlihat sejak Zaman Perjanjian Lama, ada suatu pengertian yang jelas bahwa sekarang ini adalah abad atau zaman anugerah. Sebab Matius menulis Injilnya pertama-tama ditujukan kepada orang Yahudi, maka perlu baginya untuk menjelaskan arti yang benar dari Hukum Musa tentang berbagai pokok persoalan, khususnya tentang perceraian dan pernikahan kembali. Dalam zaman Yesus banyak orang Yahudi khususnya orang Farisi yang membuat Taurat menjadi tidak berarti lagi. Mereka seolah-olah membungkus Firman Allah dengan tradisi dan tafsiran mereka sendiri. Tetapi Yesus memecahkan lapisan dari tafsiran yang salah dan tradisi-tradisi palsu yang mengelilingi banyak persoalan. Oleh karena itu timbul reaksi yang keras dari orang-orang Yahudi.demikian perkataan-perkataan Kristus tentang perceraian danpernikahan kembali, itu dimaksudkan untuk membersihkan ajaran palsu yang dikaitkan oleh orang-orang Yahudi disekitar Hukum Taurat PL. Dibawah Hukum Musa, perceraian hanya diijinkan oleh karena yang bersangkutan terlibat dalam dosa percabulan. Bahkan kemudian izin perceraian tersebut diberikan hanya oleh karena kekerasan hati orang-orang Israel. Perzinahan, atau dosa seks yang dilakukan sesudah menikah, mengakibatkan orang yang terlibat di dalamnya di Hukum  dengan Hukuman mati di bawah Hukum Musa. Maka perceraian atas dasar perzinahan tidak pernah menjadi suatu pertimbangan. Banyak orang pada masa kini yang berfikir bahwa mereka ingin mengikuti Hukum Musa yang memperbolehkan perceraian. Tetapi mereka sering dibingungkan oleh perzinahan dan percabulan, sehingga mereka tidak mengerti sepenuhnya apa yang Hukum Taurat katakan tentang diri mereka masing-masing. Mereka berkata bahwa mereka menyokong perceraiaan karena perzinahan tetapi mereka menghindarkan fakta tentang Hukuman mati sebagai Hukuman atas perzinahan, bukan Hukuman atas perceraian.

PERAN TEOLOGI DALAM KEHIDUPAN BERGEREJA



PENDAHULUAN
A.             Latar Belakang

Dalam kehidupan Kristen, khususnya dalam gereja modern ini kita merasakan ada banyak sekali ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan apa yang tertulis dalam Firman Allah. Banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi akhirnya menjadi bidat-bidat agama atau ajaran-ajaran baru yang mengganggap kepercayaannya benar padahal menyimpang dari Firman Allah sendiri. Mereka mengaku beragama Kristen tetapi ajaran yang mereka ajarkan adalah sebatas pemahaman yang salah dari akal manusia.

Gereja-gereja diera modern ini harus lebih berhati-hati dalam menerima ajaran dari luar maupun memberi ajaran kepada jemaatnya. Semua harus kembali kepada sumber kebenaran yaitu Firman Allah. Salah atau benarnya ajaran, yang menjadi acuan adalah Firman Allah karena Firman Allah adalah wahyu dari Allah kepada manusia.

B.              Rumusan Masalah

Dalam makalah ini penulis membatasi penelitian dengan beberapa pertanyaan, yaitu:

1.      Mengapa teologi harus menjadi dasar dalam kehidupan bergereja?

2.      Apa saja peran teologi dalam kehidupan bergereja?

C.                Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui alasan mengapa teologi harus menjadi peran dalam kehidupan bergereja.

2.      Mengetahui apa saja peran teologi dalam kehidupan bergereja.



PEMBAHASAN

A.             Alasan mengapa teologi harus menjadi dasar dalam kehidupan bergereja.

Teologi yang secara umum didefinisikan sebagai pengetahuan tentang Allah atau Ilmu yang mempelajari tentang Tuhan. Kalau kita melihat definisi secara umumnya yang memfokuskan kepada Tuhan, pasti teologi akan sangat sukar untuk dipahami. Tetapi sebagai orang kristen khususnya dalam gereja, teologi sangat berperan penting. Lebih lagi pemimpin-pemimpin gereja, baik pemimpin yang sekarang maupun calon-calon pemimpin di masa yang akan datang harus benar-benar menguasai teologi yang benar supaya tidak menjadi sesat dalam memberikan pengajaran kepada jemaat-jemaat yang dipimpinnya. Gereja sekarang jika ditinjau lebih dalam, sudah kurang menekankan ajaran tentang Allah, kebanyakan mereka mengajarkan tentang berkat atau janji-janji Allah saja.

Gereja bukan kelanjutan sistim yang sudah kuno, Paulus sendiri berbicara tentang gereja sebagai manusia yang baru,[1] yang terdiri atas orang-orang Yahudi dan orang-orang yang bukan Yahudi yang percaya.  Gereja bukan kelanjutan sinagoge, memang diakui bahwa antar gereja dengan sinagoge terdapat banyak persamaan yang mencolok, tetapi perbedaan dari keduanya juga tidak kalah mencolok.[2] Gereja sendiri menurut Henry Thienssen dapat dipahami dengan dua arti yaitu gereja dalam arti yang universal dan gereja dalam arti yang lokal.[3] Dalam arti universal gereja terdiri atas semua orang, yang pada zaman ini, telah dilahirkan kembali oleh Roh Allah dan oleh Roh yang sama itu telah dibabtiskan menjadi anggota tubuh Kristus.[4] Dalam arti lokal, istilah gereja dipakai untuk menunjuk kepada sekelompok orang-orang percaya yang terkumpul disuatu tempat.[5]

Begitu dekat dan bahkan tidak dapat dipisahkan antara teologi dengan gereja. Gereja tidak dapat berdiri sendiri tanpa teologi, seperti dua sisi mata uang. Gereja memiliki tujuan sebagai untuk memuliakan Allah sedangkan teologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang Allah. Dua-duanya berfokus kepada satu pribadi yaitu Allah. Tetapi banyak teologi-teologi baru yang muncul pada gereja-gereja sekarang ini. Banyak gereja yang memiliki perbedaan teologi dan itu sangat berpengaruh bagi kelangsungan gereja, bahkan dapat menimbulkan perpecahan dalam gereja. Itu masalah yang dihadapi juga oleh gereja-gereja di era modern ini. Banyaknya pandangan yang salah tentang teologi membuat masalah yang besar terhadap gereja-gereja yang ada.

Daniel J. Adams mengatakan bahwa setengah dari kekristenan masa kini terletak di luar dari pagar-pagar biara teologi tradisional. Dengan demikian, gereja sudah menjadi pewartaan yang universal, tetapi secara teologi tetap terbatas menurut wilayahnya, walaupun ada teologi-teologi yang besar. Hal ini merupakan dilema yang serius dan kalau kita tidak memecahkan persoalan ini,maka akan merusak dasar-dasar kita sebagai gereja di dunia.[6] Bangunan teologi masa kini cenderung untuk memfokuskan pada empat metodologi dasar, yaitu: teologi sistematika klasik, teologi filosofis, teologi politis dan teologi kontekstual.[7]

B.              Peran-peran teologi dalam kehidupan bergereja.

Ada beberapa peran yang akan sedikit diuraikan disini, yaitu

1.      Teologi sebagai dasar membangun gereja.

Semua orang percaya tahu bahwa teologi sangat berperan penting dalam kehidupan bergereja. Dan menjadi dasar utama dalam membangun gereja baik secara universal maupun secara lokal. Peran teologi yang menjadi dasar bagi pemimpin-pemimpin gereja. Kehidupan gereja dan kehidupan jemaat harus dibangun oleh dasar teologi yang kuat. Gereja yang tidak memiliki dasar yang kuat pasti tidak akan dapat bertahan dan bahkan akhirnya akan terjadi perpecahan. Pemahaman yang benar dalam gereja sangat penting. Bukan hanya sebagai pengetahuan para pemimpin gereja, tetapi juga memperkenalkan Allah secara pribadi kepada jemaatNya melalui pengajaran-pengajaran. Jemaat harus mengenal teologi, bukan hanya untuk menguatkan iman mereka tetapi menjadi kekuatan untuk menghadapi ajaran-ajaran yang sesat.

Dilain sisi gereja bukan hanya sebagai bentuk bangunan mati saja. Tetapi ada gereja yang hidup, yaitu semua orang percaya adalah gereja-gereja yang hidup, seperti yang dikatakan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?”.[8] Jadi bagian ini yang paling penting, kita sebagai orang percaya sebagai bait Allah yang hidup harus memiliki dasar teologi yang baik dan benar. Supaya kita tidak mudah di ombang-ambingkan oleh pengajaran-pengajaran

2.      Teologi sebagai dasar liturgi gereja

Dalam sebuah gereja pasti ada peraturan-peraturan dan ada banyak peraturan dalam gereja. Seperti dalam gereja mula-mula, orang-orang yang percaya memegang teguh suatu standar doktrin yang pasti,[9] yang berkumpul untuk mengadakan persekutuan rohani, bersatu dalam doa, melakukan sakramen babtisan, melaksanakan sakramen Perjamuan Kudus, mencatat anggota-anggota mereka, berhimpun untuk mengadakan kebaktian umum, serta menyediakan bantuan material bagi saudara-saudara seiman yang membutuhkan.[10] Selain itu dalam organisasi gereja ada pejabat-pejabat gereja. Pada awalnya segala sesuatu diatur dengan sangat sederhana, namun sudah ada dua atau tiga jabatan yang berbeda dalam gereja saat itu,[11] yaitu:

a.       Gembala, penatua, penilik jemaat

Ketiga istilah ini menunjuk kepada satu jabatan dalam Perjanjian Baru. (Kisah 20:17,28; I Petrus 5:1,2; Dalam II Yohanes 1, III Yohanes 1, dan I Petrus 5:1, baik Yohanes maupun Petrus yang adalah rasul menyebut diri mereka sendiri sebagai penatua. Sudah pasti, jabatan penatua ini bukanlah sebuah jabatan yang lebih rendah daripada gembala atau penilik jemaat[12])

b.      Diaken

Istilah “diaken” berasal dari istilah Yunani diakonos (Filipi 1:1; I Timotius 3:8) istilah ini umumnya dipakai dengan arti seorang pelayan (Markus 10:43; Yohanes 2:5). Fungsi diaken dalam Alkitab tidak jelas, tetapi rupanya pelayanan mereka berkaitan dengan penyaluran bantuan. Para penatua bertanggung jawab bagi kebutuhan rohani masyarakat orang beriman sedangkan para diaken terutama mengurus kebutuhan-kebutuhan jasmani mereka.[13]



c.       Diaken Wanita

Dalam Alkitab jelas bahwa ada beberapa orang yang menyandang jabatan dalam gereja mula-mula. Febe disebut sebagai seorang pelayan, maksudnya seorang diaken wanita (Roma 16:1), dan ketika Paulus membahas soal pejabat-pejabat gereja (I Timotius 3:1-13) Paulus juga menyebut wanita (ayat 11)

3.      Teologi sebagai dasar untuk melaksanakan misi dan sasaran gereja

Kita tahu bahwa tujuan hidup utama manusia adalah memuliakan Allah. Untuk memuliakan Allah manusia membutuhkan pengenalan tentang Allah. Begitu juga gereja yang merupakan tempat dimana Allah ada sudah seharusnya menjadi tempat unuk memuliakan Allah. Untuk mengenal Allah, disinilah peran teologi. Setelah kita mengenal Allah dari berteologi baru kita memiliki dasar untuk mulai membangun gereja, membangun jemaat, mendidik anggota-anggota, dan bahkan menjangkau dunia untuk mengenal Allah.

Seperti rasul Yohanes menuliskan,”Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”[14]  Seperti yang tertulis dalam Injil yaitu Amanat Agung Tuhan Yesus untuk kita harus “memberitakan Injil ke seluruh bumi dan mengajarkan kepada mereka segala sesuatu.”[15] Oleh karena itu, gereja harus menjalankan program pendidikan dan pelatihan bagi anggota-anggota jemaatnya, baik muda maupun tua. Gereja harus mengajarkan kebenaran-kebenaran Tuhan kepada jemaatnya.





PENUTUP

A.    Kesimpulan

Melihat dari hasil penelitian di atas kami menyimpulkan bahwa hampir semua kegiatan gereja harus didasari oleh teologi yang benar. Peran teologi sebagai dasar kehidupan bergereja, teologi sebagai dasar liturgi (peraturan-peraturan) gereja, dan teologi sebagai dasar untuk melaksanakan visi dan sasaran gereja sangat besar. Gereja yang masih dapat bertahan sampai saat ini membuktikan bahwa teologi masih dipertahankan sebagai pondasinya. Oleh karena itu, kita sebagai calon-calon pemimpin gereja harus belajar banyak dari gereja-gereja yang sudah ada dan selain dari pada itu kita harus belajar banyak tentang hubungan teologi dengan kehidupan bergereja.



B.     Saran

Demikian penjelasan yang dapat dipaparkan oleh kami, karena masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan makalah ini dan mungkin banyak kata atau kalimat atau tanda baca maupun istilah asing yang tidak dapat dimengerti oleh pembaca maupun ada yang menimbulkan kesalahpengertian antara maksud penulis dan maksud pembaca. Maka penulis memohon maaf dan dengan senang hati menerima saran dan kritikan dari pembaca, supaya penulis dapat memperbaiki setiap kesalahan dan menjadi lebih baik lagi dalam penulisan makalah berikutnya.



DAFTAR PUSTAKA


Alkitab Terjemahan Baru. Lembaga Alkitab Indonesia

Adams J. Daniel. Theological Method: Four Contemporary Models (Taiwan Journal of Theology, No 3, 1981)

Thiessen, Henry C. Teologi Sistematika. Malang: Gandum Mas, 1992.





[1] Efesus 2 : 15
[2] Henry C. Thienssen. Teologi Sistematika (Malang:Gandum Mas, 1992) Hlm. 474
[3] Ibid. Hlm. 476
[4] Ibid.
[5] Ibid. Hlm 478
[6] Ibid. Hlm. 79
[7] Dikutip oleh Daniel J. Adams dari bukunya Daniel J. Adams. Theological Method: Four Contemporary Models (Taiwan Journal of Theology, No 3, 1981) Hlm. 193-205
[8] I Korintus 3 : 16
[9] Kisah Para Rasul 2 : 42
[10] Kisah Para Rasul 2 : 41 - 46
[11] Henry C. Thiennsen. Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 1992) Hlm. 491
[12] Ibid.
[13] Ibid. Hlm. 492
[14] Yohanes 15 : 8
[15] Matius 28 :19-20

BUKTI KEMANUSIAAN YESUS KRISTUS

BUKTI-BUKTI KEMANUSIAAN YESUS KRISTUS 1. Yesus Lahir Seperti Manusia Lainnya. Yesus lahir dari seorang wanita (Galatia 4:4). Kenyataa...